Lantunan dan Tarian Persatuan dari Semarang

Sebuah pentas seni di Semarang memberikan gambaran indahnya kebinekaan.

oleh Felek Wahyu diperbarui 25 Sep 2017, 03:02 WIB
Diterbitkan 25 Sep 2017, 03:02 WIB
Pertunjukan Pemersatu dari Semarang
Rombongan Peace Train saat berdialog bersama terkait keberagaman di Kota Semarang.(Liputan6.com/Felek Wahyu)

Liputan6.com, Semarang - Minggu malam, gereja Bongsari, Kota Semarang, Jawa Tengah selalu dipadati ribuan umat Katolik yang tinggal di sekitar Kecamatan Semarang Barat. Mereka berkumpul menjalankan ibadah misa.

Dengan khidmat mereka mendengarkan bacaan Injil dan khotbah dari pastor yang memimpin ibadah misa. Tidak hanya itu, mereka juga sesekali melantunkan lagu pujian di gereja yang selalu dipadati umat dari berbagai usia tersebut.

Namun ada yang berbeda pada ibadah Minggu, 17 September 2017, malam kali ini. Halaman dan aula gereja yang berada di Jalan Puspowarno Raya, Kota Semarang itu didatangi warga yang bukan jemaat gereja. Terlihat berkumpul perempuan berhijab, serta rombongan dari Raja Ampat Papua dan Jakarta.

Rupanya, mereka ingin menyaksikan beragam pertunjukan menarik di panggung aula itu. Sebagai penampilan pembuka, sejumlah siswa bergoyang Maumere. Aksi mereka ini pun tak pelak membuat ratusan orang yang hadir ikut bergoyang.

Ibu-ibu dari agama Katolik pun tidak mau kalah menampilkan pertunjukan yang memukau pengunjung. Mereka mempersembahkan lagu-lagu yang dikemas dengan kekompakan paduan suara. 

Rombongan Peace Train saat berdialog bersama terkait keberagaman di Kota Semarang.(Liputan6.com/Felek Wahyu)

Lagu daerah khas kota Semarang yakni lagu Gambang Semarang pun turut meramaikan malam itu. Bahkan, sejumlah pemuda juga dengan semangat memainkan lagu Ya Lal Wathon yakni lagu penyemangat perjuangan warga Nahdlatul Ulama (NU).

"Keberagaman yang ingin dibangun dalam kegiatan Peace Train Goes to Semarang City. Kegiatan ini diikuti sejumlah anak muda dari lintas agama. Ada Katolik, Kristen, Islam, Saptodarmo, bahkan ada juga dari luar negeri yakni Afrika," ungkap Anik HT, penggagas Peace Train.

Kegiatan pertama Peace Train memang sengaja digelar di Kota Semarang. Rombongan diajak mengunjungi tempat ibadah berbagai agama. "Kita surprise, ada peserta yang mengaku baru mengunjungi tempat ibadah agama lain," kata Anik.

"Kita mendorong anak muda belajar toleransi dengan perjalanan langsung. Kita bawa mereka ke tempat ibadah agama lain seperti wihara, masjid, pura, dan gereja. Keberagaman di Semarang bisa jadi model nasional di mana kota yang begitu maju namun ada berbagai agama dan tercipta suasana damai yang toleran," dia menambahkan.

Rombongan Peace Train saat berdialog bersama terkait keberagaman di Kota Semarang.(Liputan6.com/Felek Wahyu)

Be, peserta Peace Train asal Afrika mengatakan dirinya berada di Indonesia hingga satu tahun ke depan. Wanita yang sudah fasih berbahasa Indonesia itu mengaku senang bisa belajar toleransi dengan melihat langsung tempat agama yang ada di Kota Semarang.

"Saya senang di Kota Semarang begitu damai," aku remaja putri yang datang bersama Joice sesama peserta asal Afrika.

Kunjungan perwakilan pemuda dari sejumlah daerah ke Semarang disambut positif Ketua DPRD Kota Semarang Supriyadi. Menurut dia, menjaga persatuan bangsa yang beragam seperti Indonesia ini merupakan pekerjaan bersama.

"Bisa mengambil pengalaman toleransi dalam keberagaman di Kota Semarang ke kota lain. Karena keberagaman menjadi kekuatan bangsa," Supriyadi menandaskan.

Simak video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya