Liputan6.com, Bengkulu - Provinsi Bengkulu sebagai salah satu wilayah yang memiliki kandungan energi batu bara terbaik di Indonesia, terus berupaya meningkatkan jumlah produksi. Potensi besar yang belum tergali secara maksimal itu diharapkan akan mendongkrak perekonomian daerah ini.
Kendala utama produksi batu bara yang dimiliki oleh hampir seluruh kabupaten di Provinsi Bengkulu, adalah transportasi dari lokasi tambang menuju pelabuhan sebagai pintu gerbang ekspor. Kendaraan berat yang melintas terus menjadi sorotan banyak pihak karena membutuhkan biaya perawatan yang besar.
Dengan dimulainya pembangunan rel kereta api dari kantong kantong produksi batu bara menuju Pelabuhan Samudra, Pulau Baai, tentu akan berdampak terhadap lancarnya transportasi dari tambang menuju pelabuhan.
Advertisement
Saat ini, Pelabuhan Pulau Baai hanya mampu mengirim kurang dari 10 juta ton batu bara saja ke negara-negara tujuan ekspor setiap tahun. Akses rel kereta api ini juga akan mengangkut batu bara dari Provinsi Sumatra Selatan, untuk diekspor.
Baca Juga
PT Pelabuhan Indonesia II Cabang Bengkulu sebagai operator pelabuhan Pulau Baai juga melakukan pembenahan sarana sebagai daya dukung untuk mengejar target ekspor 50 juta ton batu bara per tahun yang dicanangkan Pemerintah Provinsi Bengkulu. Salah satunya dengan melakukan perluasan terminal curah kering dan lahan tumpuk atau stockfile batu bara sebelum dilakukan pengapalan.
General Manager PT Pelindo II Bengkulu, Drajat Sulistyo, mengaku optimistis bisa mencapai target ekspor 50 juta ton batu bara per tahun itu jika semua pihak bersinergi dan saling dukung. Apalagi, bila rel kereta api sudah beroperasi dan mulai mengangkut batu bara dari luar Bengkulu ke Pelabuhan Pulau Baai.
"Terminal curah kering dan operasional kereta api akan berbarengan, artinya mulai akhir 2018 target ekspor 50 juta ton batu bara itu sudah bisa dilaksanakan," ucap Drajat, di Bengkulu, Sabtu, 7 Oktober 2017.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Â
Lalu Lintas Peti Kemas
Saat ini, peningkatan aktivitas pelabuhan baru terlihat dari sektor peti kemas. Pada akhir tahun 2016 lalu, lalu lintas peti kemas di Pelabuhan Pulau Baai hanya tercatat sebanyak 70 ribu peti kemas per tahun.
Kenaikan angka yang sangat tajam terjadi hingga kuartal ketiga tahun ini yang mencapai angka 200 ribu peti kemas. Artinya, peningkatan jumlah lalu lintas peti kemas mencapai 300 persen.
Sedangkan arus barang lain yang menggunakan jasa Pelabuhan Pulau Baai, pada semester pertama 2017 ini mencapai angka 1,3 juta ton. Jika dibandingkan dengan semester yang sama tahun 2016 yang hanya mencatat sebesar 925 ribu ton, peningkatan aktivitasnya juga sangat jelas terlihat.
Peningkatan ini ditopang dengan arus lalu lintas barang sektor retail dan kendaraan yang menggunakan jasa angkutan laut.
Ketua Asosiasi Pengusaha Batu Bara Provinsi Bengkulu, Bebi Husi mengungkapkan, selama ini kendala utama terkait angkutan batu bara dari lokasi tambang menuju pelabuhan sering memicu konflik antara pihak perusahaan dan masyarakat pengguna jalan.
Sebab, Bengkulu belum memiliki jalan khusus untuk batu bara. Jika kereta api sudah beroperasi, pihaknya masih berharap pemerintah juga menyetujui pembangunan jalan khusus batu bara sebagai alternatif.
"Paling tidak dari lokasi tambang ke wilayah penumpukan awal sebelum diangkut kereta api, batu bara memiliki akses jalan sendiri, tidak harus sampai pelabuhan," Bebi memungkasi.
Advertisement