Nasib Anak-Anak dan Ibu Hamil Pengungsi Banjir Cilacap

Dari keseluruhan pengungsi, 3 orang di antaranya adalah ibu hamil. Ada pula 3 bayi, 18 balita, dan 12 lansia

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 19 Nov 2017, 16:00 WIB
Diterbitkan 19 Nov 2017, 16:00 WIB
Puluhan anak-anak turut mengungsi akibat banjir besar di Sidareja, Cilacap, yang telah menjadi langganan tiap tahun. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Puluhan anak-anak turut mengungsi akibat banjir besar di Sidareja, Cilacap, yang telah menjadi langganan tiap tahun. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Cilacap - Dea Kurniasih (11) tergeletak lemah di Posko Kesehatan pengungsian korban [banjir](3164436/ "") Desa Madura Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Sejak Jumat siang, anak perempuan Sardi (36) warga Dusun Margasari ini lemah, pucat dan tensinya rendah. Daya tahan tubuh Dea menurun usai mengungsi lebih dari tiga hari sejak Rabu dinihari kemarin.

Hal yang sama dialami oleh Yuni (29) warga dusun yang sama. Ia yang tengah hamil 6 bulan merasa lemas lantaran kurang istirahat. Maklum, lantaran terbatas, ratusan pengungsi dikonsentrasikan ke tiga pusat pengungsian. Selain itu, ada pula yang menumpang di rumah saudaranya.

Bersama dengan Dea dan Yuni, 321 warga Desa Madura terpaksa mengungsi lantaran rumah mereka terendam air dengan ketinggian mencapai 1 hingga 1,2 meter di dalam rumah. Dari keseluruhan pengungsi, 3 orang di antaranya adalah ibu hamil. Ada pula 3 bayi, 18 balita, dan 12 lansia.

Di lokasi pengungsian itu, fasilitas mandi cuci kakus (MCK) amat terbatas. Tiap lokasi pengungsian hanya memiliki satu unit toilet yang dipakai bersamaan oleh puluhan pengungsi. Sebab itu, kelompok rentan mudah terserang penyakit seiring menurunnya daya tahan tubuh. Keluhan warga lainnya berupa pilek, panas, batuk dan darah tinggi.

Kepala Puskesmas Wanareja, Teguh Wibowo menerangkan, daya tahan tubuh para pengungsi mulai turun. Pengungsi menjadi rentan terserang penyakit lantaran pengaruh lingkungan. Salah satunya adalah masalah air bersih. Pengungsi terkadang menggunakan air yang keruh dan kotor lantaran tercemar air banjir.

“Pasca-bencana, keluhan penyakit yang muncul berupa gatal-gatal. Terhitung, sudah ada satu dua warga yang mengeluhkan itu,'' katanya, Jumat, 18 November 2017.

Teguh mengklaim, pihaknya juga telah bergerak cepat menangani pasien pengungsi. Warga yang mengeluhkan penyakit, langsung diberi pengobatan. Dalam penanganan bencana itu, pihaknya fokus pada pendampingan pengungsi yang masuk kategori khusus, misal, lansia, ibu hamil, maupun balita.

“Untuk ibu hamil, itu ada yang sudah mendekati waktu persalinan. Sehingga kami lakukan pendampingan, dan mengarahkan untuk menyiapkan lebih dini,” kata dia.

Tanggap Darurat Banjir

Sejumlah pengungsi dirawat di Posko Kesehatan di Pengungsian Banjir Desa Madura Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Sejumlah pengungsi dirawat di Posko Kesehatan di Pengungsian Banjir Desa Madura Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap, Martono memastikan BPBD telah melakukan tanggap darurat bencana, yakni sejak dari pengecekan lokasi, sampai memberikan pelayanan dasar untuk kebutuhan warga terdampak.

Dia menjelaskan, rendaman bertahan lama lantaran hujan deras yang terus terjadi dan kontur wilayah yang menyerupai cekungan. Selain itu, air Sungai Cibaganjing juga masih masih berdebit tinggi sehingga air tak cepat surut ke wilayah muara.

“Untuk kondisi genangan air di wilayah itu, kemarin terpantau masih tinggi. Aktivitas warga terhambat, karena genangan air juga melanda pekarangan, sawah maupun ruas jalan wilayah setempat,” ucap Martono.

Sementara ini, sebanyak 20 keluarga dilaporkan sudah kembali ke rumah masing-masing. Namun, sisanya terpaksa menunggu di pengungsian lantaran air masih tinggi. Aktivitas mereka pun terhambat karena harus menggunakan perahu.

Pemantauan banjir dan proses distribusi logistik oleh petugas BPBD pun menggunakan perahu. Aliran listrik juga masih diputus untuk menjamin keamanan. Sebabnya, sebagian besar wilayah masih terendam.

Sementara, ratusan warga Madura, relawan, petugas BPBD dan TNI Polri menggelar kerja bakti untuk menutup empat titik tanggul sungai Cibaganjing yang jebol. Dikhawatirkan, air kembali melimpas jika turun hujan deras.

 

Penanggulangan Banjir Sungai Cibaganjing

Ratusan warga dan relawan menutup titik jebolan tanggul Sungai Cibaganjing dengan karung berisi tanah. (Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Ratusan warga dan relawan menutup titik jebolan tanggul Sungai Cibaganjing dengan karung berisi tanah. (Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Relawan gabungan menggunakan karung yang diisi tanah untuk menambal titik jebol. Mereka juga memasang patok-patok bambu agar karung berisi tanah itu kuat menahan air dan tak bergeser kala diterpa tekanan air berdebit tinggi.

Adapun banjir genangan yang melanda sejumlah desa di wilayah lain, seperti Kecamatan Sidareja, dilaporkan sudah surut. Ratusan pengungsi juga sudah kembali ke rumah. Banjir genangan di Kecamatan Sidareja mulai melanda Selasa dini hari, usai diguyur hujan lebat nyaris dua hari berturut-turut.

Bencana itu melanda empat desa, yakni Desa Gunungreja, Sidareja, Tegalsari dan Sidamulya. Di empat desa itu, terdapat 210 rumah warga yang tergenang air dengan ketinggian antara 10- 50 sentimeter. Banjir juga menggenangi jalan dengan ketinggian antara 40 sampai 90 sentimeter.

“Terhitung, jumlah total warga yang sempat mengungsi akibat bencana itu mencapai 145 jiwa, dari 47 keluarga,” kata Agus Sudiyanto, Kepala UPT BPBD Sidareja, saat dihubungi.

Agus menambahkan, meski banjir telah surut, sesuai prosedur, BPBD dan Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap menyisir permukiman penduduk yang sempat terdampak. Mereka pun tetap membuka Posko kesehatan untuk pemeriksaan dan pengobatan gratis.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya