Medsos Jadi Penyelamat Remaja Gizi Buruk di Bulukumba

Setelah viral di medsos, Pemerintah Kabupaten Bulukumba langsung bergerak cepat untuk menolong Komeng, remaja penderita gizi buruk,

oleh Eka HakimFauzan diperbarui 02 Des 2017, 16:05 WIB
Diterbitkan 02 Des 2017, 16:05 WIB
Penderita gizi buruk
Komeng, remaja penderita gizi buruk di Dusun Tamampalalo Desa Tamatto, Kecamatan Ujungloe, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. (Liputan6.com/Fauzan)

Liputan6.com, Bulukumba - Kabar mengenai penderita gizi buruk di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, menjadi buah bibir di media sosial (medsos) Facebook sejak Minggu, 26 November 2017.

Pantauan Liputan6.com, pengguna Facebook yang pertama kali mengunggah foto Komeng adalah Saril Daeng Marala. Unggahan Saril pun dibagikan dan dikomentari warganet hingga ratusan kali.

Setelah viral di medsos, Pemerintah Kabupaten Bulukumba langsung bergerak cepat untuk menolong Komeng, penderita gizi buruk yang selama 10 tahun hanya bisa terbaring lemah di rumahnya, Dusun Tamapalalo, Desa Tamatto, Kecamatan Ujung Loe.

Saat ini, remaja yang memiliki nama asli Sulaiman itu sudah dirawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) H Andi Sulthan Daeng Radja, Kabupaten Bulukumba.

Kepala Puskesmas Palangisang, dr Andi Ardina Nur, mengungkapkan bahwa tidak mudah baginya bisa membawa Komeng ke rumah sakit. Ayah remaja berusia 15 tahun itu menolak anaknya diberikan penanganan medis.

"Awalnya bapaknya tidak mau, hampir satu jam kita bujuk baru mau," ucap Andi Ardina, beberapa hari lalu.

Saat dihubungi secara terpisah, Wakil Bupati Bulukumba, Tomy Satria Yulianto mengatakan bahwa pihaknya akan menanggung seluruh biaya perawatan Komeng hingga ia sembuh.

"Kita ada program daerah untuk pengentasan gizi buruk. Dia akan kita tanggung sampai sembuh," kata Tomy.

Agar kejadian yang menimpa Komeng tidak terulang, Tomy meminta agar seluruh warga Kabupaten Bulukumba dapat berpartisipasi membantu pemerintah untuk menginformasikan jika ada warga yang menderita sakit atau gizi buruk.

Untuk itu, harus ada kerja sama yang baik dengan seluruh stakeholder atau pemangku kepentingan. "Sebesar apa pun keinginan daerah, tanpa ada bantuan akan sulit, seperti halnya Komeng yang telah busung lapar atau gizi buruk sejak 10 tahun silam," ujarnya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

 

Keprihatinan Jurnalis Kota Makassar

Penderita gizi buruk
Komeng, remaja penderita gizi buruk di Dusun Tamampalalo Desa Tamatto, Kecamatan Ujungloe, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. (Liputan6.com/Fauzan)

Sebelumnya, sejumlah jurnalis di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, begitu mengetahui kabar penderitaan yang dialami Komeng, tergerak hatinya membantu remaja 15 tahun yang menderita gizi buruk itu.

Lody Apriant, jurnalis di salah satu media lokal di Kota Makassar yang menginisiasi untuk mengumpulkan dana bantuan dari wartawan lain yang ada di Kota Makassar.

"Iya, kasihan bocah itu, saya tergerak untuk ajak teman-teman wartawan patungan untuk bantu Komeng," kata Lody kepada Liputan6.com.

Lody mengungkapkan, hingga saat ini, sejumlah jurnalis di Kota Makassar, telah memberikan bantuannya. Tidak hanya itu, ada juga pejabat kepolisian yang ikut memberikan sumbangan.

"Ada yang transfer, ada juga yang memberikan langsung, termasuk Pak Kabid Humas Polda Sulsel tadi sudah transfer," ia menerangkan.

Saat itu, ia berjanji akan mengantarkan dana bantuan yang terkumpul pada Rabu, 29 November 2017. "Meski tidak seberapa, saya harap itu bisa sedikit membantu," ujarnya.

Menahan Lapar dengan Air

Remaja Penderita Gizi Buruk di Bulukumba
Remaja Penderita Gizi Buruk di Bulukumba. (Liputan6.com/Eka Hakim)

Gizi buruk selalu identik dengan kemiskinan. Begitulah yang dialami Komeng (15) yang hingga saat ini hanya dapat tertidur tanpa pakaian karena ukuran tubuhnya yang semakin mengecil dan teramat kurus.

Warga Dusun Tamampalalo Desa Tamatto, Kecamatan Ujungloe, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, itu mengalami gizi buruk sejak usianya memasuki 5 tahun. Kini, dia hanya dapat menghabiskan waktu di atas kasur.

Dulu, Komeng sempat dibawa ibunya ke Malaysia untuk mencari pekerjaan. Harapan ibunya kala itu agar uang yang didapatkan nantinya di Malaysia dapat membantu meringankan beban keluarganya yang selama ini hanya dipikul sendiri oleh bapaknya, Puang Nompo (80), yang hanya bekerja sebagai buruh panggilan di kebun milik orang.

Namun, di perantauan, sang ibu meninggal dunia. Komeng pun terpaksa diboyong keluarganya kembali pulang ke kampung halaman tinggal bersama bapaknya.

"Selama pulang dari Malaysia, Komeng tinggal bersama bapaknya. Mereka di rumah hanya berdua. Bapaknya itu tak punya kerjaan tetap hanya dipanggil kerja di kebun orang saja. Itu pun kalau ada yang memanggil," kata Ahmad Hanafi, tetangga Komeng, via telepon, Minggu, 26 November 2017.

Karena tak ada sumber penghasilan yang jelas, kata Ahmad, terkadang Komeng dan bapaknya yang sudah usia lanjut itu kerap hanya bisa minum air saja sebagai pengganjal perut. Kondisi itu berubah sesekali ketika ada seorang tetangga yang berbelas kasih mendatangi rumahnya untuk berbagi.

"Komeng sudah 10 tahun hanya bisa terbaring lemah dengan kondisi memiriskan. Bapaknya yang usia lanjut itu sangat setia berada di sampingnya merawat anaknya dengan tabah," ungkap Ahmad dengan suara haru menceritakan kisah hidup Komeng dan bapaknya itu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya