Awas, Ngopi Pagi di Kepahiang Bisa Bikin Mabuk Kepayang

Suhu dingin, pemandangan indah, kopi panas. Adonan istimewa pagi hari di Kepahiang, daerah muasal istilah mabuk kepayang.

oleh Yuliardi Hardjo Putro diperbarui 11 Des 2017, 06:00 WIB
Diterbitkan 11 Des 2017, 06:00 WIB
Sensasi Ngopi di Kepahiang
Desa Sengkuang di Kabupaten Kepahiang sebagai wilayah penghasil kopi berkualitas di Provinsi Bengkulu (Liputan6.com/Yuliardi Hardjo)

Liputan6.com, Kepahiang - Bagi Anda pencinta kopi, menikmati minum kopi di pagi hari niscaya memberikan ketenangan jiwa dan semangat untuk memulai aktivitas. Kenikmatan kian sempurna jika mereguk kopi dengan seduhan bahan pilihan di tempat yang tepat, seperti di Kepahiang. 

Pernahkan Anda membayangkan minum kopi di wilayah penghasil biji kopi Robusta terbaik yang terletak di atas ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut? Suhu yang dingin dengan pemandangan indah akan menyatu dalam setiap regukan kopi panas yang diminum, sehingga akan memberikan sensasi berbeda.

Jika Anda penasaran, ayo datang ke Desa Sengkuang, Kecamatan Kabawetan, Kabupaten Kepahiang, Bengkulu. Wilayah penghasil kopi Robusta terbaik di Bengkulu tersebut bisa dijejaki dengan menempuh perjalanan darat dari Kota Bengkulu dengan waktu tempuh hanya satu setengah jam saja.

Tomi Agussaputra, salah seorang barista atau peracik kopi di salah satu kedai kopi ternama di Kota Bengkulu, mengaku mendapat sensasi yang luar biasa saat minum kopi di ketinggian 1.000 mdpl ini. Apalagi, kopi yang diminum merupakan kopi terbaik yang dihasilkan oleh petani di tempat dia meminum kopi.

"Nikmat, segar dan memberikan efek ketenangan saat minum kopi," ucap Tomi di Kepahiang, Minggu, 10 Desember 2017.Kopi jenis Robusta terbaik di Bengkulu dihasilkan para petani Desa Sengkuang Kabupaten Kepahiang (Liputan6.com/Yuliardi Hardjo)Pemandangan alam melewati jajaran Bukit Barisan bisa kita nikmati sepanjang perjalanan dari Kota Bengkulu menuju wilayah ini. Sebelum memasuki Desa Sengkuang, pengunjung akan melewati perkebunan teh yang sudah ada sejak zaman pendudukan kolonial Inggris di Bengkulu.

Prayogo, warga Batam Kepulauan Riau, mengatakan perjalanan menuju Sengkuang akan membawa kita dalam petualangan dan tantangan tersendiri. Dia bahkan menyempatkan diri berhenti di sisi kebun teh Kabawetan untuk melakukan swafoto.

"Sebelum ke Sengkuan Kepahiang kita selfie dulu di sini," ujar Prayogo.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Usulan Jadi Kampung Kopi

Nikmati Sensasi Ngopi di atas 1.000 mdpl
Aktivitas pagi petani kopi Desa Sengkuang, Kepahiang, saat menuju kebun kopi mereka. (Liputan6.com/Yuliardi Hardjo)

Desa Sengkuang mayoritas dihuni warga transmigrasi asal Kabupaten Bogor, Jawa Barat, dan transmigran beberapa wilayah lain di Jawa Tengah sejak 1960. Sebagian besar warga hidup dari kebun kopi yang mereka kelola turun-temurun.

Kondisi lahan yang subur dan berada di ketinggian yang sangat baik untuk tanaman kopi, menjadikan wilayah ini sebagai salah satu daerah penghasil kopi utama di Provinsi Bengkulu. Kebun kopi yang hanya berjarak ratusan meter dari permukiman warga, tentu saja berpotensi untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata alam dan edukasi.

Suwandi, mantan kepala Desa Bandung Baru, Kecamatan Kabawetan, Kepahiang, mengatakan desa mereka sangat cocok jika dikembangkan menjadi kampung wisata kopi. Daya dukung alam, kondisi masyarakat, dan kebun kopi yang sangat dekat dengan permukiman merupakan nilai tambah tersendiri.

"Selain kopi, ada dua air terjun yang berada di dalam desa. Tinggal bagaimana pemerintah mengemasnya," ujar Suwandi.

Ketua Komunitas Kopi Bengkulu Heri Supandi mengatakan, selain kopi berkualitas jenis Robusta, Desa Sengkuang juga sangat cocok jika dikembangkan kopi jenis Arabica yang memiliki nilai jual jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Robusta.

Wilayah ini juga dikenal menyimpan potensi lain, yaitu banyaknya hewan musang atau luwak liar yang berkeliaran di sekitar kebun kopi rakyat.

"Faktor ketinggian sangat menentukan kualitas kopi, apalagi jenis Arabica yang perlu perawatan khusus, tetapi cocok dikembangkan di Sengkuang," Heri Supandi menjelaskan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya