Liputan6.com, Pacitan - Sebanyak 150 kepala keluarga atau 305 jiwa diungsikan ke lokasi penampungan sementara yang dianggap aman. Mereka diungsikan menyusul temuan rekahan besar pada tebing berpotensi memicu longsor susulan di Desa Mangunharjo, Kecamatan Arjosari, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, Minggu sore, 10 Desember 2017.
Informasi dari tim Rescue RAPI Pacitan, DH Handi, di callsign JZ13UMS, pergeseran tanah tebing mencapai kedalaman dua meter yang memanjang di atas permukiman penduduk di Dusun Tegal, RT 03 RW 06, Desa Mangunharjo.
Akibatnya, hampir seluruh warga yang berada di area rawan terdampak harus dievakuasi untuk menghindari bencana longsor yang bisa menyebabkan korban jiwa. "Malam ini tadi proses evakuasi sedang dilakukan," ucap Handi, dilansir Antara, Minggu malam, 10 Desember 2017.
Advertisement
Menurut dia, proses evakuasi sempat berjalan alot karena sebagian warga masih ingin bertahan kendati rekahan tanah tebing dalam dan melebar. Langkah persuasif kemudian dilakukan oleh jajaran Forum Komunikasi Pimpinan Kecamatan (Forkompika) Arjosari, Pacitan, untuk membujuk warga bersedia mengungsi untuk alasan keamanan dan keselamatan mereka.
"Ya, saat ini anggota saya dipimpin Danramil Arjosari masih di lokasi untuk memastikan proses evakuasi dilakukan dan warga berada pada radius aman," ujar Komandan Kodim Pacitan, Letkol (Kav) Aristoteles Lawitang, melalui aplikasi percakapan WhatsApp.
Â
Â
3 Titik Pengungsian
Sebagaimana informasi tim Rescue RAPI, Dandim Aristoteles mengonfirmasi lokasi penampungan sementara dikonsentrasikan pada tiga titik, yakni di Ponpes Roudoh Al-Hikam, gedung SMK Arjosari, dan di Balai Desa Mangunsari.
Banyak warga yang diungsikan, termasuk ibu-ibu dan anak-anak, sehingga membuat proses evakuasi memerlukan waktu lama. Sekitar pukul 18.00 WIB, jumlah pengungsi yang sudah berada di lokasi penampungan sementara baru 45 orang.
Namun jumlah warga yang mengungsi terus bertambah seiring proses evakuasi yang terus dilakukan tim SAR gabungan setempat dibantu relawan dan warga hingga larut malam. Lokasi atau medan yang cukup berat serta cuaca menjadi kendala dalam upaya evakuasi yang dilakukan tim SAR gabungan serta relawan, kata Handi.
Informasi RAPI yang mengutip keterangan Sekdes Mangunharjo, retakan tanah di lereng tebing desa mereka sudah terdeteksi sejak sepekan terakhir. Tepatnya, sejak peristiwa banjir bandang dan tanah longsor melanda sporadis sebagian besar wilayah Kabupaten Pacitan.
Namun, retakan tanah saat itu belum seberapa, lalu mulai kian parah hingga pergeseran tanah mencapai kedalaman satu meter.
Perangkat Desa Mangunharjo bersama anggota Babinsa dan Babinkamtibmas rutin melakukan pemantauan. Hingga terakhir diketahui pada Minggu, 10 Desember 2017, kondisi retakan semakin parah dengan kedalaman mencapai dua meter yang memanjang, dipicu hujan deras sehari sebelumnya.
Advertisement
Pemprov Jatim Anggarkan Rp 35 M untuk Pembangunan Pasca-Banjir
Sementara itu, sejumlah pembangunan rumah warga maupun akses jalan, kini sedang dikebut agar masyarakat yang kehilangan rumah dapat segera menempati huniannya. Terutama terhadap ribuan rumah yang rusak akibat banjir yang melanda di beberapa wilayah Jawa Timur, belum lama ini.
"Ya, kita targetkan akan rampung sebelum Natal atau akhir tahunlah, sebelum 2018 insyaallah rampung," ujar Gubernur Jawa Timur, Soekarwo, kepada Liputan6.com, Kamis, 7 Desember 2017.
Sukarwo juga menargetkan program pembangunan kembali ribuan rumah yang rusak akibat banjir akan selesai dilakukan pada akhir Desember nanti.
Ada sekitar 4.800 rumah yang hancur karena banjir. "Itu akan kita bantu. Kita akan bangun kembali rumah itu. Kalau untuk jalan, kita minta bantuan dari Zeni Angkatan Darat biar prosesnya cepet selesai," tuturnya.
Untuk mempercepat proses pembangunan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur (Jatim) juga bekerja sama dengan personel dari Kodam V Brawijaya.
Gubernur Jatim dua periode ini memaparkan bahwa untuk belanja kebutuhan bantuan banjir Pacitan, pemerintah menguncurkan anggaran sedikitnya Rp 48 miliar dengan jumlah anggaran yang mendesak Rp 36 miliar.
Jumlah itu terdiri dari Rp 15 miliar untuk pembangunan akses jalan. "Sementara sisanya untuk kebutuhan pembangunan rumah warga serta distribusi logistik dan obat obatan," ujar dia, belum lama ini, saat menghadiri penutupan Kirab Pemuda Nusantara di Blitar.
Adapun berdasarkan data BPBD/BNPB, dampak banjir dan tanah longsor yang menerjang Pacitan, puluhan orang ditemukan meninggal dunia dan belasan ribu rumah harus ditinggalkan karena tak layak untuk ditinggali.
Tak hanya itu, puluhan ribu pelajar harus dipindahkan lantaran gedung sekolah yang kondisinya sudah rusak dan rawan ambruk.
Saksikan video pilihan di bawah ini: