Robohnya Musala Banyumas Usai Tanah Bergerak

Ambruknya musala warga menambah daftar panjang kerusakan yang diakibatkan pergerakan tanah di wilayah itu.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Des 2017, 17:02 WIB
Diterbitkan 19 Des 2017, 17:02 WIB
Segmen 4: Korban DBD hingga Tebing Longsor di Bandung
Ilustrasi longsor

Liputan6.com, Purwokerto - Bangunan Musala Al Hikmah yang berada di Desa Cilangkap RT 03/RW 05, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, ambruk akibat tanah bergerak.

Koordinator Tim Reaksi Cepat Badan Penanggulangan Bencana Daerah Banyumas Kusworo menyebut saat insiden terjadi, hujan sedang turun terus-menerus.

"Bangunan musala itu ambruk hingga rata dengan tanah pada hari Selasa (19/12/2017), pukul 06.00 WIB, akibat pergerakan tanah dan hujan yang turun terus-menerus di Kecamatan Gumelar," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, dilansir Antara.

Terkait kejadian itu, dia mengatakan personel Bintara Pembina Desa (Babinsa) Koramil Gumelar bersama masyarakat setempat bekerja bakti untuk menyingkirkan puing-puing bangunan musala yang roboh. Kejadian itu merupakan kelanjutan dari rusaknya puluhan rumah warga pada Minggu sore, 17 Desember 2017.

Kusworo mengatakan proses pendataan kerusakan rumah warga masih berlangsung hingga saat ini. Data sementara hingga hari ini pukul 09.11 WIB, tercatat sebanyak tiga rumah roboh dengan tanah, delapan rumah rusak sedang, dan 17 rumah rusak ringan.

"Serta, kerusakan fasilitas umum berupa jalan dan lahan pertanian di tiga titik dengan total taksiran kerugian mencapai Rp 267.700.000. Selain itu, puluhan rumah di Kecamatan Gumelar juga dilaporkan terancam longsor dan pergerakan tanah," katanya.

Ia mengatakan pihaknya pada hari ini juga menerima laporan kejadian pergerakan tanah di Desa Cibangkong, Kecamatan Pekuncen, yang menyebabkan keretakan pada dinding dan lantai sejumlah rumah warga. Dia berjanji akan segera mengecek lokasi pergerakan tanah di Desa Cibangkong dan mendata jumlah rumah yang terdampak.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Puncak Musim Hujan

20160308-Ilustrasi Hujan-iStockphoto
Ilustrasi Hujan (iStockphoto)

Sebelumnya, Kepala Kelompok Teknisi Stasiun Meteorologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Cilacap Teguh Wardoyo memperkirakan wilayah Jateng bagian tengah memasuki puncak musim hujan pada Desember dengan prakiraan curah hujan selama satu bulan berkisar 401-500 milimeter atau lebih.

"Berdasarkan peta prakiraan curah hujan yang dikeluarkan Stasiun Klimatologi Kelas I BMKG Semarang, curah hujan pada bulan Desember di wilayah Jateng bagian tengah diprakirakan lebih dari 500 milimeter sehingga tergolong sangat tinggi," katanya.

Ia mengatakan wilayah Jateng bagian tengah yang curah hujannya diprakirakan lebih dari 500 milimeter di antaranya sebagian besar Kabupaten Banjarnegara, Purbalingga bagian utara-timur, Wonosobo bagian barat-selatan, Purworejo bagian utara, Magelang bagian barat, Batang bagian barat-selatan, Pekalongan bagian tengah-selatan, dan Pemalang bagian timur-selatan.

Selain di wilayah Jateng bagian tengah, curah hujan lebih dari 500 milimeter diperkirakan juga berpotensi di Kabupaten Cilacap bagian timur yang berada di pesisir selatan.

Sementara, curah hujan pada Desember di Kabupaten Banyumas, Cilacap bagian barat-utara, Purbalingga bagian selatan, Kebumen bagian barat dan timur, sebagian wilayah barat Purworejo, Brebes bagian selatan, Tegal bagian selatan, Pemalang bagian barat, Wonosobo bagian timur, serta Temanggung diperkirakan berkisar 401-500 milimeter.

 

Awas Cuaca Ekstrem

Cuaca Ekstrem
Bandara Adi Sutjipto terapkan sistem buka tutup karena cuaca ekstrem. Foto: (Yanuar H/Liputan6.com)

Selain itu, BMKG juga mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrem di wilayah Jateng pada 18-20 Desember 2017 akibat pengaruh "tropical storm" Kai-Tak di perairan timur Filipina dengan kecepatan angin maksimum 35 knots dan sirkulasi siklonik di perairan selatan Jawa Timur.

Kondisi tersebut mengakibatkan area belokan angin dan pertemuan angin (konvergensi) di wilayah Jateng yang menyebabkan peningkatan pertumbuhan awan hujan. Aliran masa udara basah dari barat menyebabkan kondisi udara di sekitar Jateng menjadi sangat tidak stabil (labil).

Interaksi kedua fenomena tersebut dengan kondisi cuaca lokal mengakibatkan beberapa potensi cuaca ekstrem di sekitar wilayah Jateng, antara lain potensi hujan sedang hingga lebat di wilayah Sragen, Purwodadi, Surakarta, Sukoharjo, Boyolali, Blora, Karanganyar, Klaten, Wonogiri, Wonosobo, Banjarnegara, Temanggung, Purbalingga, Purwokerto, Purworejo, Majenang, Banyumas, Purbalingga, Magelang, dan Mungkid.

Selain itu, potensi gelombang tinggi di perairan Laut Jawa bagian tengah.

Terkait dengan prakiraan curah hujan dan peringatan dini cuaca ekstrem tersebut, Teguh mengimbau masyarakat yang bermukim di daerah rawan banjir dan longsor untuk waspada terhadap kemungkinan terjadinya bencana itu saat turun hujan dengan intensitas tinggi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya