Keceriaan Pagi di Kampung Berwarna Bandung yang Ramah Lingkungan

Jadi selain indah, mural-mural di Kampung Cibunut atau Kampung Berwarna di Kota Bandung, juga sarat pesan moral.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 05 Jan 2018, 06:00 WIB
Diterbitkan 05 Jan 2018, 06:00 WIB
Kampung Cibunut
Selain terkenal dengan muralnya, Kampung Cibunut atau Kampung Warna-warni di Kota Bandung, juga merupakan kawasan sadar lingkungan. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Liputan6.com, Bandung - Cibunut merupakan kampung nyentrik di tengah padatnya penduduk Kota Bandung, Jawa Barat. Kampung tersebut mendapat julukan baru sebagai Cibunut Berwarna atau kampung warna-warni yang diresmikan Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil, belum lama ini.

Senyum Herman Sukmana (52) pun merekah ketika Kampung Cibunut diresmikan sebagai Kampung Berwarna. Ketua RW 07, Kelurahan Kebon Pisang, Kecamatan Sumur Bandung itu tampak semringah setelah dia beserta warganya berhasil menciptakan lingkungan resik dengan berbagai warna.

Kolaborasi dengan sejumlah seniman mural, dibantu dengan Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) Jawa Barat dan Ikatan Alumni SMAN 3 Bandung, Cibunut yang tadinya merupakan kampung kumuh di pinggir Kali Cibunut yang tidak tertata menjelma menjadi kampung warna-warni yang menjadi wisata kekinian.

"Inilah hebatnya kolaborasi. Kampung ini tidak bisa terwujud tanpa dukungan dari para pendamping," ucap Herman, pagi itu kepada Liputan6.com, yang ditulis pada Jumat (5/1/2018).

Dinding-dinding rumah di Kampung Berwarna Cibunut, Kota Bandung, berubah dibanding sebelumnya. Setiap melewati jalan akan ditemukan gambar dan tulisan-tulisan menarik. Tak hanya itu, jalan di kampung ini juga sebagian telah diwarnai dengan warna cerah.

 

 

Tema Mural

Kampung Cibunut
Selain terkenal dengan muralnya, Kampung Cibunut atau Kampung Warna-warni di Kota Bandung, juga merupakan kawasan sadar lingkungan. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Adapun Polesan eksentrik di tembok-tembok permukiman warga Cibunut terlihat dari tema mural yang disampaikan. Ada yang bercerita soal perdamaian, lingkungan, sejarah hingga soal pendidikan. Jadi selain indah, mural-mural di sana juga sarat pesan moral.

Seniman yang turut membuat mural di Kampung Cibunut, Kota Bandung, Alga Indria mengatakan, seluruh pekerjaan melukis dan mengecat dilakukan secara bersama-sama dengan masyarakat.

"Saya dari komunitas dan keluarga alumni ITB sudah beberapa bulan di sini. Salut pada warga yang hebat dan semangat hingga bisa mewujudkan Kampung Berwarna saat ini," ujarnya.

Terkait asal-usul nama, Cibunut erat dengan pohon Bunut yang banyak tumbuh di sekitar area ini. Diambil dari dua kata, yaitu Cai dan Bunut. Jika masuk dari arah Jalan Sunda, persis di depan gang Cibunut bisa dilihat satu pohon Bunut yang masih tumbuh.

Kawasan Sadar Lingkungan

Kampung Cibunut
Senyum Ketua RW 07, Herman Sukmana (52), merekah ketika Kampung Cibunut, Kelurahan Kebon Pisang, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung, diresmikan sebagai Kampung Berwarna. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Selain muralnya, Cibunut juga merupakan kawasan sadar lingkungan. Semua hal berkaitan dengan lingkungan dan pengolahan sampah diterapkan warganya yang guyub.

Mengusung semboyan Orang Hebat Sadar Lingkungan (Oh Darling), warga di sini semakin giat dalam menangani sampah harian mereka demi mewujudkan kawasan bebas sampah.Di RT 05, misalnya, dekat dengan pos ronda warga, terdapat biodigester, bank sampah hingga vertical garden.

Salah seorang koordinator, Agus Sumarya (62) menjelaskan, sampah organik warga kini diolah menjadi pupuk dan gas metan untuk memasak melalui biopori dan biodigister. Agar tidak meninggalkan bau tak sedap, sampah organik yang disimpan di bank sampah diberikan cairan yang berasal dari cucian beras, air kelapa dan aroma buah-buahan.

"Kalau ada yang bau disemprot saja langsung hilang," Agus menerangkan.

Sedangkan sampah nonorganik dimanfaatkan menjadi kerajinan tangan dan hiasan seperti botol-botol plastik yang dirias sedemikian rupa sebagai pajangan yang menambah cantik rumah warga.

"Untuk sampah nonorganik, warga yang menjual sampahnya dikasih buku nasabah. Nanti setiap tahun hasilnya dibagikan. Setiap Kamis kita lakukan penimbangan," paparnya.

Dewi (44), seorang ibu rumah tangga, sudah merasakan hasil dari penjualan botol plastik selama satu tahun. "Dapat Rp 200 ribu, lumayan buat tabungan," ujarnya.

Ibu rumah tangga lainnya, Nung (51), tertarik memilah sampah dan mengubahnya menjadi kerajinan tangan. Sampah-sampah tersebut dia buat menjadi tas, merchandise, dan sebagainya.

"Dibantu suami mengumpulkan sampah-sampah plastik dari warung-warung dikumpulin. Lumayan, sekarang sudah ada yang beli," katanya.

Dahulu Kotor dan Kumuh

Menurut Agus, kondisi kampung saat ini berbeda dibandingkan dua tahun lalu. Dahulu, kampung ini kotor, kumuh dan tidak tertata. Seiring berjalannya waktu, terjadi perubahan cara berpikir warga. Setelah berembuk, warga sepakat membuat sesuatu yang beda, yaitu penataan.

"Warga yang tadinya ogah-ogahan sekarang terpacu menjaga lingkungannya, minimal dengan memungut sampah," jelasnya.

Adapun Ketua RW 07, Herman Sukmana, menambahkan bahwa pada awalnya, Cibunut merupakan salah satu titik yang diprioritaskan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bandung melalui penataan Kawasan Bebas Sampah (KBS) pada 2015 silam.

"Akhirnya banyak yang berkunjung untuk berbagi ilmu terkait pengelolaan sampah. Alhamdulillah warga kita sudah memilah dan mengelola sampah sendiri," tuturnya.

"Karena kita punya cita-cita menjadikan kampung kreatif berwawasan lingkungan," ia menambahkan.

Herman pun mengharapkan, kampung yang kini berwarna dan sadar lingkungan dapat menginspirasi daerah lainnya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya