Klaten Gelar OTT Operasi Tangkap Tawon

Hampir setiap hari laporan serangan tawon Vespa affinis masuk ke Damkar Klaten.

oleh Fajar Abrori diperbarui 12 Jan 2018, 01:02 WIB
Diterbitkan 12 Jan 2018, 01:02 WIB
Serangan Tawon Vespa Affinis
Serangan tawon Vespa affinis meresahkan warga Klaten.(Liputan6.com/Fajar Abrori)

Liputan6.com, Solo - Serangan tawon Vespa affinis di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, meresahkan warga selama satu tahun terakhir. Dampak serangan itu menyebabkan tim Operasi Tangkap Tawon (OTT) dari Pemadam Kebakaran (Damkar) Kabupaten Klaten kewalahan.

Serangan tawon itu telah menyebabkan dua korban jiwa meninggal sepanjang 2017. Seorang petugas OTT Damkar Klaten, Eddy Setiawan, mengatakan keberadaan tawon Vespa affinis mulai muncul sejak Desember 2016 lalu.

Saat itu, sarang tawon ditemukan di Stasiun Klaten. Selanjutnya, keberadaan tawon yang memiliki cincin berwarna kuning di bagian ekornya itu mulai viral sejak menyengat anak berusia sembilan tahun bernama Andita, warga Karangnongko hingga meninggal dunia.

"Serangan tawon hingga menyebabkan korban jiwa itu terjadi pada bulan Maret 2017 lalu. Peristiwa itu menjadi viral di Klaten. Sejak saat itu mulai banyak laporan terkait keberadaan sarang tawon Vespa affinis," kata dia ketika ditemui di Kantor Damkar Klaten, Kamis, 11 Januari 2018.

Eddy menyebutkan, serangan tawon yang mematikan itu kembali terjadi pada Desember 2017 lalu yang menyebabkan seorang anak bernama Azzam meninggal dunia.

"Selama tahun 2017 lalu, terdapat dua korban meninggal dunia akibat serangan sengat tawon Vespa affinis," ujarnya.

 

Warga Mengungsi

Serangan Tawon Vespa Affinis
Serangan tawon Vespa affinis meresahkan warga Klaten.(Liputan6.com/Fajar Abrori)

Semenjak adanya korban sengatan Vespa affinis yang meninggal, dikatakan dia, kini banyak laporan dari warga yang masuk ke Kantor Damkar Klaten. Bahkan, dari data yang dimiliki Damkar Klaten jumlahnya sudah mencapai 217 laporan.

"Laporan adanya penemuan sarang tawon di permukiman terus masuk. Petugas OTT tiap malam selalu melakukan operasi untuk pembersihan sarang tawon," ujarnya.

Dari daftar antrean yang tertulis di papan tulis Kantor Damkar Klaten masih ada sekitar 60 yang menunggu untuk dilakukan OTT.

"Setiap hari ada saja laporan yang masuk terkait permintaan dari warga untuk membersihkan sarang tawon Vespa affinis," ujar dia.

Saking ganasnya serangan tawon yang masih dalam satu spesies dengan tawon mematikan Hornet itu, ada beberapa warga yang sempat mengungsi. Pasalnya, sarang tawon itu berada di dalam rumahnya.

"Ada sekitar 10 KK di beberapa lokasi yang sampai mengungsi karena keberadaan tawon itu. Jadi tawon ini memang sudah mengganggu masyarakat," tutur dia.

Eddy menjelaskan, habitat tawon ini seharusnya ada di hutan-hutan. Vespa affinis ini memang hidup di daerah tropis dan memiliki ukuran sekitar 1,5 cm. Sedangkan ratu tawon jenis ini berukuran 2 cm.

"Sarangnya cukup besar. Paling kecil ukuran sarangnya berdiameter satu meter. Populasi dalam satu sarang bisa mencapai seribuan tawon," kata dia.

Berdasarkan laporan yang masuk ke Damkar Klaten, tawon jenis ini hidup "nyaman" di daerah dataran rendah dan panas. Daerah yang populasinya paling tinggi adalah Cawas, Ceper dan Karangdowo.

"Justru di Kemalang lereng Gunung Merapi yang hawanya dingin, tidak ditemukan adanya kasus tawon ini, " jelas dia.

 

Operasi Tangkap Tawon

Serangan Tawon Vespa Affinis
Anggota petugas tim OTT Damkar Klaten yang bertugas membersihkan sarang tawon Vespa affinis.(Liputan6.com/Fajar Abrori)

Sementara itu, anggota tim OTT Damkar Klaten lainnya, Tri Hatmoko mengatakan, tawon jenis ini memiliki sifat yang agresif ketika siang hari. Oleh sebab itulah, penanganan OTT Damkar Klaten dilakukan mulai selepas maghrib hingga dini hari.

"Tawon jenis ini menyengat dan menggigit manusia kemudian mengeluarkan racunnya. Nah racunnya ini yang berbahaya. Berdasarkan sharing dengan dokter, serangan tawon ini membahayakan ginjal, " ujar Tri Hatmoko.

Beragam cara sudah dilakukan oleh Damkar Klaten sejak satu tahun terakhir. Mulai dari membakar sarang hingga memanfaatkan blower yang biasanya difungsikan untuk menghisap asap saat terjadi kebakaran.

"Sekali OTT memakan waktu 3-4 jam. Ada sekitar 30 anggota Damkar yang ikut menangani OTT. Sehari ada sekitar 2-3 laporan yang kita tindak. Hingga saat ini masih ada 60 laporan yang menunggu dilakukan penanganan, " jelas Tri.

Dia menambahkan, petugas memanfaatkan blower menjadi satu-satunya cara yang dirasa tepat oleh Damkar. Saat melakukan penanganan, tim Damkar mempertimbangkan keselamatan tim, keselamatan masyarakat dan meminimalkan kerusakan rumah.

"Kita juga perlu hati-hati, karena tawon ini juga menjadi pemangsa hama pertanian. Jadi kita berusaha untuk tidak merusak ekosistemnya," imbuhnya.

 

Jangan Melempari Sarang Tawon

Serangan Tawon Vespa Affinis
Serangan tawon Vespa affinis meresahkan warga Klaten.(Liputan6.com/Fajar Abrori)

Petugas tim OTT Damkar Klaten, Eddy Setiawan mengingatkan kepada masyarakat untuk berhati-hati. Jika menemukan sarang tawon itu supaya segera melapor ke Kantor Damkar Klaten agar segera ditangani. Masyarakat agar tidak termakan dengan kabar berseliweran di media sosial mengenai penanganan sarang tawon.

"Masyarakat kerap menjadikan sarang tawon itu dijadikan bahan permainan. Misal sarang tawon dilempari batu atau menyemprot dan membakarnya dengan bensin," jelasnya.

Tawon jenis ini memiliki zat feromon. Jika sekali menyengat maka teman-temannya juga akan ikut menyengat. Oleh sebab itu jika sudah terkena lebih dari 10 gigitan, ia menyarankan untuk segera dibawa ke dokter.

"Pernah kejadian salah satu anggota tim kita itu kena 18 gigitan tawon. Kita langsung larikan ke PMI. Bahkan dari laporan yang kita tangani ini banyak yang harus opname karena sengatan hewan yang dikenal dengan nama tawon sabuk kuning, " kata Eddy.

LIPI Ikut Selidiki Serangan Tawon Klaten

Serangan Tawon Vespa Affinis
Petugas tim OTT sedang menunjukkan daftar antrean laporan dari masyarakat terkait keberadaan sarang tawon.(Liputan6.com/Fajar Abrori)

Hingga saat ini Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) masih melakukan penelitian mengenai ledakan populasi tawon jenis ini. LIPI masih mengkaji apakah tawon ini mengalami perubahan perilaku atau memang karena perubahan ekosistem.

"Berdasarkan masukan dari LIPI, penanganan yang kita lakukan ini sudah benar. Dan cara ini memang efektif membasminya," jelas Eddy.

Sementara Kristiani, ibunda Azzam, korban sengatan tawon yang meninggal menjelaskan bahwa anaknya meninggal setelah mendapat 100 sengatan tawon.

Kejadian itu berawal ketika putranya, Azam tak sengaja menyenggol bambu yang menyangkut di dekat sarang tawon. Setelah itu, tawon langsung keluar dari sarang dan mengejar Azam dan dua temannya.

"Yang meletakkan bambu di situ adalah seorang pemburu burung yang menggunakan bambu itu untuk menarik burung buruannya yang nyangkut di dekat sarang tawon. Anak saya yang larinya tidak kencang langsung disengat tawon yang jumlahnya banyak," kata dia.

Mengetahui anaknya tersengat tawon, ia dan neneknya langsung mencoba mengusir tawon agar menjauhi anaknya. Nahas, Kristiani dan neneknya pun ikut tersengat tawon, namun jumlah sengatan tidak sebanyak sang buah hati.

"Karena Azzam terkena banyak sengatan, saya larikan ke rumah sakit terdekat. Setelah disuntik, disuruh pulang. Tapi sehari berselang, badan Azzam menguning. Saya larikan ke rumah sakit, tapi tidak tertolong. Setelah itu Azzam meninggal pada Kamis, 7 Desember 2017 lalu," kenangnya sedih.

Kristiani yang sempat mendapatkan sengatan tawon mengakui jika setelah kena serangan itu terasa penas di luka gigitan. "Setelah itu muncul bekas seperti koreng," kata dia yang mendapatkan dua sengatan tawon.

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya