Liputan6.com, Surabaya - Dokter spesialis anak RSUD dr Soetomo Surabaya, dr Agus Harianto SpA(K), mengaku masih kesulitan mendiagnosis penyakit kawasaki. Bahkan hingga saat ini, belum bisa diketahui penyebab pastinya. Terlebih belum ada pemeriksaan secara laboratorium yang menemukan penyebabnya.
"Dokter pun masih mengalami kesulitan mendiagnosis penyakit ini. Meski bisa didiagnosis secara klinis, tapi masih jarang ada yang mengetahui penyakit ini. Sekali lagi, ini bukan disebabkan oleh virus," tuturnya, Rabu, 31 Januari 2018.
Baca Juga
Ia mengungkapkan, belum ada pemeriksaan secara laboratorium yang dapat memaparkan hasil pasti mengenai penyakit Kawasaki itu, tapi geja-gejalanya bisa dilihat secara pasti.
Advertisement
"Demamnya bisa didiagnosa demam berdarah juga, pembengkakan kelenjar getah bening di leher juga bisa dikira penyakit gondok," katanya.
Sementara itu, penyakit yang paling umum terjadi pada bayi dan anak-anak itu. Stadium awal berupa ruam dan demam. Gejalanya berupa demam tinggi dan kulit mengelupas.
Pada stadium akhir, ada peradangan pembuluh ukuran darah menengah (vaskulitis). Kondisi ini juga memengaruhi kelenjar limfa, kulit, dan selaput lendir, seperti di dalam mulut.
"Tapi gejala lainnya seperti kejang bisa dikira meningitis itu juga akan terjadi. Sehingga pemeriksaan penyakit Kawasaki paling akurat bisa dilakukan oleh dokter spesialis jantung," ucapnya.
Â
Ada 3 Stadium
Ia menjelaskan, ada tiga stadium pada penyakit Kawasaki ini, yaitu pada stadium atau fase akut pada 10 hari pertama yang biasanya demam seperti demam berdarah. Demam ini tidak merespons pengobatan antibiotika.
"Selain demam, akan muncul gejala-gejala lainnya yaitu mata merah, tapi tidak terdapat kotoran mata, bibir tampak memerah dan pecah-pecah, lidah juga tampak sangat merah seperti tomat, disertai kemerahan merata pada rongga mulut," ujarnya.
Kemudian fase sub-akut pada hari ke-11 hingga ke-25. Pada fase ini penyakit mulai menyerang pembuluh darah dan jantung. Arteri koroner menggelembung, terdapat cairan di rongga selaput jantung, gagal jantung, bahkan sampai infark miokard.
"Bahkan jumlah trombosit darah bisa meningkat, terdapat juga pengelupasan kulit di ujung jari tangan dan kaki, kemerahan, demam dan benjolan di leher menghilang. Terakhir fase konvalesen atau penyembuhan pada lebih dari 25 hari," katanya.
Ia memaparkan kasus ini memang sulit didetekai dokter jika memang belum pernah menanganinya. Meskipun terbilang langka, dokter yang membuka praktik di area Mulyosari, Surabaya ini menemukan beberapa kasus Kawasaki tiap tahunnya di Surabaya.
"Tahun 2017 ada dua pasien saya yang didiagnosis penyakit ini," ujarnya.
Advertisement
Satu Bayi Diduga Terjangkit
Kota Surabaya diduga sedang dilanda ancaman virus Kawasaki. Salah satu bayi berusia delapan bulan, asal Surabaya, diduga terjangkit virus Kawasaki. Virus jenis baru ini menyerang bayi di atas usia lima bulan dan gejalanya menyerupai demam berdarah.
Dr Agus Harianto SpA (K), dokter spesialis anak, asal RSUD dr Soetomo Surabaya, menuturkan bahwa virus Kawasaki ini biasanya menyerang anak-anak usia di atas 5 bulan. Namun, orang dewasa juga bisa terkena virus ini.
"Gejala awal virus Kawasaki ini hampir mirip demam berdarah. Suhu badan panas yang tidak stabil. Bahkan, hingga lebih dari empat hari. Jika dokter yang tidak mengetahui penyakit ini, pasti akan mendiagnosis sebagai penyakit demam berdarah atau campak. Namun, virus ini tidak menular," tutur dr Agus Harianto SpA (K), Selasa, 30 Januari 2018.
Selanjutnya, setelah suhu badan panas berkepanjangan, tiba-tiba mata memerah, serta mulut dan bibir kering dan kemudian juga memerah. Meskipun tes darah, tes urine, dan foto thorax hasilnya semuanya normal.
"Namun, bayi itu diduga mengalami virus Kawasaki ini. Dan untungnya bayi itu sudah mendapatkan pertolongan dan bisa segera terdeteksi," katanya.
Selain itu, setelah diberi 150 ml (tiga botol) dalam waktu 12 jam, kondisinya terus membaik, dan virus Kawasaki tidak sampai menyebar ke pembuluh darah dan jantung. Pemeriksaan echo jantung hasilnya juga normal.
Saksikan video pilihan berikut ini: