Fakta Mengejutkan Kasus Buaya Mati Telentang di Sungai Batanghari

Buaya yang mati telentang di Sungai Batanghari ditemukan sebelum kematian emak-emak akibat serangan buaya.

oleh Bangun Santoso diperbarui 27 Feb 2018, 12:02 WIB
Diterbitkan 27 Feb 2018, 12:02 WIB
Buaya Mati Telentang di Jambi
Seekor buaya mati telentang di pinggir anak sungai Batanghari sempat membuat heboh sebagian warga Jambi. (dok. Istimewa/Bangun Santoso)

Liputan6.com, Jambi - Warga Jambi baru saja dihebohkan akan meninggalnya dua orang emak-emak akibat diserang buaya di Sungai Batanghari. Beberapa hari sebelumnya, ternyata ada seekor buaya dewasa ditemukan mati telentang di sungai tersebut.

Berdasarkan keterangan warga, penemuan bangkai predator sungai itu sebenarnya terjadi pada Senin, 5 Februari 2018 lalu. Tepatnya di sebuah tepi anak sungai Batanghari yang berada di Desa Catur Rahayu, Kecamatan Dendang, Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim). Desa itu memang dikenal sebagai salah satu daerah habitat buaya di Jambi.

"Sempat heboh, saya banyak lihat foto penampakan buaya mati di sungai itu lewat media sosial," ujar Suratman, salah seorang PNS di Kabupaten Tanjabtim saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (27/2/2018).

Menurut dia, dari kabar yang beredar, buaya tersebut mati diduga karena terpapar racun usai menyantap seekor bangkai ayam yang dibuang warga di pinggir sungai. "Kabarnya seperti itu (buaya mati terkena racun)," ucap dia.

Puji, salah seorang ibu rumah tangga sekaligus warga Desa Catur Rahayu membenarkan penemuan bangkai buaya di sungai yang berada di desanya. Kabar tersebut sempat bikin heboh warga desa.

"Buayanya saat ditemukan mengambang di pinggir sungai dengan posisi telentang," ujar Puji.

Menurut warga, kata dia, bangkai buaya cukup besar berukuran kurang lebih 1,5 meter. Usai penemuan itu, warga langsung melapor ke aparat desa yang kemudian diteruskan melapor ke Badan Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi.

 

Buaya Mati Bukan Keracunan

Buaya Mati Telentang di Jambi
Buaya mati telentang di Sungai Batanghari saat dievakuasi tim BKSDA Jambi. (dok. Istimewa/Bangun Santoso)

Usai dicek dan diteliti, ternyata bangkai buaya tersebut bukan mati keracunan, melainkan karena luka tusukan di bagian kepala. "Ada bekas luka seperti ditombak di bagian kepala," ujar Kepala Seksi Wilayah III BKSDA Jambi, Faried.

Meski terdapat luka tombak, Faried memastikan, buaya mati tersebut bukanlah korban perburuan. Namun, diperkirakan karena ada warga yang reflek saat melihat buaya di sungai.

"Mungkin ada buaya lewat perkebunan sawit. Warga yang melihat kemudian reflek menombak kepala buaya menggunakan dodos sawit," ujar Faried menjelaskan.

Dodos merupakan alat memanen buah kelapa sawit. Ujungnya sedikit melebar tajam yang diberi gagang panjang untuk memudahkan menjangkau buah sawit yang tinggi.

Faried berpesan, ke depan agar masyarakat tidak mudah panik saat bertemu buaya atau binatang lainnya. Jika melihat sosok buaya, warga diharapkan segera melapor melalui call center BKSDA Jambi di nomor 0823-7779-2384.

"Jadi warga yang melihat satwa, atau pun mendengar atau mengetahui perdagangan satwa bisa melapor ke BKSDA," imbuh Faried.

 

Deretan Teror Buaya di Jambi

Teror Buaya di Jambi
Basarnas bersama polisi, TNI dan warga mengevakuasi jasad Samsidar, perempuan 66 tahun yang ditemukan meninggal dengan jasad tak utuh karena diduga diserang buaya di sungai Batanghari, Jambi. (Foto: Dok Polres Tebo/B Santoso)

Sejumlah warga yang berada di aliran sungai Batanghari, Jambi ternyata kerap di 'teror' kawanan buaya. Bahkan belum lama ini, dua orang emak-emak dilaporkan meninggal dunia akibat serangan predator sungai itu.

Kedua korban merupakan warga Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi. Korban pertama adalah emak-emak berumur 53 tahun bernama Hofsah. Ia warga Desa Pulau Jelmu, Kecamatan Tebo Ulu, Kabupaten Tebo.

Peristiwa yang menimpa Hofsah terjadi pada Sabtu, 17 Februari 2018, sekitar pukul 08.00 WIB. Saat itu ia baru selesai mandi dan tengah mencuci bersama seorang emak-emak lainnya.

Saat hendak berdiri, tiba-tiba ada seekor buaya dengan moncong menganga langsung menyambar kaki Hofsah. Sontak tubuh perempuan paruh baya itu langsung terempas diseret hewan predator itu ke tengah sungai.

Menurut saksi mata, usai menarik paksa korbannya, buaya ganas tersebut sempat menampakkan diri ke permukaan air sebelum akhirnya menghilang.

Jasad korban baru bisa ditemukan 24 jam setelahnya. Ia ditemukan pagi hari sekitar pukul 08.00 WIB pada Minggu, 18 Februari 2018. Lokasi penemuan berjarak sekitar satu kilometer dari lokasi hilangnya korban yakni di Desa Koto Joyo yang memang bersebelahan dengan Desa Pulau Jelmu.

Korban kedua juga seorang emak-emak bernama Samsidar (66), warga Desa Malako Intan, Kecamatan Tebo Ulu, Kabupaten Tebo. Kejadian yang menimpa Samsidar hanya beberapa hari usai kematian Hofsah oleh serangan buaya.

Awalnya perempuan tua itu dinyatakan hilang saat berada di sungai sejak Rabu, 21 Februari 2018, sekitar pukul 15.00 WIB. Ia diduga hilang setelah diserang buaya di Sungai Batanghari.

"Menurut kabar dari warga lain, dia (korban) menyeberangi sungai menggunakan perahu. Namun hingga petang, tak kunjung pulang," ujar Ilham saat dihubungi di Tebo, Sabtu, 24 Februari 2018.

Saat itu, kata Ilham, Samsidar hendak pergi ke desa tetangga untuk melihat kebun sayur miliknya. Keluarganya yang khawatir akhirnya menyusul ke kebun karena hingga petang, korban tak kunjung pulang.

Keluarga yang menyusul kaget, sosok Samsidar tak ada di kebunnya. Hanya ditemukan sepasang sandal, baju, dan galon milik korban. Kejadian itu langsung dilaporkan keluarga ke aparat desa dan warga lainnya.

"Warga heboh saat itu, aparat polisi, TNI dan warga ramai-ramai mencari di sungai. Ini menakutkan karena belum lama ini juga ada kejadian yang sama karena serangan buaya," ucap Ilham.

Peristiwa itu dibenarkan Kapolres Tebo, AKBP Budi Rachmat melalui Kapolsek Tebo Ulu, Iptu Razali.

Menurut Razali, jasad korban berhasil ditemukan oleh tim pencari sehari setelahnya atau pada Kamis, 22 Februari 2018, sekitar pukul 10.00 WIB. Korban ditemukan mengapung di sungai, berjarak sekitar dua kilometer dari lokasi pertama hilang.

"Saat dilakukan pengecekan oleh tim medis dan keluarga korban. Jasad tersebut dipastikan adalah jasad Samsidar yang sebelumnya dikabarkan hilang," ujar Razali menjelaskan.

Nahasnya lagi, jasad korban saat ditemukan ternyata sudah tidak utuh lagi. Kedua tangannya hilang, bagian perut ke bawah hingga kaki juga hilang.

Melihat kondisi jasad korban itu, ia menduga Samsidar hilang di sungai akibat dimangsa buaya.

Teror buaya bukan kali itu saja terjadi di Jambi. Pada Desember 2016, masih di Kecamatan Tebo Ulu, Kabupaten Tebo tepatnya di Kelurahan Pulau Temiang, seorang bocah SD umur 12 tahun bernama Rio juga ditemukan meninggal usai menjadi korban keganasan buaya di Sungai Batanghari.

Jasad bocah malang itu yang masih mengenakan seragam sekolah itu ditemukan rusak, diduga akibat serangan buaya.

Kemudian antara Maret dan April 2017, buaya diketahui menyerang dua warga di Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim), Jambi, di lokasi berbeda. Meski berhasil menyelamatkan diri, keduanya diketahui mengalami luka-luka akibat serangan buaya.

Kabupaten Tanjabtim memang dikenal sebagai salah satu daerah habitat buaya karena selain banyak rawa, daerah ini juga dialiri banyak alur sungai-sungai kecil yang merupakan anak Sungai Batanghari.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya