Liputan6.com, Pekanbaru - Kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis premium terus berlangsung di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau. SPBU yang ada di Kota Pekanbaru hanya menyediakan Pertalite yang harganya jauh lebih mahal, bahkan tertinggi di Indonesia.
Pantauan Liputan6.com di lapangan selama beberapa hari, premium hanya ada pada jam tertentu saja. Pagi misalnya. Itu pun langsung ludes dalam hitungan jam setelah antrean panjang, bahkan pengendara sepeda motor harus berebut dengan mobil.
Pertamina dikonfirmasi menyatakan, cepat hilangnya Premium di SPBU karena konsumsi masyarakat Riau sangat tinggi. Bahkan, Pertamina menyebut paling tinggi dibanding daerah lainnya di Indonesia.
Advertisement
"Untuk tingkat konsumsi Premium di Riau relatif tinggi dibandingkan dengan daerah lainnya di Indonesia," kata Humas Pertamina Wilayah Sumatera Bagian Utara, Adi Noto, dikonfirmasi dari Pekanbaru, Rabu, 7 Maret 2018.
Baca Juga
Adi menerangkan, penyaluran Premium di Riau, masih paling tinggi dibanding provinsi lain di Area Sumatera Bagian Utara. Daerah yang dimaksud adalah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Kepuluan Riau.
Di sisi lain, mencari premium di SPBU tak sesulit mendapatkannya di kios-kios. Seperti yang ditemui di sepanjang Jalan Garuda Sakti, Kecamatan Tampan dan Kecamatan Payung Sekaki, Kota Pekanbaru.
Beberapa warung yang dilintasi terlihat memajang premium di botol air mineral. Tentunya dengan takaran beragam, mulai dari 1 liter hingga 2 liter.
Dibanding SPBU, tentu saja harganya lebih mahal. Biasanya pemilik warung mematok harga Rp 7 ribu hingga Rp 8 ribu. Masyarakat masih membelinya jika Premium di SPBU sulit ditemui, apalagi ketika Pertalite habis.
"Biasanya dibeli orang malam di sini, kalau SPBU biasanya sudah tutup atau Pertalite juga ikut habis di SPBU. Beli Pertalite di kios lebih mahal, harganya Rp 10 ribu, sedangkan Premium Rp 8 ribu," kata seorang pemilik warung yang ditemui di jalan tersebut.
Â
Â
Modus Pengecer
Pemilik warung ini enggan menyebut dari SPBU mana Premium itu didapat. Hanya saja dirinya menyebut Premium didapat tengah malam dengan membawa jeriken besar.
"Harus pandai-pandai membeli ke SPBU-nya, tentu dibeli di atas harga pasaran. Biasanya sudah kenal dengan orang yang di SPBU baru dikasih, kan ada aturan nggak boleh beli pakai jeriken," kata pemilik warung tadi.
Pengakuan pemilik warung ini memperlihatkan masih adanya SPBU yang menjual premium ke warga memakai jeriken ukuran besar. Padahal, hal itu sudah dilarang.
Terkait hal ini, Pertamina menyatakan terus mengawasi setiap SPBU yang ada. Pertamina juga menyebut tak segan-segan memberi teguran hingga skorsing ke SPBU yang melanggar.
"Sebagai informasi, bulan lalu ada ada lima SPBU yang diskor untuk pembinaan, bentuknya skorsingnya macam-macam, tergantung pelanggarannya," kata Adit tanpa menyebut SPBU mana yang dimaksud.
Menurut Adit, pembinaan dilakukan supaya pelayanan tetap optimal untuk masyarakat, sesuai dengan kebijakan dan peraturan yang berlaku. Ia menyatakan bahwa Premium sudah tidak disubsidi lagi sesuai aturan yang tertuang dalam Keputusan Presiden Tahun 2014.
"Kan Premium sudah tidak disubsidi negara lagi," ucapnya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement