Dieng Tetap Aman Pasca-Letusan di Kawah Sileri

Lumpur menyembur setinggi 150 meter di Kawah Sileri, Dieng. Beberapa hari sebelumnya, ada perubahan suhu terdeteksi di wilayah tersebut.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Apr 2018, 06:35 WIB
Diterbitkan 02 Apr 2018, 06:35 WIB
Kawah Sileri meletus setinggi 150 meter dengan jarak lontak material sekitar 50 meter dari bibir kawah. (Foto: Liputan6.com/BPBD Banjarnegara/Muhamad Ridlo)
Kawah Sileri meletus setinggi 150 meter dengan jarak lontak material sekitar 50 meter dari bibir kawah. (Foto: Liputan6.com/BPBD Banjarnegara/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Banjarnegara - Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara, Arief Rahman, mengatakan kawasan wisata Dataran Tinggi Dieng aman dikunjungi wisatawan usai letusan freatik di Kawah Sileri.

"Berdasarkan informasi yang kami terima dari Pos Pengamatan Gunung Api Dieng, pada tanggal 1 April 2018, pukul 13.42 WIB, kembali terjadi letusan freatik di Kawah Sileri, yang mengeluarkan semburan lumpur dengan tinggi kurang lebih 150 meter," katanya di Banjarnegara, Minggu malam, dilansir Antara.

Ia mengatakan berdasarkan hasil pemantuan di lapangan menunjukkan sebaran material lumpur dari letusan freatik itu sejauh lebih kurang 100 meter ke arah timur, 50 meter ke arah utara, 200 meter ke arah selatan, dan 100 meter ke arah barat laut atau objek wisata D'Qiano.

Sementara, pengukuran gas di udara pada jarak sekitar 40 meter dari pusat titik letusan freatik tidak mendeteksi gas berbahaya. Gas CO2 sebesar 0,04 persen volume atau di bawah ambang batas normal 0,5 persen volume, sedangkan H2S dan SO2 tidak terdeteksi (0 ppm).

"Berdasarkan pemantauan di lokasi kejadian hingga pukul 16.00 WIB menunjukkan tidak adanya letusan susulan," katanya.

Ia mengatakan sebelumnya, petugas PPGA Dieng telah berkoordinasi dengan BPBD Banjarnegara terkait adanya perubahan suhu dan penurunan permukaan air Kawah Sileri pada 29 Maret 2018. Koordinasi tersebut dilakukan dalam rangka kesiapsiagaan dan kewaspadaan terhadap kemungkinan terjadinya letusan freatik di Kawah Sileri.

Terkait dengan letusan freatik tersebut, Arief mengatakan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) merekomendasikan agar masyarakat maupun wisatawan tidak mendekati Kawah Sileri pada jarak 200 meter dari bibir kawah.

Selain itu, kata dia, masyarakat diimbau tetap tenang dan tidak terpancing isu-isu terkait dengan aktivitas Gunungapi Dieng serta selalu mengikuti arahan dari BPBD Banjarnegara maupun BPBD Provinsi Jawa Tengah.

"Yang pasti, Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng tetap aman dikunjungi wisatawan meskipun terjadi letusan freatik di Kawah Sileri. Itu karena Kawah Sileri hanyalah satu dari sekian banyak destinasi wisata yang ada di Dieng," katanya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Kondisi Desa Terdekat

Petugas PVMBG mengumpulkan data pasca-letusan Kawah Sileri, Dieng, Banjarnegara. (Foto: Liputan6.com/BPBD BNA/Muhamad Ridlo)
Petugas PVMBG mengumpulkan data pasca-letusan Kawah Sileri, Dieng, Banjarnegara. (Foto: Liputan6.com/BPBD BNA/Muhamad Ridlo)

Letusan lumpur di Kawah Sileri seolah mengulang letusan sembilan bulan lalu. Bedanya, letusan kawah yang berada di Desa Kepakisan Kecamatan Batur, Banjarnegara, kali ini tak didahului dengan meningkatnya aktivitas seismik maupun tanda-tanda vulkanik yang signifikan.

Aktivitas kegempaan normal, begitu pula dengan suhu kawah yang terpantau hanya sedikit meningkat. Letusan freatik Kawah Sileri diawali keluarnya asap berwarna kelabu dengan ketinggian sekitar 90 meter, diikuti asap putih tebal, tekanan asap kuat dengan ketinggian sekitar 200 meter.

Seismograf digital Stasiun Sileri merekam data gempa letusan freatik pada pukul 13.42 WIB, dengan Amax 9.3 milimeter, durasi 51.95 detik. Pada pukul 13.43 WIB, Stasiun Pangonan juga merekam gempa letusan freatik, dengan Amax 4.8 milimeter, durasi 37.92 detik.

Letusan Kawah Sileri pada 2 Juli 2017, diikuti pula dengan kenaikan temperatur kawah yang cukup signifikan. Kegempaan juga meningkat. Ketika itu, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menetapkan status Kawah Sileri menjadi Waspada (Level II).

"Ada indikasi peningkatan temperatur Kawah Sileri sedikit. Belum dianalisis, tetapi kita kalau secara manual ada indikator yang lain. Besok lebih lengkap. Kalau sekarang data-datanya masih diolah," ucap Surip, Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Dieng, Minggu sore, 1 April 2018.

Data suhu telemetri (TLR) Kawah Sileri merekam data pada 1 April 2018 dari pukul 08.13 hingga 13.23 WIB, suhu Kawah Sileri terukur minimal 67,9 derajat Celsius dan maksimal 68,1 derajat Celsius dengan rata-rata 68 derajat Celsius suhu tanah.

Kepala Pelaksana Harian (Lakhar) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Banjarnegara, Arif Rachman mengklaim BPBD telah menerjunkan Tim Reaksi Cepat (TRC) ke kawasan Sileri. Namun, lantaran harus menunggu rekomendasi PVMBG, TRC dalam kondisi siaga di Desa Kepakisan.

Namun begitu, berdasarkan rekomendasi PVMBG, BPBD bersama dengan instansi lainnya mensterilkan kawasan Sileri sejauh 200 meter. Status pun masih dinyatakan normal.

Ia juga belum bisa memutuskan apakah jalan di Kawah Sileri bakal ditutup, sama dengan penanganan usai letusan Kawah Sileri pada 2 Juli 2017 lalu. Saat itu, kawasan steril Kawah Sileri berjarak 1.000 meter hingga BPBD mengevakuasi kelompok rentan, termasuk ibu hamil yang tinggal di kawasan yang dinyatakan berbahaya. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya