Pasca-Letusan Kawah Sileri, Bagaimana Situasi di Desa Kepakisan?

Letusan freatik Kawah Sileri diawali keluarnya asap berwarna kelabu dengan ketinggian sekitar 90 meter, diikuti asap putih tebal, dengan tekanan asap kuat dengan ketinggian sekitar 200 meter.

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 02 Apr 2018, 01:05 WIB
Diterbitkan 02 Apr 2018, 01:05 WIB
Petugas PVMBG dan instansi lainnya mengobservasi Kawasan Kawah Sileri, Banjarnegara. (Foto: Liputan6.com/BPBD BNA/Muhamad Ridlo)
Petugas PVMBG dan instansi lainnya mengobservasi Kawasan Kawah Sileri, Banjarnegara. (Foto: Liputan6.com/BPBD BNA/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Banjarnegara - Kawah Sileri di pegunungan Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah, kembali meletus, Minggu siang, 1 April 2018, dengan jenis letusan freatik, sama seperti pada 2 Juli 2017.

Ketinggian semburan lumpur dan material lainnya pun persis 150 meter. Letusan itu seolah mengulang letusan sembilan bulan lalu.

Bedanya, letusan kawah yang berada di Desa Kepakisan Kecamatan Batur, Banjarnegara kali ini tak didahului dengan peningkatan aktivitas seismik maupun tanda-tanda vulkanik yang signifikan. Aktivitas kegempaan normal, begitu pula dengan suhu kawah yang terpantau hanya sedikit meningkat.

Letusan freatik Kawah Sileri diawali keluarnya asap berwarna kelabu dengan ketinggian sekitar 90 meter, diikuti asap putih tebal, tekanan asap kuat dengan ketinggian sekitar 200 meter.

Seismograf digital Stasiun Sileri merekam data gempa letusan freatik pada pukul 13.42 WIB, dengan Amax 9.3 milimeter, durasi 51.95 detik. Pada pukul 13:43 WIB, Stasiun Pangonan juga merekam gempa letusan freatik, dengan Amax 4.8 milimeter, durasi 37.92 detik.

Letusan Kawah Sileri pada 2 Juli 2017, diikuti pula dengan kenaikan temperatur kawah yang cukup signifikan. Kegempaan juga meningkat. Ketika itu, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menetapkan status Kawah Sileri menjadi Waspada (Level II).

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Suhu Kawah Sileri Terpantau Meningkat

Kawah Sileri, Dieng, Banjarnegara, meletus dan melontarkan material setinggi 150 meter. (Foto: Liputan6.com/BPBD BNA/Muhamad Ridlo)
Kawah Sileri, Dieng, Banjarnegara, meletus dan melontarkan material setinggi 150 meter. (Foto: Liputan6.com/BPBD BNA/Muhamad Ridlo)

"Ada indikasi peningkatan temperatur Kawah Sileri sedikit. Belum dianalisis, tetapi kita kalau secara manual ada indikator yang lain. Besok lebih lengkap. Kalau sekarang data-datanya masih diolah,” ucap Surip, Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Dieng, Minggu sore, 1 April 2018.

Data suhu telemetri (TLR) Kawah Sileri merekam data pada 1 April 2018 dari pukul 08.13 hingga 13.23 WIB, suhu Kawah Sileri terukur minimal 67,9 derajat Celsius dan maksimal 68,1 derajat Celsius dengan rata-rata 68 derajat Celsius suhu tanah.

Kepala Pelaksana Harian (Lakhar) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Banjarnegara, Arif Rachman mengklaim BPBD telah menerjunkan Tim Reaksi Cepat (TRC) ke kawasan Sileri. Namun, lantaran harus menunggu rekomendasi PVMBG, TRC dalam kondisi siaga di Desa Kepakisan.

Namun begitu, berdasarkan rekomendasi PVMBG, BPBD bersama dengan instansi lainnya mensterilkan kawasan Sileri sejauh 200 meter. Status pun masih dinyatakan normal.

Ia juga belum bisa memutuskan apakah jalan di Kawah Sileri bakal ditutup, sama dengan penanganan usai letusan Kawah Sileri pada 2 Juli 2017 lalu. Saat itu, kawasan steril Kawah Sileri berjarak 1.000 meter.

Sebab itu, BPBD mengevakuasi kelompok rentan, termasuk ibu hamil yang tinggal di kawasan yang dinyatakan berbahaya. Saat itu, ada empat ibu hamil tua yang dievakuasi dan akhirnya melahirkan di lokasi lebih aman.


BPBD Banjarnegara Tunggu Rekomendasi PVMBG

Petugas PVMBG mengumpulkan data pasca-letusan Kawah Sileri, Dieng, Banjarnegara. (Foto: Liputan6.com/BPBD BNA/Muhamad Ridlo)
Petugas PVMBG mengumpulkan data pasca-letusan Kawah Sileri, Dieng, Banjarnegara. (Foto: Liputan6.com/BPBD BNA/Muhamad Ridlo)

Mereka Dievakuasi dari Dusun Bitingan Desa Kepakisan Kecamatan Batur. Para ibu hamil ini lantas ditempatkan di rumah singgah yang berdekatan dengan Puskesmas 2 Batur.

"Belum ada evakuasi. Jarak 200 meter itu persis di jalan dekat Kawah Sileri. Belum ada keputusan ditutup apa tidak," Arif menerangkan, Minggu malam.

BPBD juga belum menghitung jumlah keseluruhan lahan pertanian yang terdampak letusan Kawah Sileri. Rencananya, Senin, 2 April 2018, BPBD baru turun ke lokasi sembari menungggu rekomendasi PVMBG terkait keamanan Kawah Sileri.

"Berapa luasnya, jenisnya dan umurnya, kami belum menghitung," ucapnya.

Pada Minggu siang, 1 April 2018, Kawah Sileri kembali meletus, sekitar pukul 13.42 WIB. Letusan freatik ini mengeluarkan semburan lumpur dengan tinggi kurang lebih 150 meter.

Sebaran material lumpur sejauh sekitar 100 meter ke arah timur, sejauh 50 meter ke arah utara, 200 meter ke arah selatan, ke arah barat laut (D Qiano) 100 meter, dan ke arah barat 50 meter.

Pengukuran gas di udara pada jarak sekitar 40 meter dari pusat titik letusan freatik, tidak terdeteksi gas berbahaya. Gas CO2 adalah 0.04 persen volume atau di bawah ambang batas normal 0,5 persen volume. Tak terdeteksi adanya gas H2S dan SO2.

Pantauan PVMBG di lokasi, hingga Minggu pukul 16.00 WIB tidak terjadi letusan susulan.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya