Waspada Letusan Susulan Kawah Sileri

Ada kemungkinan erupsi atau letusan susulan dan bisa jadi tanpa tanda, seperti yang terjadi pada letusan Kawah Sileri Minggu siang

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 03 Apr 2018, 06:32 WIB
Diterbitkan 03 Apr 2018, 06:32 WIB
Kaldera Raksasa Pegunungan Dieng yang dipenuhi belasan kawah aktif, termasuk Kawah Sileri. (Foto: Liputan6.com/BPBD BNA/Muhamad Ridlo)
Kaldera Raksasa Pegunungan Dieng yang dipenuhi belasan kawah aktif, termasuk Kawah Sileri. (Foto: Liputan6.com/BPBD BNA/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Banjarnegara - Kawah Sileri di Desa Kepakisan Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah tiba-tiba meletus, Minggu siang, 1 April 2018. Letusan freatik ini nyaris sama dengan yang terjadi pada 2 Juli 2017.

Tak ada korban jiwa dalam dua letusan itu. Hanya saja, pada letusan 2 Juli 2017 lalu, sejumlah wisatawan terluka.

Namun, mereka bukan terluka akibat dampak langsung letusan Kawah Sileri, melainkan terjatuh saat berlarian panik. Beberapa orang terinjak oleh yang lain.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) pun telah menyatakan Kawah Sileri tetap berstatus normal pasca-letusan Kawah Sileri kali ini. Tak terdeteksi pula gas beracun yang membahayakan.

Hasil pengukuran gas di udara pada jarak sekitar 40 meter dari pusat titik letusan, tak terdeteksi gas berbahaya. Gas CO2 terukur 0,04 persen volume atau di bawah ambang batas normal 0,5 persen volume. Tak terdeteksi pula adanya gas H2S dan SO2.

Pantauan Minggu sore hingga Senin juga tidak terekam peningkatan aktivitas seismik maupun vulkanik yang menunjukkan naiknya aktivitas Kawah Sileri.

Sebab itu, PVMBG masih menyatakan Kawah Sileri dalam status normal dan belum ada rencana menaikkan menjadi waspada (level II).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Awas, Letusan Susulan Tanpa Pertanda

Kawah Sileri terpantau normal pasca-letusan Minggu, 1 April 2018. (Foto: Liputan6.com/BPBD BNA/Muhamad Ridlo)
Kawah Sileri terpantau normal pasca-letusan Minggu, 1 April 2018. (Foto: Liputan6.com/BPBD BNA/Muhamad Ridlo)

Meski begitu, Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Dieng, Surip memperingatkan agar masyarakat tak masuk zona berbahaya Kawah Sileri yang ditetapkan seluas 200 meter dari kawah.

Pasalnya, ada kemungkinan erupsi atau letusan susulan dan bisa jadi tanpa tanda, seperti yang terjadi pada letusan Kawah Sileri Minggu siang.

“Apakah ada kemungkinan (erupsi) lagi, ya ada, tetapi kapan waktunya kita tidak tahu. Yang jelas, kalau masih di luar radius 200 meter, saya kira masih aman,” Surip menerangkan kepada Liputan6.com, Senin, 2 April 2018.

Pada zaman modern, Kawah Sileri tercatat meletus 1944, 1964, 1984, 2003, 2009, dan sampai saat ini. Beberapa diantaranya, menimbulkan korban ratusan jiwa terimbas letusan Kawah Sileri.

Menurut Surip, permukiman terdekat dari Kawah Sileri, Dusun Bitingan Desa Kepakisan Kecamatan yang berjarak lebih dari 500 meter juga masih dinyatakan aman. Warga pun, sementara ini, tak perlu mengungsi.

Jarak ini dianggap aman lantaran lontaran material dua kali letusan Kawah Sileri hanya berjarak 200 meter.


Kawah Sileri adalah Kawah Teraktif di Pegunungan Dieng

Kawah sileri tiba-tiba meletus dan merusak hektaran lahan pertanian. (Foto: Liputan6.com/BPBD BNA/Muhamad Ridlo)
Kawah sileri tiba-tiba meletus dan merusak hektaran lahan pertanian. (Foto: Liputan6.com/BPBD BNA/Muhamad Ridlo)

Saat ini PVMBG masih memantau Kawah Sileri mulai dari aktivitas seismik, temperatur kawah, pengukuran gas dan pengamatan visual dengan CCTV.

Diketahui, Minggu, 1 April 2018 ini, Kawah Sileri kembali meletus, sekitar pukul 13:42:55 WIB. Letusan fratik ini mengeluarkan semburan lumpur dengan tinggi kurang lebih 150 meter.

Sebaran material lumpur sejauh sekitar 100 meter ke arah timur, 50 meter ke arah utara, 200 meter ke arah selatan, ke arah barat laut (D Qiano) 100 meter, dan ke arah barat 50 meter.

Kawah Sileri, hanyalah satu diantara delapan kawah aktif di Kaldera Raksasa Pegunungan Dieng. Kawah ini diklaim sebagai kawah teraktif.

Meski paling aktif, Kawah Sileri tak memiliki riwayat gas beracun. Hanya saja, letusan pada 1944 menimbulkan ratusan korban jiwa lantaran lontaran materiel bersuhu panas.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya