Tut...tut...tut... Berakhir Pekan Naik Sepur Kuno di Solo

Sepur Jaladara menarik dua gerbong terbuat dari kayu jati buatan tahun 1920. Jarak tempuh kereta wisata ini sekitar enam kilometer dengan kecepatan 40 km/jam.

diperbarui 21 Jul 2018, 06:00 WIB
Diterbitkan 21 Jul 2018, 06:00 WIB
Asyiknya Berwisata Naik Sepur Kuno di Solo
Sepur Kluthuk Jaladara. (Times Indonesia/Merahputih)

Solo - Berakhir pekan tidak ada salahnya mencoba berwisata menggunakan kereta kuno. Seperti yang ada di Kota Solo, Jawa Tengah. Sepur Kluthuk Jaladara, nama kereta itu.

Sepur, diambil dari bahasa Belanda spoor, sedangkan kluthuk menyebut kereta uap dari istilah bahasa Jawa. Jaladara sendiri merupakan kereta hadiah para dewa untuk Prabu Kresna dalam cerita Baratayuda.

Informasi yang dihimpun Times Indonesiakereta kuno ini masih menggunakan lokomotif uap bernomor C 1218. Bahan bakar utama Jaladara adalah lima meter kubik kayu jati dan empat meter kubik air.

Sepur Jaladara menarik dua gerbong terbuat dari kayu jati buatan tahun 1920. Jarak tempuh kereta wisata ini sekitar enam kilometer dengan kecepatan 40 km/jam.

Sepur kluthuk Jaladara melayani rute wisata dari Stasiun Purwosari hingga Stasiun Solo Kota. Jalur kereta ini sejalur dengan Jalan Slamet Riyadi yang merupakan jalan protokol di Kota Solo.

Sepur ini mengangkut sekitar 70-an orang dan singgah di Diamond Convention Center, Solo Grand Mall, Lohi Gandrung, atau rumah dinas Wali Kota Surakarta, House of Danar Hadi, Museum Radya Pustaka Sriwedari, Pasar Pon, Kampung Seniman Kemlayan, Kampung Batik Kauman, Beteng tade Center atau Gladag Langen Bogan dan Stasiun Solo Kota.

Sepur Jaladara ini beroperasi dari Stasiun Purwosari pada akhir pekan atau libur nasional, pada hari Sabtu pukul 16.30 WIB dan Minggu pukul 09.30 WIB.

Rencananya juga akan operasikan pada malam hari. Hal itu diungkapkan Wali Kota Surakarta F.X. Hadi Rudyatmo beberapa waktu lalu. Kata dia, pengoperasian Jaladara di malam hari menyuguhkan sensasi tersendiri.

Rudy mengaku ide tersebut datang dari dirinya setelah melihat geliat wisata kuliner malam di jalan utama Kota Bengawan itu mulai tumbuh.

"Paling tidak sliwar-sliwer dari rel bengkong sampai Gladag itu sudah menarik. Tidak perlu sampai Stasiun Purwosari, biar tidak mengganggu pengendara juga," ucapnya.

Wali Kota meminta Jaladara yang beroperasi malam hari dapat meningkatkan daya tarik wisata baik domestik maupun mancanegara. Dia menekankan salah satu titik fokus pemberhentian Jaladara adalah Gladag Langen Bogan (Galabo).

"Pusat kuliner malam di sisi timur bundaran Gladag itu kini memiliki konsep yang rapi dan lebih tertata," tambahnya.

Dinas Perhubungan Kota Solo sendiri siap berkoordinasi dengan PT Kereta Api Indonesia (KAI). "Menjalankan Jaladara di malam hari tidak terlalu berbeda dengan siang hari. Hanya saja perlu petugas yang disiagakan sesuai kebutuhan," ungkap Hari Prihatno, Kepala Dishub Solo.

Berwisata menaiki Sepur Kluthuk Jaladara di Solo, tentunya memberi kesan berbeda pada akhir pekan.

 

Baca berita menarik lainnya dari Times Indonesia di sini.

Simak video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya