Liputan6.com, Garut - Sebuah laken hitam, topi khas yang biasa dipakai peternak domba Garut, Jawa Barat, tampak melingkar di kepalanya. Dengan santai dan riang, beberapa kali penjual domba ini, hilir mudik mengamati deretan domba kurban dagangannya.
Begitulah polah, Aripin (34) penjual domba musiman Idul Adha yang mangkal di sekitar bahu jalan pertigaan Pasir Muncang, Kecamatan Tarogong Kaler, Garut, Jawa Barat.
Sejatinya, ia adalah anggota polisi aktif yang bertugas di Polres Garut, tetapi sejak 2007 lalu, di sela-sela waktu luangnya. Anggota berpangkat Brigadir Kepala (Bripka) ini, rajin berjualan hewan kurban menjelang datangnya momen Idul Adha.
Advertisement
"Saya paling jualan sepekan sebelum lebaran sampai tasrek (11,12,13 Zulhijah)," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di lokasi jualannya, Sabtu, 18 Agustus 2018.
Baca Juga
Bagi dia, momen Idul Adha memberikan berkah ganda yang bisa digunakan meraih keuntungan. Selain mampu menjual hewan peliharaannya dalam jumlah banyak, dia juga bisa mengasah naluri bisnisnya yang diperoleh secara otodidak itu.
"Kebetulan ayah peternak domba, jadi hitung-hitung bantu menjual lah," ujar dia bangga, bisa membantu orangtuanya.
Meskipun hanya 10 hari, sebuah kesempatan yang terbilang singkat saat musim panen jualan domba berlangsung, tetapi dia bersyukur mampu menjual hingga 30 ekor domba Garut. "Paling banyak masih didominasi pembeli lokal, tapi kadang dari luar (kota) juga ada," kata dia.
Bagi masyarakat, domba Garut adalah hewan ikon, rasanya sulit memisahkan identitas hewan yang satu ini dari kebiasaan masyarakat kota Intan. Tak ayal, musim Idul Adha datang, panen jualan domba pun ikut dirasakan.
Selain melayani penjualan ritel secara langsung di tempat, Ipin, panggilan akrab teman-teman anggota polres Garut kepada dirinya, mengaku siap melayani pembelian melalui online.
"Kadang ada yang pesan, namun tidak bisa datang ke sini, ya kami layani diantar ke lokasi, asal masih sekitar Garut kota, kami siap antar," papar dia sambil tersenyum ramah.
Â
* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.
Pola Ternak 'Ngagaduh'
Ipin mengaku, selain menjual hewan kurban hasil ternak bapaknya, ia selalu menyimpan ternak domba di beberapa peternak domba binaannya. "Istilahnya ngagaduh, nanti hasil keuntungannya dibagi dua dengan peternak," kata dia.
Ia sengaja memilih domba bakalan berusia di atas satu tahun, selanjutnya hewan herbivora itu dititip di beberapa peternak hingga satu tahun ke depan, atau tepat saat musim kurban berlangsung.
"Tapi kadang ada juga yang hanya beberapa bulan, asal sudah memenuhi syarat kurban kita jual," ungkapnya.
Untuk mendapatkan domba bakalan pilihan, tak jarang ia harus turun langsung ke petani, termasuk beberapa pasar domba tradisional di Garut. "Ada pasar Wanaraja, ada pasar Bayongbong, yang penting bibit bagus harga terjangkau," kata dia.
Dengan pola seperti itu, ia mengaku keuntungan yang diperolehnya cukup besar dari satu ekor domba yang dijual. "Kadang beli bakalan Rp 1,5 juta, kita jual Rp 2,5 juta, lumayan lah," ujarnya sambil tersenyum.
Ia berharap di tengah harga seekor sapi yang terus meroket, kehadiran domba Garut, bisa menjadi alternatif bagi masyarakat yang ingin berkurban.
Advertisement
Prioritas Melayani Masyarakat
Dibesarkan dalam keluarga yang taat beragama, Ipin kecil memang bercita-cita menjadi seorang polisi tulen, Korp Bhayangkara seakan menjadi prioritas dalam benak hidupnya.
"Makanya kalau ada panggilan mendadak piket, saya tinggalin saja jualan (domba) gantian sama adik saya," kata dia.
Baginya melayani masyarakat dengan baju seragam cokelat, adalah pilihan hidup, sehingga terkadang jualan domba pun harus ia sampingkan.
"Kadang sama adik, atau jika adik saya juga masuk, ya ayah yang gantikan (jualan)," ujar dia sambil mengenalkan Efan Mustakim, sang adik, pegawai honorer Dinas Pergubungan Garut.
Setali mata uang, Efan mengaku berjualan domba saat momen Idul Adha adalah kesempatan emas untuk menjual sebanyak mungkin domba peliharaannya.
Selain harganya yang terbilang terjangkau berkisar Rp 2,5 sampai Rp 4,5 juta per ekor, juga mampu memberikan keuntungan yang cukup menggiurkan. "Lumayan sambil ngisi waktu jika kosong piket," kata dia.
Meskipun minat warga terhadap domba masih tinggi, tetapi sesekali ia pun menawarkan sapi dan kerbau sebagai hewan pilihan warga. "Ada sekitar beberapa sapi dan kerbau yang kami siapkan," ungkap dia.
Bahkan, ia tak sungkan mengajak para abdi negara dan masyarakat lainnya yang belum berkurban, untuk segera melaksanakan kurban. "Mumpung masih ada waktu, yang butuh hewan kurban tolong kabari, kami siap melayani," ujar dia sambil tersenyum.
Â
Simak video pilihan berikut ini: