Menilik Potensi Likuefaksi di Cekungan Kalibening?

Likuefaksi lebih berpotensi terjadi pada zona dengan lapisan tanah bermaterial dominan pasir.

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 13 Okt 2018, 12:03 WIB
Diterbitkan 13 Okt 2018, 12:03 WIB
Kerusakan yang terjadi di Kalibening, Banjarnegara akibat gempa 4,4 skala rictcher April 2018 lalu (Foto: Liputan6.com/BPBD BNA/Muhamad Ridlo)
Kerusakan yang terjadi di Kalibening, Banjarnegara akibat gempa 4,4 skala rictcher April 2018 lalu (Foto: Liputan6.com/BPBD BNA/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Banjarnegara - Satu kosakata mendadak populer usai gempa Palu-Donggala, likuefaksi. Fenomena hilangnya kekuatan lapisan tanah akibat beban getaran gempa yang akhirnya mampu menelan permukiman penduduk bersama dengan penghuninya.

Tanah bergoncang dan menyebabkan rekahan. Fenomena Likuefaksi terkenal dan memiliki ciri yakni saat munculnya gejolak lumpur dari dalam tanah dan menelan rumah. Seperti rumah penduduk di Balaroa yang tiba-tiba ditelan tanah dan bergeser ratusan meter.

Fenomena dampak kerusakan yang besar juga pernah terjadi Kalibening Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, pada April 2018 lalu. Saat itu gempa 4,4 skala ritcher membuat ratusan rumah ambruk dan rusak berat.

Begitu risiko likuefaksi populer, dikhawatirkan terjadi fenomena yang sama di Kalibening jika gempa kembali menggoncang Banjarnegara. Pasalnya, gempa yang hanya berkekuatan 4,4 skala ricther saja mampu meluluhlantakkan lima desa di Kecamatan Kalibening.

Namun, sepertinya warga Kalibening boleh berlega hati. Pasalnya, diprediksi wilayah Kalibening tak berpotensi mengalami Likuefaksi, seperti yang terjadi di Balaroa, Sulteng.

Kepala Kasgeof Banjarnegara Setyo Aji menjelaskan, fenomena likuefaksi adalah peristiwa turunnya lapisan tanah akibat proses pemadatan lapisan tanah saat atau usai terjadi goncangan hebat.

Likuefaksi lebih berpotensi terjadi pada zona dengan lapisan tanah bermaterial dominan pasir. Akibatnya, ketika diguncang gempa, kantung-kantung air akan mengisi celah-celah di atasnya sehingga massa tanah yang tersaturasi dengan air menjadi dominan.

"Yang mengakibatkan berkurangnya daya dukung lapisan di atasnya, dampaknya adalah akan ‘menelan’ struktur bangunan yang berada di atas lapisan tanah tersebut," katanya, Jumat sore, 12 Oktober 2018.

Menurut dia, likuefaksi lebih berpotensi terjadi di pesisir pantai. Semakin mendekati pantai, maka potensi likuefaksi akan semakin tinggi.

Dia menjelaskan, menilik riwayat gempa di Banjarnegara, terutama Kalibening, gempa yang memicu likuefaksi tak pernah tercatat. Namun, untuk memastikan diperlukan penelitian mendalam lanjutan.

Kenapa Gempa Kecil Berdampak Besar di Kalibening?

Anak-anak korban gempa Kalibening, Banjarnegara menjalani trauma healing dan terus didampingi relawan. (Foto: Liputan6.com/BPBD BNA/Muhamad Ridlo)
Anak-anak korban gempa Kalibening, Banjarnegara menjalani trauma healing dan terus didampingi relawan. (Foto: Liputan6.com/BPBD BNA/Muhamad Ridlo)

Setyo pun mengakui, terjadi anomali dampak pada gempa Banjarnegara 18 April 2018. Gempa hanya berkekuatan 4,4 skala Ritcher namun berdampak besar di Kalibening.

Namun, ia menegaskan fenomena itu bukan lah dampak likuefakasi. Dampak yang terjadi adalah goncangan yang teramplifikasi lantaran letak Kalibening yang berada di sebuah Cekungan besar. Episentrum gempa pun berada di sekitar Kalibening dan dangkal.

Diduga, pada jutaan tahun lampau, cekungan Kalibening adalah danau raksasa purba. Danau itu lantas tertimbun oleh material vulkanik selama jutaan tahun.

Berkahnya, Kalibening memiliki tanah yang gembur dan subur. Tetapi, kelemahannya, saat terjadi gempa, tanah tak cukup solid menahan goncangan sehingga dampaknya bisa sangat parah meski dengan kekuatan gempa kecil.

Struktur tanah Kalibening yang gembur di tengah cekungan bisa dianalogikan layaknya pasir yang berada di wadah cekung, mangkuk atau tampah. Ketika mangkuk digoyang atau digerakkan maka, pasir-pasir itu akan melompat dan bergeser hebat.

"Yang berbahaya adalah goncangan sekunder. Kasus di Kalibening adalah ampilifikasi karena struktur tanah dan letak Kalibening yang menyerupai cekungan," dia menerangkan.

Tanpa disadari, Kalibening juga berada di atas patahan atau sesar lokal Kalibening-Wanayasa yang kerap bertumbuk dan menyebabkan gempa. Sebab itu, kekuatan gempa kecil pun memicu goncangan yang hebat di atasnya.

Diketahui, lima desa terdampak parah gempa Banjarnegara April lalu. lima desa, meliputi Kertosari, Kasinoman, Sidakangen, Plorengan dan Kalibening.

Hasil verifikasi akhir, sebanyak 238 rumah roboh atau rusak berat, 168 rumah rusak sedang dan 361 rumah rusak ringan akibat goncangan gempa Banjarnegara. Saat ini, Kementerian PUPR dan BNPB tengah mengebut pembanguan rumah untuk korban gempa.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya