Kisah Sarung Tangan Kiper Pemuda Riau Sampai Spanyol

Sarung tangan kiper dari Riau pada 2014 mulai masuk ke Malaysia, kemudian pada 2017 di Filipina dan Spanyol pada tahun ini.

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Okt 2018, 05:00 WIB
Diterbitkan 22 Okt 2018, 05:00 WIB
Chelsea-Kepa Arrizabalaga
Kiper Kepa Arrizabalaga menepis bola saat mengikuti latihan tim Spanyol selama Piala Dunia 2018 di Krasnodar Academy (21/6). Pemuda 23 tahun itu resmi menjadi kiper pemain termahal dunia setelah diboyong Chelsea. (AFP Photo/Pierre-Philippe Marcou)

Liputan6.com, Pekanbaru - Produk sarung tangan kiper buatan FAT Indonesia milik pengusaha muda di Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau, mulai dikenal tidak hanya di dalam negeri. Kini sarung tangan FAT juga sudah dipakai kiper-kiper di Malaysia, Filipina hingga Spanyol.

"Dari awal merintis tahun 2013 hanya memproduksi 120 pasang sarung tangan kiper, sekarang dalam setahun bisa memproduksi sekitar 7.000 hingga 8.000 pasang," kata pemilik dan pendiri FAT Indonesia, Franky Adi Thama.

FAT merupakan singkatan dari nama Franky Adi Thama, adalah sebuah produk perlengkapan olahraga yang didirikan pada 2013 dan berawal dari pengalaman pribadinya sebagai kiper sepak bola. Menurut dia, setiap kiper di Riau selalu kesulitan mendapat sarung tangan kualitas bagus dengan harga terjangkau. Kalaupun ada, pasti sarung tangan itu adalah produk impor yang harganya mahal.

Franky sempat berbisnis menjual sarung tangan impor sebelum akhirnya berani membuat produk sendiri. Produk FAT pertama adalah dua model sarung tangan kiper yang diproduksinya sebanyak 120 pasang, dan dibandrol Rp 375 ribu sepasang.

"Saya mulai merintis bisnis ini pada 2013 dan Alhamdulillah dalam satu setengah tahun cukup menguatkankan merk ini. Sehingga pada 2014 produk ini mulai masuk ke Malaysia, kemudian pada 2017 di Filipina dan Spanyol pada tahun ini," katanya dilansir Antara.

Franky kemudian menggunakan jaringannya yang sudah ada untuk memasarkan produk FAT dengan penjualan lewat internet (on line). Ia masih ingat kiper yang pertama menggunakan produknya adalah Shahar Ginanjar saat masih bermain di Persib, dan Edi Kurnia di Pelita Bandung Raya (PBR). Teja Paku Alam, kiper Sriwijaya FC kini juga pakai sarung tangan FAT.

Menurut dia, kunci keberhasilan FAT adalah pada kemauan untuk riset dan pengembangan. Sarung tangan kiper buatan FAT punya keunggulan karena desain disesuaikan selera dan kondisi di Indonesia. Material yang digunakan juga cocok untuk iklim tropis Asia Tengara, dan tahan lama untuk dipakai di kondisi lapangan yang kurang bagus.

"Material yang digunakan punya daya tahan yang bagus, tidak cepat rusak. Kiper juga tidak mesti ganti sarung tangan ketika main di kondisi panas dan tiba-tiba turun hujan seperti yang sering terjadi di Indonesia," katanya.

Selain itu, harga produk ini juga bisa 50 persen lebih murah dari sarung tangan kiper buatan produk ternama.

"Misal merk luar dengan sarung tangan level tiga dengan harga Rp 500 ribu, tapi FAT harganya Rp 375 ribu dan kualitasnya di atas merk luar itu. Untuk produk level yang sama dan paling bagus misalkan harga merk luar Rp 1,5 juta, kita tawarkan dengan kualitas sama harganya Rp 610 ribu," katanya.

Sarung tangan kiper FAT juga cocok untuk negara-negara lain di Asia Tenggara, yang dibuktikan dengan cukup diterimanya produk ini di Malaysia dan Singapura. Sejumlah kiper asing kini juga bersedia untuk disponsori oleh produk FAT Indonesia.

Sederet kiper asing yang kini disponsori oleh FAT Indonesia antara lain Farizal Marlias dari klub Johor Darul Ta'zim yang merupakan juara lima kali Malaysia Super League. Kemudian ada Muhammad Hafizul Hakim kiper Perak FA Malaysia, Louie Michael Casas kiper Global Cebu yang bermain di Philippina Football League, dan Toni Doblas kiper Ceres Negros FC di Philippina Football League.

"Kebetulan Toni Doblas ini orang Spanyol dan pernah main di Real Zaragoza dan Napoli, Italia. Karena dia orang Spanyol, maka produk kita bisa dikenal sampai akhirnya punya distributor di Spanyol," katanya.

Kiper Spanyol yang kini menggunakan produk FAT antara lain Brais Pereiro Troncoso dari klub Rapido de Bouzas, dan Ignacio Otano Aranburu yang bermain untuk klub Deportivo Tenerife di La Liga Spanyol.

"Karena permintaan sudah makin banyak, akhirnya kita tidak hanya menjual lewat online tapi ada toko-toko yang menjadi distributor seperti di Bandung, dua toko di Jakarta, Bali dan Malang," kata Franky.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya