Rawan Longsor, Pemkab Garut Siapkan Jurus Jitu Tanggap Bencana

Sebagai daerah yang rawan longsor, Pemkab Garut menganggarkan Rp 20 miliar untuk antisipasi terjadinya bencana.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 20 Nov 2018, 13:01 WIB
Diterbitkan 20 Nov 2018, 13:01 WIB
Apel Gabungan persiapan bencana di Garut
Apel Gabungan persiapan bencana di Garut (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - Pemerintah Kabupaten Garut, Jawa Barat, telah menyiapkan anggaran Biaya Tak Terduga (BTT) hingga dua kali lipat pada anggaran belanja daerah 2019 mendatang.

Upaya itu, sebagai persiapan Pemda Garut dalam menghadapi berbagai ancaman bencana alam di salah satu daerah yang rawan bencana itu. 

"Tahun depan (2019) angkanya kita naikkan BTT menjadi Rp 20 miliar," kata Bupati Garut Rudy Gunawan kepada wartawan di Garut, Senin, 19 November 2018.

Rudy mengatakan, sebagai daerah dengan tingkat kerawanan bencana alam yang terbilang tinggi di Jawa Barat, dukungan anggaran yang memadai sangat dibutuhkan untuk menghadapi ancaman bencana yang tiba-tiba menerjang.

Tahun lalu anggaran BTT sebesar Rp 7 miliar, kemudian ditambah pada anggaran perubahan sebesar Rp 5 miliar. Dalam praktiknya, anggaran BTT tersebut ujar Rudy, bisa digunakan apabila kondisi daerah terdampak bencananya sangat luas, atau menimbulkan korban jiwa. 

"Nah sekarang untuk tahun depan kita tambah menjadi Rp 20 miliar karena instruksi dari pemerintah pusat untuk kesiapan menghadapi bencana," papar dia.

Sesuai dengan arahan Badan Meteorologi,Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang telah mengeluarkan rilis mengenai tingginya prediksi curah hujan tinggi ke depan, dibutuhkan antisipasi dan persiapan matang semua pihak. "Makanya kita harus mempersiapkan diri," kata dia.

Beberapa musibah bencana alam yang diprediksi kerap menerjang Garut yakni tanah longsor dan banjir bandang. Namun Rudy berharap, pada musim hujan kali ini seluruh masyarakat dan alam Garut dijauhkan dari bencana alam. "Kita berdoa saja supaya tidak terjadi bencana di Garut," pinta dia.

 

Garut Selatan Masih Rawan Bencana

Kapolres Garut AKBP Budi Satria Wiguna
Kapolres Garut AKBP Budi Satria Wiguna (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Hingga kini dari seluruh wilayah rawan bencana di Garut, wilayah selatan Kabupaten Garut masih menjadi daerah ringkat kerawanan paling tinggi. Banjir dan longsor masih menjadi ancaman paling nyata bagi masyarakat Garut.

Kapolres Garut, AKBP Budi Satria Wiguna, mengatakan, untuk memudahkan penanganan bencana, lembaganya membagi lima zona rawan bencana. "Salah satunya zona selatan yang berbahaya. Seperti Pameungpeuk, Cikelet, Cisewu," ujar Budi usai apel siaga bencana di Lapangan Ciateul, Senin (19/11/2018).

Untuk mendukung upaya tanggap bencana, lembaganya bakal mengerahkan 1.500 personel gabungan yang terdiri dari anggota Polri, TNI, dan relawan masyarakat. "Sudah kami petakan daerah rawannya bersama BPBD. Biar bisa segera ditangani kalau bencana terjadi," ujarnya.

Selain itu, kebutuhan logistik untuk penanganan bencana juga telah disiapkan di setiap zona. Untuk menghindari hal yang tidak diharapkan, lembaganya mengimbau masyarakat tetap waspada dan hati-hati, terutama saat hujan besar melanda.

Dalam catatan awal dua pekan awal musim hujan, sejumlah daerah terutama di kawasan Garut Selatan mengalami beberapa bencana longsor. Meskipun tidak menimbulkan korban jiwa, tetapi datangnya musibah itu menunjukkan ancaman bencana masih tinggi.

Logistik Bencana Menipis

Peralatan unit kebencanaan BNPB Garut
Peralatan unit kebencanaan BNPB Garut (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Di tengah rencana anggaran BTT yang melonjak tinggi, Badan Penanggulan Bencana Garut (BPBD) ternyata tengah menghadapi persoalan serius akibat minimnya stok logistik untuk menghadapi musim bencana.

"Jumlahnya belum direkap, tapi yang pasti di kami sangat kurang," ungkap Kepala Pelaksana BPBD Garut Dadi Djakaria menambahkan. 

Menurutnya, stok logistik untuk kebutuhan bencana biasanya dipasok BPBD Provinsi Jabar, kemudian sejumlah instansi seperti Dinas Sosial, Dinas Ketahanan Pangan, dan Dinas Petanian Garut, tetapi hingga kini bantuan itu belum terlihat.

Saat ini, persediaan logistik yang ada hanya sifatnya manual seperti tikar, family kit, dan perlengkapan bayi, sedangkan untuk kebutuhan lain masih kurang. "Stok makanan kurang," ujar dia.

Untuk menghadapi ancaman bencana yang sulit diprediksi, lembaganya berharap kebutuhan logistik segera terpenuhi. "Sebab jika terjadi bencana bisa langsung kami salurkan ke warga," ujarnya.

 

Simak video pilihan berikut ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya