Liputan6.com, Garut - Proses pembongkaran bangunan di sepanjang jalur reaktivasi Cibatu-Garut Kota, Jawa Barat tinggal menghitung hari. Sekitar 1.077 bangunan yang berdiri di atas jalur sepanjang 19,2 kilometer tersebut, sebentar lagi akan segera rata dengan tanah.
"Secepatnya (pembongkaran), intinya setelah diberikan uang kerohiman, masyarakat harus segera pindah maksimal kita berikan waktu satu bulan," ujar Juru Bicara PT KAI Daop 2 Bandung Joni Martinus, saat pendataan sekaligus pemberian buku tabungan dan kartu ATM uang pindah, di Cibatu, Garut, Sabtu (30/11/2018).
Seperti diketahui, sesuai arahan dari pemerintah pusat dan direksi PT KAI, perencanaan pengerjaan fisik proyek atau detail engineering design (DED) reaktivasi jalur rel kereta api di Jawa Barat akan dilakukan Januari 2019.
Advertisement
Baca Juga
Menurutnya, rencana reaktivasi jalur kereta sepanjang 19,2 meter itu sudah sesuai target. Sesuai dengan surat Keputusan (SK) Direksi PT KAI, masyarakat akan mendapatkan uang pindah sebesar Rp 250 ribu per meter persegi bagi pemilik bangunan permanen.
"Warga yang haya memiliki bangunan semi permanen hanya 200 ribu rupiah per meter persegi," kata dia.
Untuk mendukung rencana itu, lembaganya saat ini tengah fokus melengkapi administasi warga terdampak, termasuk mendistribusikan uang ganti atau biaya bongkar bangunan. "Kita terus kerjakan seperti kemarin kita mendata hingga larut malam," ujarnya.
Khusus fasilitas umum dan tempat ibadah yang akan terkena pembongkaran, lembaganya akan mencarikan lahan baru atau lahan wakaf yang selanjutnya pihak perusahaan, terlibat langsung dalam pembangunan itu. "Soal lokasinya tergantung kesepakatan warga," ungkap dia.
Dede Nurhayati, (38), salah satu warga terdampak reaktivasi rel kereta jalur Cibatu-Garut Kota, mengaku terkejut dengan pendataan untuk pencairan uang kerohiman tersebut. Terlebih rombongan pejabat Daop 2 Bandung itu, datang tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. "Saya kira siapa, ternyata dari pihak kereta (PT KAI)," ujarnya.
Warga RT 4 RW 7 Desa Keresek Kecamatan Cibatu itu mengaku belum mengetahui besaran uang pindah yang akan ia terima, namun berapa pun jumlahnya ia siap menerima. "Lagian kita sudah sepakat dan memang kita akan pindah, tetapi masih bingung juga enggak tahu ke mana," ujarnya menambahkan.
Hal yang sama diakui, Iim Halimatusadiah, (38), di tengah keterbatasan waktu untuk mencari tempat pindahan yang baru, rencannya ia bersama keluarga akan menempati rumah orang tua yang masih berada di wilayah kecamatan Cibatu. "Mau bagaimana lagi, meskipun kita bingung, tetapi saya siap pindah," ujarnya.
Ia berharap PT KAI bisa mensosialisasikan besaran uang pindah yang akan dikantongi warga, terlebih nominal uang yang akan diterima, bakal digunakan mencari tempat tinggal selanjutnya. "Minimal berapa yang kita terima, jadi jika ada kekurangan bisa berusaha dari sekarang," kata dia.
Pembenahan Jalur Sebidang Perlintasan
Ditengah upaya perbaikan jalur yang akan kembali digunakan, lembaganya terus berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan Garut, melakukan pembenahan jalur perlintasan sebidang kereta api. "Memang semuanya akan kita siapkan berbarengan dengan reaktivasi," ujarnya.
Jalur perlintasan sebidang kereta api terbagi dalam dua kategori, yakni resmi dan tidak resmi. Jalur perlintasan resmi wajib mendapatkan izin dari Kementerian Perhubungan terutama direktorat Jenderal Perkeraapian, kemudian dijaga petugas resmi plus rambu-rambu peringatan lainnya. "Tapi ada juga yang resmi tetapi tidak dihaga petugas," kata dia.
Kedua, jalur perlintasan sebidang tidak resmi, jalur tersebut biasanya tidak mendapatkan izin dari kementerian perhubungan serta tanpa dilengkapi rambu-rambu peringatan. "Seperti yang di Cimahi beberapa waktu lalu, kalau membahayakan jalan kereta api ya bisa kita tutup," kata dia.Â
Seperti diketahui, reaktivasi jalur kereta api Cibatu-Garut Kota akan menjadi jalur pertama di Jawa Barat yang akan kembali dihidupkan oleh pemerintah mulai akhir tahun ini. Jalur yang telah mati suri hampir empat dekade tersebut, akan kembali diaktifkan mulai tahun depan.
Saat ini kondisi lahan dan trek Right of Way (ROW) rel di sepanjang jalur itu sudah tertutup bangunan milik warga. Padahal sesuai aturan, di kiri dan kanan ROW harus steril dari pemukiman penduduk dengan jarak mulai, 12 meter, 20 meter, hingga 35 meter dari pemukiman warga.
Rencannya, untuk jalur Cibatu – Garut Kota akan dibangun tiga stasiun utama, yakni Garut Kota, Wanaraja, dan Cibatu, serta sembilan halte pendukung, yakni halte Cibatu, Pasir Jengkol, Citameng, Wanaraja, Cinunuk, Tunggilis, Cibolerang, Cimurah, Pasir Uncal, Sukarame, dan Garut Kota.
Untuk merealisasikan pembangunan itu, pemerintah sudah menganggaran hingga Rp 400 miliar yang akan digunakan untuk pengadaan rel baru untuk mengganti rel lama, pembangunan stasiun baru, hingga biaya pindah bagi warga yang rumahnya terdampak yang besarnya mencapai Rp 250 ribu per meter persegi.
Selain Cibatu-Garut Kota-Cikajang yang akan segera dihelat, tercatat tiga jalur kereta lainnya di provinsi Jawa Barat, akan segera mendapatkan program serupa dari pemerintah mulai tahun depan, yakni jalur kereta api Rancaekek – Tanjung Sari Sumedang, Bandung - Ciwidey, serta Banjar - Pangandaran - Cijulang.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement