Gelombang Tinggi dan Isu Tsunami Bikin Panik Warga Manado

Isu bakal terjadinya tsunami selain membuat panik warga juga menjadikan pusat keramaian di Megamas Manado menjadi sepi.

oleh Yoseph Ikanubun diperbarui 28 Des 2018, 02:00 WIB
Diterbitkan 28 Des 2018, 02:00 WIB
Warga Manado Panik Isu Tsunami
Warga Manado panik gelombang tinggi dan isu tsunami (Liputan6.com / Yoseph Ikanubun)

Liputan6.com, Manado - Gelombang tinggi yang menerjang beberapa kawasan di Kota Manado, Kamis (27/12/2018) malam, membuat warga di ibukota provinsi Sulawesi Utara itu panik. Apalagi kabar bakal terjadinya tsunami beredar luas melalui media sosial.

"Hujan deras dan angin kencang yang terjadi sejak sore hari sudah cukup membuat warga was-was. Apalagi di pesisir pantai Manado terlihat gelombang tinggi menerjang ke arah daratan," kata Lucky Muhamad, warga Kecamatan Wenang, Manado.

Lucky berdomisili tepat di depan kawasan reklamasi Megamas Manado. Di area reklamasi itu, air laut bahkan naik hingga ke ruas jalan dan sejumlah rumah makan. Akibatnya pengelola kawasan Megamas Manado menutup ruas jalan yang tepat berada di pinggiran laut.

"Kami terpaksa menutup kawasan ini, mulai dari belakang Multimart hingga Mc Donald. Karena air laut naik hingga ke ruas jalan dan membuat kuatir warga pengunjung," ujar Steven, salah satu petugas keamanan di kawasan Megamas Manado yang ditemui, pagi ini.

Meski naiknya air laut ke kawasan Megamas itu belum begitu mengkhawatirkan, namun informasi yang beredar di media social menyebutkan bahwa peringatan tsunami sudah disampaikan pihak BMKG.

"Kami mendapat informasi sudah ada peringatan dini terkait tsunami, sehingga sudah bergerak menghindari wilayah pantai," ungkap Priscilia, warga Kecamatan Sario, Manado.

Tak pelak, informasi bakal terjadinya tsunami selain membuat panik warga juga menjadikan pusat keramaian di Megamas Manado itu menjadi sepi. Sejak sore hingga tengah malam, tak terlihat kendaraan serta aktivitas warga di kawasan itu. Padahal Megamas Manado merupakan pusat perbelanjaan dan jantung keramaian di Kota Manado.

Kepala Seksi Observasi dan Informasi BMKG Kelas II Maritim Bitung, Ricky Daniel Aror dalam keterangannya mengatakan, yang disiarkan oleh pihaknya adalah terkait gelombang tinggi, dan bukan peringatan dini tsunami.

"Warga salah mengartikan rilis yang kami kirimkan. Bukan tsunami, tetapi potensi gelombang tinggi di perairan Sulawesi Utara," kata Ricky.

 


Suara Ombak Terdengar Dekat

Tak hanya di Manado. Warga di sejumlah desa di wilayah barat Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo, juga resah akibat gelombang tinggi yang melanda perairan tersebut yang dikhawatirkan akan menerjang pemukiman penduduk.

"Banyak warga meresahkan tingginya gelombang, sebab suara ombak terdengar sangat dekat dari rumah-rumah penduduk," ujar Kepala Desa Kasia, Kecamatan Sumalata Timur, Andri Usu, dilansir Antara.

Ia mengaku, keresahan warga itu bertambah akibat belum adanya informasi terkait kondisi tinggi gelombang apakah akan berlangsung sepanjang malam dan mencapai ketinggian berapa.

Belum lagi, kata dia, banyak warga ketakutan terkait informasi adanya ancaman tsunami.

Meskipun alat pendeteksi tsunami terpasang di desa itu, namun kekhawatiran terus melanda mengingat rata-rata pemukiman warga hanya berjarak 100 meter dari tepi pantai.

Warga lainnya, Syamsudin Ngou mengaku, gelombang tinggi juga melanda beberapa desa seperti di Desa Hutokalo dan Bulontio.

Bahkan belasan rumah yang berjarak sekitar 50 meter dari tepi pantai, sudah digenangi air laut akibat terjangan ombak yang diperkirakan mencapai 1 meter.

Ia berharap, kondisi itu segera ditanggapi pemerintah daerah untuk dapat menenangkan warga yang berada di wilayah pesisir.

"Perlu ada penyebaran informasi secara langsung terkait cuaca dan kondisi gelombang laut yang melanda perairan di wilayah ini, agar masyarakat tidak cemas namun tetap waspada," ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya