55 Orang Meninggal Dunia Akibat DBD di Jawa Timur

Kediri menjadi kabupaten peringkat pertama se-Jawa Timur sebagai daerah yang paling banyak kasus penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).

oleh Dian Kurniawan diperbarui 04 Feb 2019, 14:00 WIB
Diterbitkan 04 Feb 2019, 14:00 WIB
Demam Berdarah Dengue (DBD)
Foto: Dian Kurniawan/ Liputan6.com.

Liputan6.com, Kediri - Kediri menjadi kabupaten peringkat pertama se-Jawa Timur sebagai daerah yang paling banyak kasus penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).

Tercatat, dari awal tahun ini saja ada sekitar 416 jumlah penderita DBD, dan 12 di antaranya dinyatakan meninggal dunia, yang didominasi usia 15 tahun ke bawah.

Sementara data akumulatif dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur menyebut, kasus DBD di kawasan tersebut mencapai 3.686, dan 55 orang di antaranya meningga dunia.

Data ini menbuat Dinas Kesehatan setempat terus bekerja ekstra, khususnya di wilayah Kabupaten Kediri.

Kepala Dinas Kesehatan Provinisi Jawa Timur, Kohar Hari Santoso dalam kesempatan tatap muka dengan 16 kepala desa menyoal kasus DBD mengatakan, pihaknya memberikan perhatian khusus kepada Kabupaten Kediri untuk mengatakasi merebaknya wabah demam beradar.   

Ia menilai sebenarnya pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri sudah berupaya untuk menekan jumlah penderita penyakit demam berdarah melalui gerakan pemberantasan sarang nyamuk. 

Kohar juga mengharapkan pihak dinas terkait harus memberikan pemahaman atau meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat terkait penyakit demam berdarah. 

"Maka kegiatan PSN Kita harus, masyarakat harus rutin ngosek jedingnya (kamar mandi) seminggu sekali. Kemudian yang melakukan monev dari aparatur dari kesehatan, kelurahan, kecamatan itu setiap tiga bulan sekali melakukan pemantauan di rumah penduduk," tutur Kohar kepada Liputan6.com.

 

Ikan Cupang

Budidaya Ikan Cupang
Foto: Dian Kurniawan/ Liputan6.com.

Seiring merebaknya wabah demam berdarah di wilayah Kediri hingga mengakibatkan 12 orang dinyatakan telah meninggal dunia. Sejumlah perangkat desa dan dinas terkait sejak beberapa hari yang lalu mulai gencar melakukan gerakan pemberantasan sarang nyamuk serta intensifkan kegiatan ikanisasi. 

Kegiatan ikanisasi ini ternyata membawa dampak terhadap meningkatnya jumlah permintaan atau penjualan ikan hias jenis Cupang (Ikan Pertarungan). 

Salah satu petani budidaya ikan asal Kelurahan Ketami Kecamatan Pesantren Kota Kediri Jawa Timur, Heru Sulistiyo mengatakan, sejak bulan Desember lalu hingga sekarang permintaan ikan Cupang meningkat. 

Ikan Cupang menjadi cara tersendiri untuk memberantas jentik nyamuk yang ada di kolam, bak kamar mandi, dan genangan air lainya. 

"Permintaan ada yang dari petani, pedagang dan Kelurahan. Itu tadi ada Kepala Kantor Kelurahan Gampeng Rejo yang beli untuk program Ikanisasi. Kalau dari petani ini  memang pasar sudah mulai agak marak," tutur Heru kepada Liputan6.com.

Heru menyebut, sebelumnya permintaan ikan Cupang per minggu hanya berkisar 1.000-1.500 ekor, kini saat wabah DBD meningkat, penjualan ikan Cupang naik sekitar 400 persen di angka 3.000-4.000 ekor per minggu. 

Ikan Cupang memiliki keistimewaan dibanding ikan hias lainnya untuk memberantas jentik nyamuk. Selain mampu bertahan di suhu air yang dingin, ikan ini juga bisa ditempatkan di mana saja, seperti di vas bunga, bak mandi, dan tempat tertutup lainnya yang tanpa bantuan oksigen.

Mugiono selaku PJ kepala Desa Gampeng Rejo Kabupaten Kediri mengatakan, penggunaan ikan Cupang dianggap lebih efektif ketimbang penggunaan serbuk yang ditebar di kolam kamar mandi untuk memberantas jentik nyamuk.

"Kita beli seribu ekor, untuk disalurkan ke rumah warga. Saya ingin setiap bak penampungan air yang notabene gak gampang dikuras itu ada ikan. Selama ada ikan Cupang, jentik pasti dimakan," ujar Mugiono. 

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya