Ketika Siswi Peserta UNBK Minta Izin Pulang Untuk Melahirkan

Siswi itu terpaksa tidak bisa melanjutkan proses ujian lantaran ia harus segera pulang untuk melahirkan bayi yang sedang dikandungnya.

oleh Ola Keda diperbarui 04 Apr 2019, 07:00 WIB
Diterbitkan 04 Apr 2019, 07:00 WIB
Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) di SMA Swasta Nesi Neonmat, Kota Kupang (Ola Keda?liputan6.com)
Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) di SMA Swasta Nesi Neonmat, Kota Kupang (Ola Keda?liputan6.com)

Liputan6.com, Kupang - Salah satu siswi peserta Ujian Nasional Berbasis Komputer atau UNBK di SMA Swasta Nesi Neonmat, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) terpaksa tidak bisa melanjutkan proses ujian lantaran ia harus segera pulang untuk melahirkan bayi yang sedang dikandungnya. 

"Sesi pertama pada UNBK hari pertama hari masih bisa mengikuti ujian mata pelajaran Bahasa Indonesia. Setelah itu, yang bersangkutan izin pulang untuk melahirkan,” kata Kepala SMA Swasta Nesi Neonmat, Simon Nesi kepada Liputan6.com, Rabu (3/4/2019).

Ia menyebutkan, dari 270 siswa kelas XII di sekolahnya tahun ini, dua anak didiknya tidak bisa mengikuti UNBK. Selain siswi yang izin karean harus melahirkan, satu siswa lainnya saat ini masih sedang tersangkut kasus hukum.

"Pihak sekolah masih memberikan kesempatan bagi yang belum mengikuti UNBK utama agar bisa mengikuti ujian susulan yang diagendakan secara nasional mulai tanggal 15-16 April 2019 mendatang," kata Simon.

Tahun ini merupakan tahun pertama sekolahnya melaksanakan UNBK dengan meminjamkan fasilitas komputer, server dan ruangan laboratorium milik SMKN 2 Kupang.

Komputer yang disiapkan sebanyak 120 unit dan disebarkan pada 5 ruangan laboratorium, dengan cadangan masing-masing, 1 unit komputer disetiap ruangan dilengkapi dengan 5 unit server, 10 orang Proktor, dan 5 orang teknisi.

Sementara teknis pelaksanaan ujiannya dibagi dalam tiga sesi, dimana sesi pertama dan sesi kedua masing-masing, 120 siswa, dan sesi ketiga hanya 30 siswa.

Ia mengaku, selama UNBK hari pertama di sekolahnya, sejak sesi pertama hingga sesi ketiga tidak ada gangguan teknis, seperti gangguan jaringan internet, gangguan server, dan gangguan listrik.

Sementara pengawas yang mengawasi UNBK di sekolahnya menggunakan sistem silang didatangkan dari SMAN 9 Kupang sebanyak  lima orang.

Atas keterbatasan fasilitas itu, Simon meminta perhatian pemerintah, baik Pemprov NTT  melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT maupun Pempus untuk membantu pengadaan komputer/laptop dan server di sekolahnya.

"Mimpi kami, suatu saat memiliki komputer dan server sendiri, sehingga tidak lagi meminjamkan fasilitas di sekolah lain saat UNBK seperti sekarang," dia memungkasi.

Saksikan video pilihan berikut:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya