Waspada, Tiap Jam Ada Gempa Bumi di NTT

Berada pada lempeng Indo-Australia, kawasan NTT rentan bencana gempa bumi.

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Apr 2019, 00:00 WIB
Diterbitkan 27 Apr 2019, 00:00 WIB
Gempa Bumi
Ilustrasi Gempa Bumi (iStockphoto)

Liputan6.com, Kupang - Nusa Tenggara Timur rentan bencana gempa bumi. Kondisi ini bisa dilihat dari hasil monitoring Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), yang mencatat hampir setiap jam terjadi gempa di daerah itu. 

"Menurut kami, NTT sangat rentan terhadap bencana karena hampir setiap jam terjadi gempa, dan itu terjadi di hampir semua wilayah di NTT," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bendana Daerah (BPBD) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Thomas Bangke, di Kupang, Jumat (26/4/2019), dilansir Antara.

Dia mengemukakan hal itu, di sela kegiatan simulasi penanggulangan bencana gempa bumi dan tsunami di Pantai Lasiana Kupang. Kegiatan simulasi itu yang melibatkan TNI/Polri itu dalam rangka hari kesiapsiagaan bencana.

Dia menyebutkan, gempa bumi yang terjadi setiap jam di sejumlah daerah di NTT seperti Sumba, Timor, Alor dan Flores ini, umumnya di bawah 4 skala richter (SR) sehingga tidak dirasakan oleh masyarakat.

"Tetapi tetap merupakan ancaman karena NTT berada pada lempeng Indo-Australia, dimana berpotensi terjadi gempa bumi dalam skala besar yang bisa berdampak pada korban jiwa," katanya.

Sementara berdasarkan hasil penelitian, masyarakat yang berada di provinsi berbasis kepulauan itu belum paham tentang cara menyelamatkan diri secara mandiri jika terjadi kondisi darurat.

Dalam hubungan dengan itu, dipandang penting untuk memberikan edukasi kepada masyarakat melalui simulasi-simulasi agar mereka bisa menyelamatkan diri secara mandiri jika terjadi bencana, katanya.

Selain bisa meminimalisir jatuhnya korban jiwa, jika terjadi kondisi darurat, kata Thomas Bangke menambahkan.

Dia menambahkan, tren bencana di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Data menunjukkan pada tahun 2018, jumlah kejadikan bencana sebanyak 2.572 dan telah mengakibatkan korban manusia sebanyak 4.814 meninggal dan hilang, 21.064 orang luka-luka dan 10,2 juta orang mengungsi serta kerugian mencapai lebih dari 100 triliun rupiah, baik material maupun lainnya.

Karena itu, dengan memahami resiko maka kita dapat mengetahui hal-hal apa saja yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kapasitas sehingga risiko dapat diperkecil, katanya menambahkan.

* Ikuti Hitung Cepat atau Quick Count Hasil Pilpres 2019 dan Pemilu 2019 di sini

Simak juga video pilihan berikut ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya