Reaksi Sultan soal Polemik Kepala Dusun Perempuan di Dusun Pandeyan Bantul

Republik ini kan tidak membedakan orang perempuan maupun laki-laki maupun membedakan sulu dan agama. Semua diperlakukan sama

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Mei 2019, 02:00 WIB
Diterbitkan 21 Mei 2019, 02:00 WIB
20160724- Sri Sultan Hamengkubuwono X- Sultan HB X- GKR Hemas-Jakarta- Johan Tallo
Sri Sultan Hamengkubuwono X memberikan pidato saat acara Halal Bihalal dengan warga Yogya di Jakarta di rumah dinas Wakil Ketua DPD GKR Hemas, Jakarta, Minggu (24/7). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Yogyakarta - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan, kasus penolakan dukuh atau kepala dusun terpilih karena perempuan seperti yang terjadi di Dusun Pandeyan, Desa Bangunharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul tidak perlu terjadi.

"Ya, saya kira hal seperti itu tidak perlu. Kalau memang dia menang ya siapa pun dia punya hak," kata Sultan, saat ditemui seusai menjadi inspektur upacara Peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke-111, di Alun-alun Utara, Yogyakarta, Senin (20/5/2019).

Menurut Sultan, penolakan itu tidak tepat karena selama ini di Indonesia tidak ada pendikotomian berdasarkan gender baik laki-laki maupun perempuan maupun suku atau agama yang dianut dalam konteks hak untuk dipilih menjadi pemimpin. Terlebih untuk kepala dusun.

"Republik ini kan tidak membedakan orang perempuan maupun laki-laki maupun membedakan suku dan agama. Semua diperlakukan sama," kata dia dilansir Antara.

Merespons polemik tersebut, Sultan mengatakan telah mengirim utusan ke Kabupaten Bantul untuk mengecek kebenaran kasus penolakan kepala dusun perempuan di Dusun Pandeyan, Desa Bangunharjo oleh warganya.

"Tadi malam saya sudah suruh orang menanyakan peristiwa itu betul atau tidak," kata dia.

Hanya Ulah Oknum

[Bintang] Sultan Hamengkubuwono X
Pernikahan Kahiyang Ayu dan Bobby Nasution (Adrian Putra/bintang.com)

Sultan menilai penolakan dukuh karena berjenis kelamin perempuan dilakukan oleh oknum yang memiliki motif tidak jauh berbeda dengan oknum-oknum yang terlibat dalam sederet kasus intoleransi di Banguntapan maupun Kotagede Yogyakarta.

"Ya, itu kan biasa oknum, itu kan sama dengan kejadian yang di Banguntapan maupun Kotagede. Ya motif-motif sama lah, kira-kira kan begitu," kata Raja Keraton Ngayogyakarta ini pula.

Seperti diberitakan sebelumnya, seorang Dukuh terpilih bernama Yuli Lestari (42) di Dusun Pandeyan, Desa Bangunharjo, Bantul ditolak oleh warganya sendiri.

Padahal, Yuli telah memenuhi persyaratan dan mengikuti tes serta mengungguli calon lainnya dalam pemilihan kepala dusun setempat.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya