Waspada Cuaca Ekstrem Pemicu Karhutla di Riau

Memasuki Juli hingga Oktober nanti, Riau diprediksi memasuki cuaca panas ekstrem. Hal ini membuat sejumlah wilayah, khususnya pesisir, rawan terjadi Karhutla.

oleh M Syukur diperbarui 26 Jun 2019, 10:00 WIB
Diterbitkan 26 Jun 2019, 10:00 WIB
Karhutla yang melanda wilayah pesisir Riau beberapa waktu lalu.
Karhutla yang melanda wilayah pesisir Riau beberapa waktu lalu. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Pekanbaru- Sebagian wilayah Riau, khususnya di pesisir, pada awal Juli hingga Oktober 2019 diprediksi memasuki cuaca panas ekstrem. Potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) kian besar dan membuat petugas siaga mengantisipasi munculnya titik panas.

Berdasarkan data dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru, pada Selasa, 25 Juni 2019, ada lima titik panas sebagai indikasi Karhutla muncul di Bengkalis, Pelalawan, Siak dan Rokan Hilir.

"Dari semua titik panas itu, yang dipercaya sebagai titik api ada satu, yaitu di Rokan Hilir. Level kepercayaan di atas 70 persen," kata Kasi Data dan Informasi BMKG Pekanbaru, Marzuki.

Marzuki menjelaskan, cuaca di sebagian wilayah Riau dari pagi hingga dini hari Rabu (26/6/2019) diprakirakan cerah hingga berawan. Potensi hujan masih ada tapi bersifat lokal dan ringan.

"Untuk wilayah pesisir minim hujan, seperti di Bengkalis, Rokan Hilir, Kota Dumai dan Kepulauan Meranti," jelas Marzuki.

Kepala Bidang Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, Jim Gafur, menyebut petugas sudah siaga di lokasi terkait kerawanan terjadinya Karhutla di pesisir.

"Setiap ada informasi titik panas sebagai indikasi Karhutla kita tindaklanjuti dengan ground check," sebut Jim.

Selain darat, Jim menyatakan pihaknya juga menyiagakan lima helikopter serta satu unit pesawat modifikasi cuaca dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Helikopter yang disiagakan itu diantaranya jenis Kamov KA-32, Mi8-MTV RA-22700, Mi8-MTV RA-22582, dan Sikorsky S61 N5193Y. Empat heli dari BNPB itu dipergunakan untuk operasi pengeboman air yang mampu memuntahkan 4 ton air ke titik Karhutla.

Ribuan Hektar Terbakar

Petugas berjibaku memadamkan Karhutla di kawasan pesisir Riau beberapa waktu lalu.
Petugas berjibaku memadamkan Karhutla di kawasan pesisir Riau beberapa waktu lalu. (Liputan6.com/M Syukur)

Usai libur lebaran lalu, tambah Jim, tim gabungan TNI, Polri, Manggala Agni, Masyarakat Peduli Api, BPBD Riau dan instansi lainnya yang terlibat dalam Satgas Karhutla tetap berpatroli dan melakukan penanggulangan.

"Baik darat maupun udara, bahkan pada bulan Ramadan pun tim tetap bertugas sekuat tenaga menjaga Riau bebas Karhutla," terang Jim.

Menurut Jim, Provinsi Riau telah mengaktifkan Satgas Karhutla setelah menetapkan status siaga darurat sejak 19 Februari hingga 31 Oktober 2019 mendatang.

Meski Satgas sudah dibentuk, sepertinya Karhutla di Riau tidak bisa dihindari. Selain mudah terbakar dengan lahan berstruktur gambut, pembukaan lahan dengan cara membakar diduga masih terjadi di Riau.

Sejak Januari 2019 hingga akhir Juni ini, BPBD Riau mendata sudah 3.147 hektare lahan terbakar. Kebakaran terluas terjadi di wilayah pesisir, seperti Bengkalis, Dumai, Rokan Hilir, Meranti, dan Siak.

Selain itu, kebakaran juga melanda Kota Pekanbaru, Pelalawan, Rokan Hulu, Kampar, Indragiri Hilir, Indragiri Hulu dan Kuansing.

"Kebakaran terluas ada di Bengkalis yang mencapai 1.426,84 hektare," kata Wakil Komandan Satgas Karhutla Provinsi Riau, Edwar Sanger dihubungi terpisah.

Di Bengkalis, Karhutla paling luas terjadi di Pulau Rupat. Awal Januari lalu, kebakaran di Pulau yang berbatasan langsung dengan Selat Malaka itu membuat Panglima TNI mengirimkan seribuan anggota Komando Strategis Angkatan Darat umembantu pemadaman.

Mulai Stabil

Panglima TNI ketika meninjau Karhutla di Pulau Rupat, Bengkalis, beberapa waktu lalu.
Panglima TNI ketika meninjau Karhutla di Pulau Rupat, Bengkalis, beberapa waktu lalu. (Liputan6.com/M Syukur)

Saat ini, Pulau Rupat cenderung stabil setelah kebakaran berhasil diatasi dengan baik. Meski begitu, personel gabungan TNI, Polri, BPBD, Manggala Agni hingga masyarakat masih tetap waspada mengantisipasi munculnya titik-titik api.

Selain Bengkalis, kebakaran turut melanda wilayah Rokan Hilir dengan luas kebakaran mencapai 485,25 hektare. Selanjutnya Siak 343,7 hektare, Dumai 264,75 hektare dan Meranti 232,7 hektare.

Seluruh wilayah yang terbakar dengan luas cukup signifikan itu secara geografis terletak berdekatan dengan Bengkalis, atau sama-sama berada di wilayah pesisir Riau.

"Pesisir Riau harus menghadapi cuaca yang lebih ekstrem dibandingkan dengan wilayah Riau lainnya karena sepanjang tahun ini dilanda musim kering dengan minim curah hujan," jelas Edwar.

Selanjutnya, kebakaran juga terjadi di wilayah Pekanbaru 46,51 hektare, Kampar 64,1 hektare, Pelalawan 87 hektare dan Indragiri Hilir 118,6 hektare.

Selanjutnya, di Indragiri Hulu kebakaran juga tercatat seluas 71,5 hektare, Kuansing 5 hektare, dan Rokan Hulu 2 hektare.

"Sebagai langkah antisipasi, kami berusaha maksimal dalam menanggulangi Karhutla sedini mungkin dengan kerjasama antara pemerintah dan swasta," tuturnya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya