Wakil Bupati Halmahera Selatan Marah Logistik Pengungsi Tak Disalurkan

Ia semakin geram setelah melihat tumpukan bantuan logistik disimpan di ruang sekolah SD Negeri Desa Saketa dan tidak disalurkan ke warga pengungsi.

oleh Hairil Hiar diperbarui 21 Jul 2019, 10:00 WIB
Diterbitkan 21 Jul 2019, 10:00 WIB
Tenda pengungsi korban gempa Halmahera.
Tenda pengungsi korban gempa Halmahera. (Liputan6.com/Hairil Hiar)

Liputan6.com, Halmahera Wakil Bupati Kabupaten Halmahera Selatan, Iswan Hasjim mengamuk saat mendengar bantuan untuk pengungsi korban gempa Halmahera Selatan masih menumpuk di Posko Induk Tanggap Darurat Bencana Halmahera di Desa Saketa.

Ia semakin geram setelah melihat tumpukan logistik berupa beras, mie instan, pop mie, minyak goreng, air mineral, kasur, dan terpal yang hanya disimpan di ruang sekolah SD Negeri Desa Saketa dan tidak disalurkan ke warga pengungsi.

Padahal bantuan yang berasal dari berbagai pihak itu sudah dua hari toba di pos induk. Kemarahan Wakil Bupati semakin memuncak setelah mengetahui kalau logistik tidak bisa didistribusikan karena tidak ada satupun pejabat dari Pemkab Halmahera Selatan yang bertanggungjawab menangani pendistribusian. Akibatnya kepala desa yang datang mengambil bantuan di posko terpaksa pulang dengan tangan hampa karena tidak diberikan oleh koordinator Posko.

"Mestinya bantuan ini sudah harus diserahkan ke pengungsi. Ini tidak boleh dibiarkan berhari-hari di ruangan,” ucap Iswan, Jumat (19/7/2019)

Iswan mengatakan mestinya ada pejabat yang diberikan tanggungjwab untuk siaga di posko induk untuk menyalurkan logistik ke lokasi-lokasi pengungsian. Namun kenyataannya tak satu pun pejabat berwenang ada di pso induk tanggap bencana.

“Paling lambat hari ini seluruh logistik tidak ada lagi di gudang, semuanya sudah harus didistribusikan ke pengungsi,” jelasnya.

Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan menggelontorkan dana tanggap darurat Rp 3,8 miliar untuk korban gempa bumi di Halmahera.

Ketua Tim Tanggap Darurat Bencana Halmahera Selatan, Helmi Surya Botutihe menyebutkan dana tanggap darurat bertujuan untuk membantu masyarakat di wilayah yang terkena dampak gempa.

“Kami masih fokus penyaluran bantuan dan belum menghitung berapa jumlah kerugian. Tim juga masih diturunkan untuk mendata kerusakan pasca gempa,” jelasnya.   

 

Hambatan Salurkan Bantuan

Kerusakan rumah warga pasca gempa Halmahera
Kerusakan rumah warga pasca gempa Halmahera. (Liputan6.com/Hairil Hiar)

Kementerian Sosial berhasil menyalurkan bantuan kepada warga yang masih mengungsi di daerah terpencil, pasca gempa Halmahera Selatan yang terjadi pekan lalu.Akibat gempa dengan magnitudo 7,2 merusak sebagian besar rumah warga rusak berat dan hingga kini ribuan warga masih mengungsi.

Rata-rata lokasi pengungsian yang saat ini ditempati warga tak layak. Apalagi tak memiliki fasilitas untuk MCK dan hingga kini pengungsi sulit mendapatkan air bersih dan makanan.

Sebelumnya, dalam kunjungan Menteri Sosial, Agus Gumiwang saat berkunjung ke Desa Gane Luar, Kecamatan Gane Timur Selatan telah disalurkan 1.000-an paket sembako. Mensos pun ikut menerobos jalur laut menggunakan longboat guna mengangkut bantuan.

Bantuan lainnya dari Tim Kemensos bersama Taruna Siaga Bencana (TAGANA) juga berhasil tembus menggunakan longboat ke Desa Gane Luar dan Desa Bisui, lalu Desa Balitata, Kecamatan Gane Barat.

Jumlah bantuan yang disalurkan Kemensos senilai Rp1,39 miliar. Saat ini tercatat 3.104 jiwa pengungsi yang terecar di 15 titik pengungsian, yaitu Kantor BPBD Halmahera Selatan, Dinas Pariwisata Kabupaten Halmahera Selatan, Polres Kabupaten Halmahera Selatan, Mesjid Raya, Kantor LP Halsel, SMEA Amasing, Gunung Bobebo dan sisanya berada di lokasi Kec. Gane Barat dan Timur.

Sementara itu, Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam Rachmat Koesnadi telah menyerahkan santunan kepada ahli waris keluarga Aina Amiin (50) dan Wiji Siang (60) di lokasi pengungsian Desa Gane Luar, Kecamatan Gane Timur Selatan.

Rachmat menyebutkan bantuan untuk pengungsi gempa Halmahera membutuhkan waktu karena banyaknya jalur distribusi bantuan yang terputus.

Misalnya dalam menyalurkan santunan kepada ahli waris Desa Gane Luar yang harus dilewati dengan sepeda motor selama 5 jam menyusuri bibir pantai, lalu transportasi lainnya juga dapat ditempuh dengan  menggunakan rakit menyeberang sungai, karena rusaknya jembatan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya