Liputan6.com, Garut - Di sekitar area ring satu perusahaan energi nasional, Star Energy, Desa Sarimukti, Pasirwangi, Garut, Jawa Barat, tim Pengabdian Masyarakat (Pengmas) Universitas Indonesia, memberikan penyuluhan sekaligus solusi pengolahan sampah bagi warga sekitar.
Menggandeng Creative Institute, Holistika Institute, dan Star Energy, tim pengabdian yang berisikan mayoritas dosen dan mahasiswa FMIPA UI itu, menggulirkan program BURUKEN (Bumi Runtah Token) atau rumah sampah token, yakni mengganti sampah dengan token pulsa listrik.
Ketua Tim Kegiatan Pengabdian Astari Dwiranti mengatakan, kegiatan tersebut merupakan kelanjutan dari pengembangan 'Desa Caang' yang diinisiasi Creative Institute bersama Star Energy sejak 2017 lalu.
Advertisement
Saat itu, lembaga nirlaba pengabdian masyarakat asal Garut tersebut, melakukan pembangunan 500 instalasi listrik bagi warga prasejahtera di beberapa desa di Kabupaten Garut.
"Ternyata penerima manfaat masih menghadapi kendala dalam pengisian pulsa listrik," ujar dia dalam keterangan tertulisnya, Sabtu, 20 Juli 2019, lalu.
Baca Juga
Berangkat dari kondisi itu, tim kemudian bergerak menawarkan program BURUKEN sebagai solusi jangka panjang, pentingnya menjaga kelestarian lingkungan, sekaligus memberikan nilai tambah bagi masyarakat.
"Respon dan antusiasme warga dalam kegiatan itu cukup tinggi," ujar dia.
Menurut Astari, kegiatan itu cukup efektif mengajak warga untuk sadar lingkungan, di tengah derasnya ancaman bahaya sampah, terutama dari sampah berbahan plastik yang sulit dihancurkan mikroorganisme tanah.
"Kami juga berikan edukasi  dan pemahaman lingkungan, agar mereka sadar terhadap bahaya ancaman sampah di sekitar," dia menambahkan.
Ada tiga tahapan kegiatan yang diberikan tim pengabdian UI tersebut. Pertama, edukasi lingkungan, sekaligus pemberian pemahaman mengenai pengolahan sampah. Â Kedua, hands on atau cara memilih dan memilah sampah yang baik.
Ketiga, pengelolaan bank sampah bagi masyarakat. "Potensinya (sampah) besar sekali, tinggal bagaimana kemauan mereka untuk mengelola sampah itu," ujarnya.
Dalam praktiknya, dosen Biologi FMIPA Universitas Indonesia itu menerangkan, sampah yang akan disetor ke pihak pengepul, harus melalui proses pemilahan sampah sesuai dengan kategori.
"Kami pun berikan pengenalan tipe-tipe sampah mulai organik, anorganik, hingga B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)," kata dia.
Kemudian, sampah yang telah berhasil dipilah, ditukar dengan sejumlah token pulsa listrik sesuai dengan timbangan sampah yang mereka berikan.
"Bermanfaat bukan? Selain sampahnya berkurang, juga memberikan sumber pendapatan bagi warga," ujar dia dengan bangga.
Â
Â
Manajemen Bank Sampah
Melihat besarnya potensi sampah yang bisa dihasilkan masyarakat, tim kemudian tergerak melakukan pelatihan teknis manajemen bank sampah.
"Semakin melek pemahaman mereka, maka kita harapkan semakin tinggi kesadaran warga mengolah sampah," Astari menambahkan.
Kegiatan itu meliputi pengenalan cara registrasi nasabah, pemberian kartu anggota, buku tabungan, hingga pola pencatatan keuangan nasabah sebelum ditukar dengan token listrik.
"Kami berharap kegiatan ini tidak hanya di desa Sarimukti, tetapi bisa diterapkan masyarakat lainnya," kata dia.
Direktur Holistika Institute Cecep Ernanto menyatakan, setelah pemahaman pengendalian sampah diberikan, penting bagi masyarakat untuk melakukan pencatatan yang baik. "Salah satu kelemahan warga itu yakni masih minimnya pencatatan," kata dia.
Selama ini, deposit sampah yang telah terkumpul hanya dicatat secara sederhana, tanpa adanya pemilihan sampah, sehingga menyulitkan saat penyetoran. "Makanya di awal (pengabdian), kita berikan bagaimana cara memilah sampah ini dengan baik," kata dia.
Ulum Abdul Fatah, Ketua Yayasan Al-Hikmah Sarimukti mengaku bangga menjadi salah satu percontohan program tersebut, terlebih potensi sampah yang berada di masyarakat cukup tinggi.
"Kami berharap program seperti ini dapat dilanjutkan, agar masyarakat mendapatkan materi yang lebih lengkap," kata dia.
Dengan upaya itu, tingkat kesadaran warga menjadi naik, serta mampu memberikan solusi peningkatan kesejahteraan warga. "Kami juga siap mendorong warga untuk lebih peka terhadap persoalan sampah," kata dia.
Heri M Tohari, Direktur Creative Institute menambahkan visi utama program pengabdian ini, yakni mengoptimalkan potensi sampah menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi warga.
"Bahwa di antara belantara sampah yang terserak, tersimpan mutiara emas yang mengantarkannya hidup mandiri dan mendukung upaya pemuliaan lingkungan," kata dia.
Rencananya selain di Sarimukti, lembaganya akan mengajak tim pengabdian UI menggarap desa lainnya di wilayah binaan Star Energy, yang telah terkoneksi listrik dengan baik. "Patokannya yang memiliki daya 450 watt," kata dia.
Â
Â
Advertisement
Program Dai dan Preman Tangkal
Heri M Tohari menambahkan, selain menggulirkan program BURUKEUN untuk pengendalian sampah, ujar dia, pihaknya mengklaim telah memulai program penghijauan lingkungan dengan pola tanam pohon, yang melibatkan tokoh masyarakat sekitar.
"Kami punya program dai tangkal (dai menanam pohon) dan preman tangkal (preman penanam pohon)," kata dia.
Program itu cukup efektif, selama ini kapasitas dan pengaruh kedua sosok itu cukup besar di masyarakat, sehingga mampu mengajak sekaligus melecut warga lainnya agar melakukan hal yang sama.
"Dalam kegiatan itu, keberadaan dai dan preman itu dijadikan sosok utama," kata dia.
Hasilnya cukup signifikan, ribuan pohon telah ditanam di beberapa desa binaan Star Energy dengan melibatkan kedua sosok itu.
"Asal ada yang memperhatikan mereka tentu senang, dan tentu jaringan mereka cukup banyak," kata dia sedikit berbagi informasi.
Beberapa pohon yang selama ini menjadi program "dai dan preman tangkal" itu yakni, mahoni, suren, albasiah, hingga kayu keras lainnya.
"Semakin banyak bibit pohon yang ditanam kita berharap semakin luas lahan reboisasi yang bisa kita tanam," ujar dia.
Â
Pupuk Organik
Astari menambahkan, selain sampah plastik yang bisa ditukar dengan token listrik, potensi sampah organik ternyata sangat melimpah. "Akhirnya kami tergerak untuk mengolahnya menjadi pupuk alami yang sangat baik buat tanaman pertanian warga," kata dia.
Dalam prosesnya, potensi sampah yang telah terkumpul kemudian dipilah. Sampah botol mineral dan bahan plastik lainnya masuk ke kantong semar, sementara sampah kertas dan plastik lunak masuk wadah celengan yang telah disediakan panitia. "Sampah organik kita pisah tersendiri," ujarnya.
Sampah organik yang telah dipilah, ujar dia, kemudian dicampur menggunakan EM4, sejenis mikroorganik yang berfungsi mengurai bakteri, sehingga menghasilkan pupuk alami. "Ada yang cair termasuk yang padat," kata dia.
Tidak hanya itu, puluhan warga yang dihadirkan dalam kegiatan pengabdian itu, mendapatkan informasi tambahan mengenai pembuatan mikroorganisme lokal atau MOL yang bisa dijadikan, sebagai 'biang' untuk pembuatan pupuk organik lainnya.
"Semua peralatan kami sediakan dan diberikan secara cuma-cuma alias gratis bagi masyarakat," kata dia.
Selain MOL, produk cair alami lain yang bisa digunakan warga untuk menghilangkan hama tanaman yakni pestisida nabati. "Seluruh bahannya organik tanpa campur tangan bahan kimia," dia menambahkan.
Sedangkan, untuk sampah anorganik terutama bahan plastik, tim pengabdian sengaja mengolahnya menjadi beberapa produk yang cukup aplikatif, mulai media tanam-tanaman, hingga produk lainnya dengan metode laminasi dan rajut.
"Ada juga pengolahan akhir sampah plastik lunak dengan menggunakan mesin jahit," kata dia.
Dengan bertambahnya pemahaman dan pengetahuan warga soal pengolahan sampah, lembaganya berharap mampu memberikan solusi jangka panjang bagi warga, dalam menghadapi ancaman besar sampah ke depan.
Â
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement