Bukan Jerubu Karhutla, Mahasiswa di Aceh Bagi Masker karena Batu Bara

Sebanyak 1500 masker dibagikan kepada pengendara dan warga di jalan Meulaboh - Tapak Tuan, Minggu (29/9/2019), namun tujuannya bukan meminimalisir dampak kabut asap, tetapi debu batu bara.

oleh Rino Abonita diperbarui 30 Sep 2019, 02:00 WIB
Diterbitkan 30 Sep 2019, 02:00 WIB
Sebanyak 1500 masker dibagikan kepada pengendara dan warga di jalan Meulaboh - Tapak Tuan, Minggu (29/9/2019), namun tujuannya bukan meminimalisir dampak kabut asap, tetapi debu batu bara (Liputan6.com/Rino Abonita)
Sebanyak 1500 masker dibagikan kepada pengendara dan warga di jalan Meulaboh - Tapak Tuan, Minggu (29/9/2019), namun tujuannya bukan meminimalisir dampak kabut asap, tetapi debu batu bara (Liputan6.com/Rino Abonita)

Liputan6.com, Aceh - Sebanyak 1500 masker dibagikan kepada pengendara dan warga yang melintas di jalan Meulaboh - Tapak Tuan, Minggu (29/9/2019). Tujuannya bukan meminimalisir dampak kabut asap, tetapi debu batu bara.

Kegiatan diinisiasi mahasiswa Politeknik Kesehatan (Poltekes) Aceh Barat. Targetnya pelintas dan warga di jalan dekat PT Mifa Bersaudara dan PLTU Unit I dan II.

PT Mifa Bersaudara merupakan perusahaan sektor tambang batu bara yang masuk dalam wilayah administrasi Aceh Barat. Sementara, PLTU tersebut berada di Nagan Raya.

Aktivitas bongkar muat, hilir mudik truk pengangkut, hingga limbah hasil pembakaran. Semuanya dituding sebagai biang jerubu yang mencemari lingkungan sekitar.

Kandungan batu bara disinyalir mengakibatkan penyakit. Sebagai debu fibrogenik menyebabkan pneumokoniosis jika terpapar dalam waktu lama.

"Bisa menyebabkan paru-paru itu menghitam. Kena asma, seperti sesak napas," sebut salah seorang mahasiswa, Khafizul Azrak kepada Liputan6.com, Minggu sore (29/9/2019).

Di sisi lain, berdampak pada sektor ekonomi. Ada warga menutup usaha karena tidak memungkinkan berjualan di lokasi.

"Warga di situ, ada yang berjualan nasi, tutup. Bangkrut," tukasnya.

Rencana Buka Posko Kesehatan

Sebanyak 1500 masker dibagikan kepada pengendara dan warga di jalan Meulaboh - Tapak Tuan, Minggu (29/9/2019), namun tujuannya bukan meminimalisir dampak kabut asap, tetapi debu batu bara (Liputan6.com/Rino Abonita)
Sebanyak 1500 masker dibagikan kepada pengendara dan warga di jalan Meulaboh - Tapak Tuan, Minggu (29/9/2019), namun tujuannya bukan meminimalisir dampak kabut asap, tetapi debu batu bara (Liputan6.com/Rino Abonita)

Bagi-bagi masker sebagai bentuk sindiran kepada pihak yang dianggap bertanggung jawab. Selain itu, pemerintah diharap tak menyepelekan bahaya yang tersembunyi di baliknya.

"Lebih peka terhadap masyarakat. Mengundang dokter atau perawat untuk memeriksa keadaan masyarakat yang ada di situ," pinta Azrak.

Sengkarut pencemaran lingkungan di tempat itu terbilang alot dan penuh intrik. Kelompok yang kontra terus mendesak pemerintah agar lebih serius.

Pemerintah dinilai letoi. Upaya penyelesaian yang dilakukan selalu jatuh pada narasi yang antiklimaks.

"Kami mahasiswa Poltekes akan melakukan penekanan terhadap perusahaan dan pemerintah yang memberi izin perusahaan," tegas Rona Julianda, Minggu sore.

Rencananya mahasiswa Poltekes akan menggelar bakti sosial. Juga membuka pos komando (posko) pemeriksaan kesehatan gratis untuk masyarakat.

"Buat baksos di depan perusahaan tersebut," cetus Rona.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya