Informasi Hoaks Beredar Melalui Pesan Singkat dalam Aksi Gejayan Memanggil 2

Presiden BM KM UGM menanggapi informasi hoaks yang mencatut organisasinya.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 01 Okt 2019, 02:00 WIB
Diterbitkan 01 Okt 2019, 02:00 WIB
Gejayan Memanggil 2
Beredar informasi hoaks melalui sms blas pasca aksi Gejayan Memanggil 2 (Liputan6.com/ Switzy Sabandar)

Liputan6.com, Yogyakarta - Seusai aksi Gejayan Memanggil 2 beredar informasi hoaks melalui sms blast yang mengatasnamakan BEM UGM ke ponsel sebagian orang yang berada di seputar lokasi demo mahasiswa. Salah satunya, ponsel jurnalis Liputan6.com yang memperoleh pesan itu pada pukul 16.51 WIB.

Pesan singkat yang dikirimkan ke provider Telkomsel itu berbunyi, Thanks to Mas Riko Tude, yang sudah menaikan level kita menjadi ajang #gejayancarirecehan. Monggo diambil panggungnya Mas. Kalo sudah di transfer dari Senayan, bagi-bagi ke kita yaaa. #gejayancarirecehan.

Entah apa maksud dari blast sms itu, tetapi ia menyebutkan nama Riko Tude yang merupakan Koordinator Umum Aliansi Rakyat Bergerak.

Merasa organisasinya dicatut dalam penyebaran informasi hoaks, Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM UGM) Atiatul Mutaqdir atau Fathur pun angkat bicara.

"Pertama saya secara resmi menyatakan BEM UGM tidak pernah memberikan informasi melalui SMS dan ini bukan kali pertama, beberapa minggu lalu muncul sms atas nama BEM KM UGM yang mendukung RUU KPK sudah jelas sikap kami menolak RUU KPK tersebut," ujarnya, Senin (30/9/2019).

Ia menegaskan sms yang beredar dan mengatasnamakan BEM KM UGM tidak benar dan merupakan kabar bohong yang sengaja disebarkan untuk menggembosi gerakan mahasiswa.

Menurut Fathur, sms hoaks ini disengaja dan bukan dilakukan oleh orang yang iseng. "Ada motifnya, motifnya ya tidak suka gerakan mahasiswa," ucapnya.

Ia mengungkapkan kemarin juga sempat ada kejadian nomornya dibajak. Ada orang yang mendapat sms dari nomor miliknya padahal ia tidak pernah mengirimkan pesan singkat itu.

Fathur berharap masyarakat tidak mudah terprovokasi dengan pesan-pesan singkat maupun informasi hoaks yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.

"Kalau hal seperti ini masif, berulang, dan meresahkan, bisa jadi kami minta bantuan untuk melaporkan kejadian ini," kata Fathur.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya