Liputan6.com, Sentani - Pagi sejuk di pinggiran Danau Sentani, tepatnya di Kampung Netar, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura. Pagi ini dilakukan sambil mendengar percikan ikan Nila dan ikan Mujair yang berebut pakan di dalam keramba. Ya, warga di Kampung Netar memang terkenal dengan[ keramba ikan Mujair dan ikan Nila. Rasa ikannya manis, karena dimasak segar dan ukuran ikannya besar serta dagingnya yang lembut, menjadi ikan dari Kampung Netar Sentani banyak dicari pelanggan.
Jangan salah, kebanyakan peternak budidaya ikan di Kampung Netar dikerjakan oleh kaum janda. Mama Agusta Wally misalnya sejak 2016 mengelola kerambanya. Setiap hari Mama Agusta selalu memberikan pakan ikan 6-8 kali pada setiap kerambanya.
Advertisement
Baca Juga
Dari sebelumnya hanya memiliki satu keramba ikan, saat ini Mama Agusta mengelola 2-3 keramba ikan. Ikan-ikan yang sudah mulai besar, dipilah dan dipisahkan dari ikan lainnya dan siap untuk dipanen per 3 bulan sekali.
"Harga ikan Mujair per kilonya Rp75 ribu hingga Rp80 ribu. Isinya 3-4 ekor ikan. Setiap 3 bulan pasti kami panen ikan," ujarnya.
Walau begitu, Mama Agusta masih terbebani dengan pakan ikan yang cukup mahal. Per kilo pakan ikan berkisar Rp14 ribu hingga Rp15 ribu. Untuk persediaan per bulan, ia menyimpan 8-12 karung isi 20 kilogram. "Ini untuk stok pakan, jika harganya melonjak naik. Beberapa kali kami belum pernah mendapatkan subsidi pakan ikan, tapi tak sering," ujarnya.
Sementara, bantuan rutin yang ia dapatkan hanya dari Pertamina, berupa jaring dan bibit ikan, serta bimbingan hingga tata cara budidaya ikan yang baik serta proses pemasarannya.
"Belum lama ini, Pertamina memberikan kami bibit 500 ekor ikan. Jika panen nanti, bisa mendapatkan 300 ikan yang bertahan hidup hingga siap panen," katanya.
Mama Agusta berharap bibit ikan yang diberikan Pertamina dapat menggantikan ikan di keramba yang diterjang banjir bandang Sentani belum lama ini.
"Ikan pada terbawa banjir dan kami kehilangan segalanya, termasuk rumah kami juga terendam banjir luapan Danau Sentani," katanya.
Jika panen tiba, mama Agusta mengakui ikan mujair dari kerambanya memiliki langganan sendiri. Para pelanggan ini langsung datang ke keramba. Pelanggan tetapnya, mulai dari kerabat, keluarganya hingga rumah makan di sekitar Sentani hingga Kota Jayapura.
Sementara itu, Mathias Monim selaku Koordinator peternak budidaya ikan di Sentani menyebutkan walau masyarakat tinggal di pinggiran Danau Sentani, tapi masih perlu bimbingan dalam pengelolaan budidaya ikan.
"Harusnya ada petugas penyuluhan yang rutin memberitahukan mengelola budidaya ikan yang baik, memotovasi peternak, hingga menjadi peternak yang mandiri. Bukan hanya penyuluhan yang disiapkan Pertamina, tapi juga dari pemerintah atau pihak lainnya," ujarnya.
Pemberdayaan Masyarakat
Pertamina Marketing Operation Region (MOR) VIII Maluku-Papua PT Pertamina (Persero) sengaja memberikan bibit ikan Nila dan Mujair kepada kaum janda, duda dan ekonomi lemah di Kampung Netar Sentani, untuk pemberdayaan ekonomi warga setempat.
Unit Manager Communication, Relations, & CSR Marketing Operation Region (MOR) VIII Maluku-Papua PT Pertamina (Persero), Brasto Galih Nugroho menyebutkan saat ini warga yang menjadi binaan dalam budidaya ikan Nila dan Mujair di Kampung Netar mencapai 20-an orang.
"Satu kali panen, per tiga bulan sekali, warga mendapatkan Rp25 juta. Ini lumayan loh, untuk peningkatan kesejahteraan warga," kata Brasto.
Jika para peternak ikan ini bisa mengelola keuangannya dengan baik dari hasil panen, maka akan meningkatkan taraf hidupanya.
Kata Brasto, untuk masalah pemasarannya, Pertamina terus membantu pengusaha tambak ikan ini untuk memanen hasil ikan di keramba secara berkelanjutan. Pertamina juga bekerja sama dengan Human Inisiative, sebuah lembaga yang akan mendampingi pengusaha ikan di Sentani, mulai dari pemasaran hingga pengelolaan keuangan yang baik.
"Yang kami harapkan dari program pemberdayaan masyarakat ini adalah masyarakat dapat mandiri, misalnya dari hasil panen yang melimpah, dapat dibuat panganan olahan dari ikan, seperti abon, atau panganan olahan lainnya yang dapat membuat warga lebih sejahtera," jelasnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Budidaya Dinas Perikanan Provinsi Papua, Carlos Matuan menyebutkan manajemen pengelolaan ikan bagi warga asli Papua masih perlu banyak penyuluhan dan bimbingan.
Pihaknya menyambut baik pengembangan masyarakat dalam pengelolaan keramba ikan di Kampung Netar. Dirinya menyebutkan ada 6.000-an keramba di pinggiran Danau Sentani yang terendam psca banjir bandang di Sentani beberapa waktu lalu.
"Pemerintah tak mungkin kerja sendiri. Bantuan dari Pertamina, atau NGO dan pihak lainnya tetap kami dukung dalam pemulihan keramba warga pasca banjir bandang," ujarnya.
Dinas Perikanan Papua mengalokasikan Rp2 miliar dari dana APBD Perubahan 2019 untuk memulihkan keramba warga yang rusak di pinggiran Danau Sentani. "Dari sisi teknik usaha tak alami kendala, sirkulaisi air di danau Sentani juga baik dan setiap 3 bulan ada panen melimpah," ujarnya.
Harapan besar juga datang dari Mama Agusta yang jika panen ikan tiba di pinggiran Danau Sentani ini dapat meningkatkan taraf hidupnya.
Advertisement