Geunteut, Teror Menyeramkan bagi Bocah-Bocah Aceh Saat Petang Merembang

Dua dekade lalu, sosok geunteut menjadi momok menakutkan bagi-bagi anak-anak di Aceh.

oleh Rino Abonita diperbarui 18 Okt 2019, 03:00 WIB
Diterbitkan 18 Okt 2019, 03:00 WIB
Ilustrasi geunteut (Liputan6.com/Rino Abonita)
Ilustrasi geunteut (Liputan6.com/Rino Abonita)

Liputan6.com, Aceh - Satu minggu setelah desas-desus itu tersiar, ibu-ibu di Aceh mulai sering terlihat berkumpul. Terutama, saat pekerjaan rumah sudah tidak menumpuk lagi atau menjelang petang.

Walau masih ada satu dua di antara ibu-ibu ada yang terkadang menyelipkan kabar tentang si polan yang menjanda ditinggal suami merantau ke negeri jauh, tetapi, topik yang dibahas, kali ini dipersempit.

Anak-anak pun tidak ketinggalan mencuri-curi dengar pembicaraan pria dewasa yang sedang mengaso di kedai-kedai yang ada di sudut kampung. Semakin diusir semakin berdatangan pula bocah-bocah tengil itu.

Berhari-hari kabar yang tak tentu juntrungan itu menjadi pembahasan hangat. Terkadang diperluas, dibumbu-bumbui, atau didramatisasi, sesuai teknik tuturan si pencerita.

"Kabarnya anak kampung sana."

"Diambil ketika sedang ke main ke belakang rumah, ya?"

"Sudah kembali?"

"Belum."

Orang-orang pun saling melempar tanya. Suasana akan lebih serius ketika seseorang di antara mereka membawa cerita tentang anak kerabatnya yang pernah diculik oleh sosok yang tengah menjadi momok itu.

Saat magrib tiba, dia akan muncul dengan wujudnya yang tinggi dan menyeramkan. Dia mencari anak-anak yang masih berkeliaran atau belum pulang ke rumah menjelang petang.

Anak-anak yang diambilnya akan berhalusinasi seolah berada di satu tempat yang membuat mereka begitu nyaman. Saat sadar, anak-anak tersebut akan menemukan diri mereka berada di tempat yang sama sekali tidak dikenal.

Rambut anak-anak itu akan diraba oleh jari-jari kurus yang mengerikan. Mereka lalu dibawa ke tengah rimbunan bambu atau ke atas pohon besar, seperti ketapang.

Beberapa dari mereka akan dimakan. Bagi yang beruntung, akan ditinggalkan begitu saja hingga akhirnya ditemukan dalam keadaan linglung setelah berhari-hari dicari oleh orang satu kampung.

Teror dedemit itu santer terdengar beberapa dekade lalu. Orang Aceh menyebutnya geunteut, merujuk pada wujudnya yang tingginya mencapai puncak pohon kelapa.

Selain jangkung, berambut keriting, dan berwujud menyeramkan, geunteut disebut-sebut bisa melesat secepat angin. Dia suka bersembunyi di antara rimbunan pepohonan yang gelap.

Makhluk ini terkadang ditemukan sedang menenteng periuk nasi atau 'kanot geunteut.' Barangsiapa dapat mengambil periuk tersebut, dapat memakan nasi abadi yang ada di dalamnya.

Kabar mengenai anak-anak yang diculik oleh geunteut lazim terdengar saat itu. Tersiar dari pelosok atau daerah yang berdekatan dengan hutan.

Para orangtua pada masa itu sering mewanti-wanti anak-anaknya agar segera pulang jika menjelang petang hari. Jika tidak, geunteut akan mengambil mereka atau dalam bahasa Aceh, "dicok lhéé geunteut!"

Kalimat itu dulunya sangat mempan bikin anak-anak betah di rumah terutama di saat magrib. Momok yang ditanam ke dalam pikiran anak-anak itu menjadi kesempatan bagi para orangtua untuk mengajarkan anak-anaknya salat atau mengeja hijaiyah.

 

* Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

Geunteut Terlibas Titimangsa

Orang Hilang atau Lenyap
Ilustrasi Foto Orang Hilang (iStockpoto)

Teror geunteut rupanya tidak hanya ada pada saat magrib serta menyasar anak-anak. Nahas bisa menimpa siapa pun yang berjalan sendirian terutama di jalan yang sunyi.

Suatu malam di awal milenium, Sudirman (31) pulang melewati jalan sepi di pinggiran hutan. Sedari tadi perasaannya terasa tidak enak.

Pepohonan yang terdapat di kiri kanan jalan setapak itu semakin membuatnya bergidik. Semilir angin yang terkadang meliukkan rimbun dedaunan yang terlihat menghitam itu semakin membuat bulu roma merinding.

Langkah Sudirman tiba-tiba terhenti. Matanya tertuju pada sosok makhluk kecil yang berdiri mengadang di kejauhan sana.

Semakin dilihat, sosok tersebut semakin tinggi, sampai-sampai Sudirman harus mendongakkan kepala. Tanpa berpikir panjang, ia pun mengambil langkah seribu.

"Saya ingat mengenai cerita hantu yang diceritakan ibu dan nenek soal geunteut," tutur Sudirman, kepada Liputan6.com.

Salah satu ciri geunteut, yakni, akan terlihat semakin tinggi jika dilihat ke atas. Sebaliknya, terlihat semakin mengecil jika dilihat ke bawah.

Namun, seiring waktu, kisah mengenai geunteut sudah jarang diceritakan, jika tidak dikatakan hilang tergerus titimangsa. Pelan-pelan telah tenggelam di balik warna-warni lampu perkotaaan yang bekerlapan menjelang magrib tiba.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya