Liputan6.com, Yogyakarta - Ngayogjazz 2019 yang akan digelar di Dusun Kwagon, Desa Sidorejo, Kecamatan Godean, Sleman pada Sabtu, 16 November diputuskan tetap berjalan. Keputusan ini diambil atas persetujuan keluarga Djaduk Ferianto.
Seniman asal Yogyakarta itu meninggal tiga hari sebelum pelaksanaan Ngayogjazz yang memasuki tahun ke-13 ini. Djaduk merupakan penggagas sekaligus motor penggerak acara musik jazz yang dibuat sangat merakyat ini.
"Tahun ini adalah tahun terberat bagi Ngayogjazz, sebab motor utama, mesin penggerak utama kami baru saja tiada," ujar Bambang Paningron, salah satu Board Of Creative Ngayogjazz, dalam jumpa pers di Hotel Alana, Kamis (14/11/2019).
Advertisement
Baca Juga
Ia bercerita setelah sepakat dengan keluarga almarhum Djaduk, maka Ngayogjazz tetap diadakan dengan tema tambahan, yakni Tribute to Djaduk Ferianto, selain tema utama yang sudah dipublikasikan, Satu Nusa Satu Jazz-nya. Keputusan untuk tetap menggelar Ngayogjazz 2019 juga karena semangat yang terus ditularkan oleh Djaduk kepada rekan-rekannya dalam pertemuan-pertemuan terakhir mereka.
Menurut Bambang, perjalanan Ngayogjazz masih panjang. Terlebih sejak awal sudah ada kesepakatan Ngayogjazz akan terus berjalan entah sampai kapan.
Ia tidak menampik, selama ini keberadaan Ngayogjazz tidak bisa dilepaskan dari sosok Djaduk Ferianto. Ide-ide segar yang menginspirasi kebanyakan lahir dari tangan dingin Djaduk.
"Kami tidak rela menghentikan Ngayogjazz. Sekalipun mesin utamanya mati, bahkan kalau harus didorong secara manual akan tetap kami laksanakan," kata Bambang.
Ā
Dukungan Komunitas di Ngayogjazz 2019
Ngayogjazz bukan sekadar konser musik jazz. Pelaksanaannya didasari kebersamaan dan semangat berbagi. Tema yang diusung pun ingin menunjukkan Indonesia tetap satu dengan segala keberagamannya.
Seperti tahun sebelumnya, Ngayogjazz bisa diakses secara gratis dan pengunjung cukup membawa buku sebagai pengganti tiket masuk. Program Lumbung Buku ini merupakan hasil kerja sama dengan Komunitas Jendela Jogja.
Tidak hanya itu, kolaborasi dengan berbagai instansi dan komunitas juga senantiasa dibangun untuk memberikan pengalaman baru bagi pengunjung. Pada tahun ini , Ngayogjazz bekerja sama dengan pusat kebudayaan Belanda, Erasmus Huis, pusat kebudayaan Perancis, IFI-LIP, Perkumpulan Pekarya Layang-Layang (Perkalin) dengan program laying-layang untuk anak-anak, komunitas, musik, fotografi, serta Festival Bambu Sleman.
Festival Bambu Sleman ini yang hadir dalam Ngayogjazz 2019 baru pertama kali diadakan. Berbagai kegiatan akan dilakukan mulai dari workshop bamboo, lomba menganyam bambu, stan pameran produk dan olahan bambu, sampai pentas kesenian tradisional.
"Ada pula satu program baru yang lahir dari pemikiran Djaduk, yakni Museum Ngayogjazz, seperti apa bentuknya, nanti bisa dilihat sendiri saat acara," ucap Bambang.
Ā
Advertisement
Tujuh Panggung dan Ratusan Penampil
Ngayogjazz 2019 memiliki tujuh panggung yang bisa dinikmati mulai pukul 13.00 sampai tengah malam. Tujuh panggung itu itu meliputi, Panggung Molo, Empyak, Umpak, Saka, Blandar, Usuk, dan Genteng.
Genteng merupakan panggung utama tempat dilaksanakannya pawai dan pembukaan Ngayogjazz 2019 serta penutupan yang menghadirkan kolaborasi Kua Etnika dan Didi Kempot. Selain itu, panggung-panggung lain juga akan diisi oleh ratusan seniman dan musisi, seperti, Frau, Fstvlst, Dewa Budjana, Idang Rasjidi, Tompi, dan sebagainya.
Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) DIY, Singgih Raharjo, sudah berkomitmen untuk mendukung keberadaan Ngayogjazz sebagai salah satu perhelatan yang unik. Melalui danais, Dispar DIY mendanai kebutuhan Ngayogjazz yang tidak didanai oleh panitia.
Kepala Dusun Kwagon Sukiman, juga menyambut baik kedatangan Ngayogjazz di wilayahnya. Kwagon sebenarnya sudah pernah menjadi lokasi Ngayogjazz 2016.
"Kami bersedia bekerja sama lagi karena banyak hal yang kami dapatkan, selain meningkatkan perekonomian masyarakat setempat melalui penjualan makanan dan minuman, juga bisa memberikan hiburan dan kesenangan kepada warga yang sehari-hari jauh dari perkotaan dan keramaian," tuturnya.