Liputan6.com, Kendari - Dahulu, jauh sebelum pandemi virus Corona Covid-19, sebagian masyarakat suku Muna sudah pernah melewati masa ketika penyakit tiba-tiba masuk dan menyerang wilayah permukiman penduduk.
Diceritakan mereka yang masih hidup hingga hari ini, kemunculan wabah penyakit biasanya membuat beberapa orang dalam satu wilayah hampir bersamaan mengalami sakit keras yang berujung kehilangan nyawa. Jika kondisinya parah, tokoh adat dan agama kampung langsung mengelar sebuah ritual leluhur.
Mereka mengumpulkan masyarakat kampung dan berdoa bersama meminta pertolongan Tuhan Yang Maha Esa. Tradisi kuno itu dikenal dengan nama kaago-ago.
Advertisement
Baca Juga
Kaago-ago berasal dari bahasa Muna yang bermakna pengobatan atau pemulihan kondisi kampung.
Jauh sebelum virus Corona Covid-19, masyarakat Muna sudah meyakini Tuhan Yang Maha Esa tidak hanya menciptakan manusia sendirian berkelana di Bumi. Namun, ada kekuatan makhluk tak kasat mata, seperti jin yang hidup berdampingan dengan manusia.
Keberadaan mereka dipercayai bisa menebar wabah dan petaka, bahkan hingga menyebabkan gagal panen saat musim tanam. Solusi alternatif, berdoa dengan tulus kepada Sang Pencipta melalui upacara di tengah tanah lapang atau kebun.
Dalam ritual kaago-ago, ada pemuka adat dan agama yang disegani. Omongan mereka dipercayai dan sering dibuktikan bertuah, bahkan ketika memanjatkan doa tertentu.
Diawali berkumpulnya masyarakat kampung di lapangan terbuka, biasanya ada hidangan sederhana untuk dimakan bersama. Warga juga akan mengundang penduduk yang tinggal di kampung lain.
Selama proses itu, secara bergantian pemuka adat dan agama merapal doa. Meminta perlindungan, keselamatan dan pertolongan Tuhan Yang Maha Esa.Â
Salah seorang warga Muna, Nur Arduk, menyatakan kaago-ago digunakan leluhur untuk meminta kepada Tuhan, bukan melalui perantara makhluk lain, sebab itu syirik. Namun, permohonan dilindungi dari mahluk lain yang menghuni tanah, bebatuan, dan hutan.
"Tetap berdoa kepada Allah, tetapi dengan cara leluhur. Kami melihat, itu tidak bertentangan dengan agama selama doa dan harapan hanya bertumpu kepada Allah sang pencipta," ujar Nur Arduk.
Ritual ini dipercaya bisa membina pertalian dengan mereka melalui perantaraan salah seorang tokoh adat di kampung. Sebagian masih percaya, mereka berperan penting selamat dari wabah penyakit atau panen dengan hasil melimpah di kebun.
Ritual ini mungkin saja dilakukan seperti saat ini ketika pandemi virus Corona covid-19. Selain menjaga kebersihan, jangan lupa berdoa kepada Tuhan untuk diberikan perlindungan.
Masuk Dalam Jurnal UGM
Dalam penelitian La Ode Aris yang diterbitkan pada salah satu situs jurnal online Universitas Gadjah Mada, dia mengulas tentang ritual kaago-ago. Dia menulis, kaago-ago adalah ritual yang diadakan sebelum pergantian musim, dari musim timur ke musim barat atau sebaliknya, dari musim barat ke musim timur, untuk mencegah penyakit pada manusia.
Wujudnya melakukan hubungan pertalian dengan agen-agen tertentu yang bukan manusia, tetapi jin dan setan, agar mereka tidak mengganggu manusia, atau munculnya penyakit pada manusia yang merupakan akibat dari ulah perbuatan makhluk-makhluk halus tersebut.
Ritual kaago-ago atau ritual pencegahan penyakit dilakukan karena pada saat pergantian musim, ada saja kejadian luar biasa. Umat manusia merasa tidak nyaman, tertekan, panik, dan lain sebagainya. Untuk itu, mereka melakukan suatu strategi dengan cara menyiasati keadaan, sehingga dapat mengatasi suatu kondisi yang labil.Â
Laode melakukan penelitian di Desa Lohia Kecamatan Lohia Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara. Secara spesifik, La Ode Aris mendalami makna dan fungsi ritual kaago-ago dalam kehidupan orang Muna Masa kini.
Dia menemukan, secara umum, makna perilaku ritual kaago-ago mengandung nilai dalam kehidupannya yang berkaitan dengan bagaimana manusia dapat memperlakukan dan melayani makluk ciptaan Tuhan lainnya sama dengan dirinya sendiri.
Makna yang terkandung dalam materi-materi ritual, berkaitan langsung dengan padangan hidup, karakter manusia, aturan hidup, nilai-nilai dan norma-norma yang harus dipatuhi dalam kehidupannya.
Berbagai aspek yang berkaitan dengan ritual kaago-ago. Aspek-aspek tersebut antara lain, aspek ekonomis, psikologi dan ekologis. Aspek ekonomis, walaupun dalam pelaksanaannya dapat menelan biaya yang cukup banyak, tetapi mereka tetap melakukannya dua kali dalam setahun. Ini menandakan kepedulian masyarakat terhadap kesehatan.
Aspek psikologis yaitu bagaimana menyiasati suatu keadaan yang labil dengan cara melakukan hubungan dengan makhluk halus, sehingga keadaan yang stabil dapat tercapai.
Sedangkana ekologis, bahwa ritual ini dilakukan di alam terbuka tanpa hijab atau perantara, sebagai wujud menjaga keseimbangan ekologisnya.
Fungsi ritual kaago-ago adalah meliputi fungsi religius dan fungsi sosial. Fungsi religius dapat selamat atau terhindarnya manusia dari penyakit, tercapainya ketenangan jiwa, dan terjadinya hubungan baik antara manusia dengan makhluk halus. Sedangkan, fungsi sosial yaitu terciptanya solidaritas sosial, kontrol sosial dan edukatif.
Â
Saksikan juga video pilihan berikut ini:
Â
Advertisement