Lewat Video Telur Ceplok, Fotografer Indonesia Ajak Bangun Empati di Tengah Pandemi

Ia juga menceritakan bahaya panic buying di tengah kondisi pandemi corona COVID-19.

oleh Asnida Riani diperbarui 19 Mar 2020, 21:02 WIB
Diterbitkan 19 Mar 2020, 21:02 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi telur ceplok. (dok. Pexels.com/Megha Mangal)

Liputan6.com, Jakarta - Belajar dari banyak wilayah dunia yang dilanda panic buying karena penyebaran corona COVID-19, seorang fotografer bernama Edward Suhadi punya cara kreatif dalam mengimbau publik tak melakukan hal demikian.

Lewat cuitan di akun Twitter-nya, Rabu, 18 Maret 2020, Edward menuliskan, panic buying bukan soal orang susah makan, tapi membuat suasana keruh yang berbuntut panjang ke mana-mana. "Padahal makan sama telur ceplok sudah bikin merem-melek," tulisnya.

Bersama keterangan tersebut, ia membagikan video yang narasi awalnya berupa "Alasan jangan panic-buying: selalu ada nasi telur ceplok". Sesuai judulnya, kuliner yang diperlihatkan berupa nasi, telur ceplok atau telur mata sapi, dan sedikit siraman kecap manis.

"Kita rata-rata butuh 1.500--2000 kalori per hari buat hidup. Menu nasi telur ceplok mengandung 500-an kalori. Jadi, kamu nggak perlu nyetok berlebihan," begitu keterangan yang ada dalam rekam gambar tersebut.

Edward kemudian menjelaskan bahaya panic-buying di tengah pandemi corona COVID-19, yakni membuat harga barang naik dan stoknya malah kosong untuk mereka yang benar-benar membutuhkan. 

Saksikan Video Pilihan Berikut:

Perbesar Empati

telur ceplok
telur ceplok/copyright: unsplash/wenping wang

Di samping itu, panic-buying di kondisi penyebaran corona COVID-19 juga hanya akan menciptakan suasana panik dan mencekam. "Ada makanan yang cukup untuk semua," sambung narasi di video tersebut.

Dengan tidak menyetok berlebihan, publik berkontribusi dalam memberi waktu bagi jalur distribusi mengisi rak-rak toko seperti biasa. Sehingga, tak akan ada orang yang kelaparan karena stok toko habis.

"Kita paling sehari makan berapa kali sih? Malah ndud lho," imbuhnya. Dengan tak panik membeli berbagai macam barang juga dikatakan jadi cara memberi waktu pada pemerintah untuk bekerja secara mandiri.

Sebagai ganti, Edward mengimbau untuk memperbanyak gerak swadaya, saling bantu, serta menjaga di lingkungan rumah dan kantor. Juga, daripada uangnya dihabiskan untuk memberi berbagai macam barang secara berlebihan, lebih baik digunakan membantu sekitar.

"Kasih tips lebih, nggak usah (ambil) kembalian, samperin tanya kebutuhan. Perbesar empati. Kontribusi daripada caci-maki," ujarnya.

Sebagai penutup, video tersebut mengutip kata-kata mantan Ibu Negara Amerika Serikat, Michelle Obama, yang menuturkan, Anda tak akan benar-benar bahagia bila jadi satu-satunya orang yang bahagia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya