Longsor Gunung Banggele, Jalan Trans Sulawesi Manado-Gorontalo Putus Total

Longsor terjadi di Gunung Banggele, dan menutup jalan trans Sulawesi di Desa Tanjung Buaya, Bolangitang Barat, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut)

oleh Arfandi Ibrahim diperbarui 20 Mar 2020, 18:28 WIB
Diterbitkan 20 Mar 2020, 18:28 WIB
Bencana tanah longsor terjadi di Gunung Banggele, dan menutup jalan trans Sulawesi di Desa Tanjung Buaya, Bolangitang Barat, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut). (Foto: Liputan6.com/Arfandi Ibrahim)
Bencana tanah longsor terjadi di Gunung Banggele, dan menutup jalan trans Sulawesi di Desa Tanjung Buaya, Bolangitang Barat, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut). (Foto: Liputan6.com/Arfandi Ibrahim)

Liputan6.com, Gorontalo - Bencana tanah longsor terjadi di Gunung Banggele, dan menutup jalan trans Sulawesi di Desa Tanjung Buaya, Bolangitang Barat, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut), Jumat pagi sekitar pukul 03.00 WITA. Akibatnya, aksas Gorontalo-Manado putus total.

Dari informasi yang dihimpun Liputan6.com, longsor disebabkan karena wilayah ini diguyur hujan sejak Kamis kemarin. Longsor menutup seluruh badan jalan

Hingga berita ini ditulis, longsor masih menutup badan jalan. Longsor menyebabkan kemacetan panjang kendaraan dari kedua arah Manado dan Gorontalo. Kemacetan sepanjang empat kilometer membuat para pengguna jalan menunggu selama berjam-jam.

Seorang sopir truk, Aris (45) mengatakan, sebagian besar truk pengangkut sembako dan bus penumpang dari arah Palu dan Gorontalo menuju Manado, Sulawesi Utara terjebak akibat longsor itu.

"Kami kendaraan kebanyakan mengangkut sembako, seperti gula, beras, ada juga yang membawa sayur, ikan mentah dan juga ada bus penumpang antar provinsi. Hingga kini masih terjebak sudah hampir tujuh jam, sementara barang-barang ini harus diantar tepat waktu,” ujarnya.

Menurut Aris, kemacetan ini sudah hampir mencapai tujuh kilometer dari tempat kejadian longsor, dan jalan sampai sekarang belum bisa di lalui. Ia berharap pihak terkait segera membersihkan material longsor.

“Diperkirakan antrian macet ini kurang lebih mencapai 7 kilo meter, pasalnya sudah dari pagi saya terjebak disini, tapi sampai saat ini belum ada satu alat berat yang datang membersihkan material tanah dan lumpur yang menutupi jalan,” ucapnya.

“Kalau terjebak lama disini juga pasti kami merugi, seperti ongkos makan dan lain-lain, ditambah lagi barang-barang-barang seperti sayur, ikan, gula, dan beras itu harus cepat diantar,” ucap Aris lagi.

Simak Video Pilihan Berikut:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya