Mengintip Kecanggihan Alat untuk Memprediksi Kemunculan Embun Es Dieng

Kini wisatawan bisa tahu kapan 'salju Dieng' alias embun es akan muncul berkat perangkat bernama Dieng Weather Station atau Stasiun Cuaca Dieng

oleh Rudal Afgani Dirgantara diperbarui 10 Jul 2020, 18:00 WIB
Diterbitkan 10 Jul 2020, 18:00 WIB
Stasiun cuaca Dieng yang masih berupa prototype juga tak kalah canggih. Dengan piranti ini, pelancong, peneliti, atau pehobi fotografi bisa membaca cuaca terkini di Dieng. (Foto: Liputan6.com/Istimewa)
Stasiun cuaca Dieng yang masih berupa prototype juga tak kalah canggih. Dengan piranti ini, pelancong, peneliti, atau pehobi fotografi bisa membaca cuaca terkini di Dieng. (Foto: Liputan6.com/Istimewa)

Liputan6.com, Banjarnegara - Eksotisme Dataran Tinggi Dieng memang tak diragukan lagi. Selain kekayaan warisan sejarah berupa gugusan candi-candi Hindu, Dieng juga dianugerahi panorama deretan pegunungan Sindoro Sumbing. Satu lagi, embun es Dieng.

Ketinggian Dieng yang rata-rata 2.000 meter di atas permukaan laut juga melengkapi keindahan Dieng dengan suhu yang bisa mencapai -5 derajat Celsius.

Dalam kondisi suhu udara di bawah titik beku, wisatawan bisa menikmati bun upas atau embun es Dieng.

Namun momen ini tidak tak tiap saat tersaji. Hanya yang beruntung yang bisa menikmati sensasi embun membeku ini.

Tetapi itu dulu. Kini wisatawan bisa tahu kapan 'salju Dieng' akan muncul berkat perangkat bernama Dieng Weather Station atau Stasiun Cuaca Dieng.

Alat ini diciptakan Havid Adhitama dan rekannya, Muhammad Razim. Havid bukanlah nama asing di tlatah Kota Dawet, Banjarnegara. Namanya pernah melambung ketika merakit radio dengan jangkauan yang tidak biasa.

Siaran radio buatan Havid dapat ditangkap oleh voice repeater atau radio pancar ulang satelit milik Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan).

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

Aplikasi Cuaca Dieng

Embun es Dieng. (Foto: Liputan6.com/UPT Dieng/Muhamad Ridlo)
Embun es Dieng. (Foto: Liputan6.com/UPT Dieng/Muhamad Ridlo)

Dengan kemampuan itu, alat komunikasi radio amatir yang Havid buat bisa untuk berkomunikasi jarak jauh dengan satelit Lapan. Bahkan ketika semua alat telekomunikasi digital mati.

Alat ini sangat bermanfaat untuk berkomunikasi ketika terjadi bencana. Saat gempa Palu misalnya, laporan pertama tsunami Palu ternyata disampaikan melalui voice repeater satelit io86.

Stasiun cuaca Dieng yang masih berupa prototype juga tak kalah canggih. Dengan piranti ini, pelancong, peneliti, atau pehobi fotografi bisa membaca cuaca terkini di Dieng.

"Kami mengutamakan kemudahan akses cuaca di Dataran Tinggi Dieng dengan membuat berbagai pilihan, bisa melalui website di www.diengbanjarnegara.com/cuaca-dieng atau melalui aplikasi “Cuaca Dieng” yang sudah tersedia di Playstore," kata mahasiswa Unnes itu.

Alat ini berbasis microcontroler yang diprogram agar bisa mengirim data temperatur, kelembapan, dan tekanan udara setiap lima menit ke internet server. Dengan demikian data yang termonitor di aplikasi ataupu web adalah data real time dari Dieng.

 

Bisa Diakses Tiap Orang

Stasiun cuaca Dieng yang masih berupa prototype juga tak kalah canggih. Dengan piranti ini, pelancong, peneliti, atau pehobi fotografi bisa membaca cuaca terkini di Dieng. (Foto: Liputan6.com/Istimewa)
Stasiun cuaca Dieng yang masih berupa prototype juga tak kalah canggih. Dengan piranti ini, pelancong, peneliti, atau pehobi fotografi bisa membaca cuaca terkini di Dieng. (Foto: Liputan6.com/Istimewa)

Secara teknis, pengiriman data stasiun cuaca ini melalui format APRS dan MQTT.

“Semua orang bisa mengakses kapan saja di mana saja. Cocok untuk yang sedang riset atau menunggu bun upas atau salju di Dieng," ujarnya.

Havid mengembangkan alat ini bersama dengan AMSAT-ID (Amataeur Satelite Indonesia) yang berada di bawah naungan Organisasi Amatir Radio Indonesia dan UPT Dinbudpar Dieng Banjarnegara.

Alat ini masih terus dipantau dan disempurnakan, khususnya terkait ketahanan ketika terpapar suhu ekstrem, harus hidup selama 24 jam nonstop, dan juga terkait kemudahan pengguna dalam mengaksesnya.

“Saya dibantu oleh Muhammad Razin yang mengembangkan aplikasi interface dari alat ini" ujar dia.

Havid yang juga pengurus Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Kabupaten Banjarnegara berharap kemudahan mendapat data cuaca di Dieng bisa meningkatkan kunjungan wisatawan dan periset ke negeri atas awan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya