Liputan6.com, Banjarnegara - Untuk kali pertama, hajatan akbar Dieng Culture Festival pada 2020 ini kehilangan kemeriahannya. Wabah COVID-19 yang masih merajalela memaksa penyelenggara membatasi peserta event budaya tahunan ini.
Ada haru yang meruap dari pagelaran tahunan yang sudah menjadi agenda wisata nasional dan dikenal oleh dunia internasional ini.
Sebagai pengobat rindu, pecinta budaya tetap bisa tetap menyaksikan rangkaian Dieng Culture Festival yang disiarkan secara langsung melalui kanal-kanal media sosial yang disediakan penyelenggara.
Advertisement
Baca Juga
Pemerintah Kabupaten Banjarnegara memutuskan tetap menyelenggarakan even ini meskipun situasi pandemi makin kritis. Jumlah pasien yang terkonfirmasi secara nasional menunjukkan peningkatan yang signifikan.
Sebagai konsekuensinya, penyelenggara membatasi hampir semua lini helatan unggulan Kabupaten Banjarnegara. Pembatasan meliputi jumlah peserta, rangkaian acara, waktu, hingga pelancong yang biasanya membludak.
"Peserta undangan kami batasi hanya 50 orang, kalau pas ritual pemotongan rambut gimbal ditambah sekitar 30 orang," ujar Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banjarnegara, Dwi Ananta, yang dihubungi melalui sambungan telepon, Rabu (16/9/2020).
Sementara prosesi Dieng Culture Festival pun dipangkas. Hari pertama, Rabu (16/9/2020), dimulai dengan aksi Dieng bersih dan tanam pohon. Sebagai penutup, panitia menyuguhkan gelaran Jazz Atas Awan yang dibatasi hingga pukul 22.30 WIB.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Prosesi Pemotangan Rambut Gembel
Hari kedua diisi dengan jamasan yang dilanjutkan dengan mencukur anak gimbal pada pukul 09.00 hingga 10.00 WIB. Selanjutnya ada prosesi nglarab berkah dan pelarungan rambut anak gembel. Acara diagendakan selesai sore setelah aksi Dieng bersih.
"Waktunya juga kami batasi hanya satu setengah hari dari yang biasanya tiga hari," kata Dwi.
Untuk menghindari membeludaknya pengunjung, ritual pemotongan rambut gembel tidak digelar di Candi Arjuna tetapi di pendapa budaya milik Pokdarwis.
Pemilihan tempat ini bertujuan agar petugas keamanan mudah menjaga akses masuk. Sebab, akses masuk dijaga ketat petugas keamanan gabungan.
Pemilihan tempat ini juga agar prosesi tidak terlalu lama karena jalan yang ditempuh iring-iringan prosesi potong rambut gimbal tak terlalu jauh.
"Kami berharap dengan pembatasan dan penerapan protokol kesehatan ini tidak sampai menjadi klaster baru," ujarnya.
Advertisement