Kopi Arabika Kalibening Bikin Dieng Culture Festival 2019 Semakin Hangat

Keunggulan potensi Kopi menaikan posisi Bajarnegara sebagai destinasi wisata. Kehadirannya di Dieng Culture Festival membuat suasana semakin hangat.

oleh Fitri.Syarifah diperbarui 03 Agu 2019, 08:57 WIB
Diterbitkan 03 Agu 2019, 08:57 WIB
Dieng Culture Festival 2019
Dieng Culture Festival 2019

Liputan6.com, Jakarta Ada yang berbeda dengan Dieng Culture Festival tahun ini. Menurut Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani mengatakan, wisatawan akan terkesan dengan 2 atraksi baru yang akan ditampilkan pada 2-4 Juli di Desa Wisata Dieng Kulon, Banjarnegara, Jawa Tengah.

“Java Coffee Festival dan Festival Artistik sangat menarik. Kehadirannya membuat festival ini semakin unik. Sebab, wilayah ini memiliki potensi besar untuk kopi dan budaya. Kami pun yakin wisatawan akan terkesan dengan 2 konten baru ini,” ungkap Rizki, Jumat (2/8).

Dieng ditopang dengan banyaknya area penghasil kopi. Seperti Banjarnegara. Untuk Kopi Arabika, Banjarnegara memiliki Kalibening, Senggani, Balun. Kopi Robusta dipasok dari Pesangkalan, Karangkobar, Punggelan, dan sebagainya.

Kualitas kopi-kopi ini sudah diakui. Kopi Arabika Kalibening misalnya. Kopi ini menjadi yang terbaik di Festival Kopi Nusantara 2017. Kopi Arabika Kalibening memiliki karakter unik. Fragrance, flavor, body, acidity, hingga aftertaste kopi ini kerap dipuji.

“Keunggulan potensi Kopi menaikan posisi Bajarnegara sebagai destinasi wisata. Kehadirannya di Dieng Culture Festival membuat suasana semakin hangat. Apalagi, udara di sana relatif dingin. Secangkir kopi hangat tersebut membuat aktivitas menonton beragam atraksi menjadi semakin berkesan,” terangnya.

Selain Banjarnegara, Dieng Culture Festival juga ditopang oleh kopi-kopi unggulan asal Wonosobo. Ada 6 jenis kopi asal Wonosobo yang memikat. Sebut saja Kopi Arabika Slukatan, Mlandi, Tambi, Bowongso, Sontonayan, dan Butuh. Zonasi tumbuhnya tersebar di wilayah Kalikajar, Sepuran, Wonosobo, Kertek, Watumalang, Kejajar, dan Garung. Dengan total luas 625,5 Hektar, produksinya 230 Ton per panen.

“Banjarnegara dan Wonosobo menjadi penghasil kopi unggulan karena memiliki tempat tumbuh yang bagus. Ketinggian dan suhu tempat tumbuhnya sangat ideal. Tanah di sana juga subur. Kehadiran kopi lokal di sana sebagai konten baru menambah experience bagi wisatawan,” jelas Ketua Tim Pelaksana CoE Kemenpar Esthy Reko Astuty.

Sebagai gambaran potensi kopi asal Wonosobo, varian Arabika Slukatan ditanah pada ketinggian 1.250 mdpl. Posisinya di lereng Gunung Bismo, Petak 3, Mojotengah. Citarasanya mumunculkan pedas, seperti kopi asal Mandailing. Untuk Kopi Arabika Bowongso, varian ini tumbuh di lereng Gunung Sumbing. Ketinggian tempat tumbuh 1.600-2.000 mdpl. Citarasanya rempah, lemon, hingga cabai yang tipis. Dengan karakternya, Kopi Arabika Bowongso mampu mendulang banyak prestasi. Status juara kategori Uji Citarasa Kopi Arabika tingkat Jawa Tengah dikuncinya pada 2013.

“Berbagai inovasi baru terus kami lakukan. Tujuannya, memberi kesan berbeda. Untuk kopi, kami datangkan dari Dieng dan daerah lain di Jawa. Secara umum, festival terbuka bagi umum,” papar Ketua Panitia Dieng Culture Festival 2019 Alif Fauzi.

Melengkapi nuansa baru, Festival Artistik digulirkan untuk menguatkan nuansa budayanya. Dengan basic tradisional, sedikitnya terdapat 23 kelompok seni dari berbagai daerah yang ditampilkan.

Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya menegaskan, inovasi konten akan berpengaruh positif bagi kunjungan wisatawan.

“Konten baru selalu diperlukan dalam setiap event. Hal itu akan menjadi daya tarik. Bagaimanapun, wisatawan selalu menunggu kejutan. Java Coffee Festival dan Festival Artistik menjadi warna baru yang menarik. Sebab, merepresentasikan kakayaan Dieng sekaligus menjadi penegas festival ini ramah bagi siapapun. Buktinya, daerah lain bisa menampilkan kekayaan budayanya di sini,” tutup Menpar.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya