Ridwan Kamil Sebut Jabar Siaga 1, Cek Pembagian Wilayah Rawan Bencana

Gubernur Jabar Ridwan Kamil menyampaikan Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Jabar) menerapkan Siaga 1 Bencana sejak September 2020.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 10 Okt 2020, 13:00 WIB
Diterbitkan 10 Okt 2020, 13:00 WIB
Ridwan Kamil
Gubernur Jabar Ridwan Kamil saat mengikuti rapat bersama Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan via konferensi video di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Jumat (9/10/20). (Foto: Humas Jabar)

Liputan6.com, Bandung - Gubernur Jabar Ridwan Kamil menyampaikan Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Jabar) menerapkan Siaga 1 Bencana sejak September 2020. Hal itu ia sampaikan dalam rapat bersama Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan via konferensi video dari Gedung Pakuan, Kota Bandung, Jumat (9/10/2020). 

Penerapan tersebut merupakan langkah antisipatif Jabar saat memasuki musim hujan.

“Sudah sebulan lalu saya (Jabar) Siaga Satu karena ternyata September sudah hadir hujan. Dan kami ada kejadian kebencanaan di Cianjur dan Sukabumi,” kata Emil, sapaan Ridwan Kamil dalam keterangan tertulis.

Emil mengatakan, pihaknya sudah mengirim Surat Edaran (SE) kepada kepala daerah di 27 kabupaten/kota di Jabar. SE tersebut berisi soal antisipasi bencana di musim hujan mengingat 60 persen bencana alam yang terjadi merupakan bencana hidrologis. 

"Di kami, kebencanaan ini 60 persen adalah hidrologis. Hidrologisnya terbagi dua untuk yang dari Jabar tengah ke utara bentuknya banjir, dan tengah ke selatan bentuknya longsor. Karena Jabar secara geografis  tengah ke utara dan tengah ke selatan lahan-lahan miring,” tuturnya.

Menurut Emil, Pemprov Jabar pun menyiapkan cetak biru Jabar sebagai provinsi berbudaya tangguh bencana (resilience culture province). Budaya Tangguh Bencana Jabar ini akan ditanamkan kepada seluruh warga melalui pendidikan sekolah sejak dini hingga pelatihan.

“Ini adalah upaya agar ketangguhan bencana ini menjadi budaya sehingga tidak melulu jadi urusan BPBD. Jadi, ini seperti di Jepang kami ikuti. Dan akan masuk ke kurikulum sekolah-sekolah. Kemudian menghadirkan kerelawanan bencana di tingkat RT/RW,” katanya. 

“Di Jawa Barat itu per tahun terjadi 2.000 bencana, jadi kalau dibagi setahun per hari terjadi tiga kali kebencanaan di Jawa Barat,” ujarnya menambahkan. 

Dalam rapat tersebut, Luhut Binsar Pandjaitan meminta kepala daerah menyiapkan fasilitas bagi warga terdampak bencana. Fasilitas tersebut disesuaikan dengan protokol kesehatan guna mencegah penularan Covid-19 saat bencana terjadi. 

“Saya titip saja kepada Pak Ridwan (Gubernur Jabar) dan gubernur lainnya supaya kalau sampai ada apa-apa atau kebencanaan, tempat pengungsian tolong dipersiapkan tidak seperti biasa karena harus ada jaga jarak. Mungkin pengungsian per famili (keluarga) akan lebih bagus. Maka penularan itu relatif akan lebih terkendali,” ucap Luhut.

 

 

Simak Video Pilihan di Bawah Ini

Waspada Musim Hujan

Musim hujan Bandung
Pengendara roda dua melintas di Jalan Pagarsih, Kota Bandung, Minggu (3/11/2019). BMKG menyebut November sudah memasuki musim hujan di Jawa Barat. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menjelaskan, saat ini Indonesia sudah memasuki musim hujan. Musim hujan di Indonesia sendiri datang secara bertahap, dan diprediksi berakhir sekitar akhir Maret atau April 2021.

Menurut Dwikorita, pemerintah perlu mengantisipasi peningkatan curah hujan. Sebab, kata ia, bersamaan dengan masuknya musim hujan ini, BMKG Jepang, Amerika Serikat, dan Australia telah mendeteksi terjadinya La Nina di Samudera Pasifik. 

La Nina ini merupakan anomali suhu muka air laut, di mana suhu di laut akan lebih dingin sampai bisa minus satu derajat Celsius atau lebih.

“La Nina ini akan mengakibatkan aliran masa udara basah yang lebih kuat dari normalnya dari wilayah pasifik masuk ke Indonesia, terutama Indonesia timur, tengah, dan utara. Dampaknya adalah curah hujan bulanan di Indonesia ini akan semakin meningkat, peningkatan ini bervariasi atau tidak seragam dari segi ruang dan waktu,” katanya. 

“Misalnya mulai diprediksi akhir Oktober sebagian atau 30 persen masuk musim hujan. Mulai Oktober sekarang ini sudah mulai terjadi peningkatan curah hujan sampai bisa 40 persen bahkan lebih, terutama untuk hampir seluruh wilayah Indonesia kecuali Sumatera mulai Oktober atau November,” tambahnya. 

Dwikorita mengatakan, pada Desember, Januari, dan Februari mendatang, curah hujan akan meningkat di wilayah Indonesia bagian tengah, timur, dan utara.

“Jadi, itu sekilas potensi peningkatan hujan akan lebih tinggi dari normalnya dapat mencapai 40 persen yang tentunya akan berdampak pada terjadinya bencana hidrometorologi baik banjir, longsor, angin kencang, atau puting beliung. Itulah sekilas prediksi cuaca selama kurang lebih selama enam bulan ke depan,” ucapnya. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya