Harga Kopra Merosot, Petani Minahasa Selatan Pilih Ubah Kelapa Jadi Minyak Murni

Berawal dari situ, ternyata usaha pembuatan VCO produksi Kelompok Tani Perempuan WCS Minahasa Selatan itu semakin mendapatkan peluang pasar yang lebih luas.

oleh Yoseph Ikanubun diperbarui 23 Des 2020, 21:00 WIB
Diterbitkan 23 Des 2020, 21:00 WIB
Kelompok Tani Perempuan di Minahasa Selatan mengolah kelapa menjadi beberapa produk turunan seperti VCO dan sabun.
Kelompok Tani Perempuan di Minahasa Selatan mengolah kelapa menjadi beberapa produk turunan seperti VCO dan sabun.

Liputan6.com, Manado - Kopra menjadi salah satu hasil perkebunan andalan warga Minahasa Selatan, Sulut. Namun, belakangan ini, harganya terus anjlok. Kondisi itu ternyata menjadi tantangan bagi Kelompok Tani Perempuan. Mereka berinovasi mengolah buah kelapa menjadi sejumlah produk turunan seperti Virgin Coconut Oil (VCO).

Kelompok Tani Perempuan ini bernaung di bawah lembaga Wanua Cintalink Semesta (WCS) Minahasa Selatam yang merupakan sebuah gerakan pertanian integratif. Inisiator gerakan ini adalah Deeby Momongan, alumnus Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi.

"Gerakan inovasi mengelola kelapa menjadi produk turunan yang memiliki added value secara ekonomi, awalnya untuk tujuan mengatasi harga kopra yang anjlok di pasaran," tutur Deedy, Sabtu (19/12/2020).

Berawal dari situ, ternyata usaha pembuatan VCO produksi Kelompok Tani Perempuan WCS Minahasa Selatan itu semakin mendapatkan peluang pasar yang lebih luas. Pemasaran VCO produksi WCS melalui digital market akhirnya merambah ke banyak daerah di Indonesia.

“Banyak pelanggan dari luar daerah Sulut, VCO produksi para petani perempuan ini merambah pasar nasional,” ujarnya.

Deeby menuturkan, untuk meningkatkan kapasitas produksi, kelompok membuat proposal program yang diajukan ke Pemprov Sulut. Pada tahun 2020, pihaknya menerima bantuan Rumah Produksi Minyak Kelapa lengkap dengan mesin-mesinnya. Bantuan Pemprov Sulut melalui Dinas Perkebunan Sulut ini sangat penting bagi keberlanjutan usaha ekonomi Kelompok Tani Perempuan Desa.

"Sebagai Kelompok Tani Perempuan dan Kelompok Pembudidaya Ikan Milenial WCS, kami tak hentinya bersyukur atas kerja kolaboratif yang boleh terbangun dalam jejaring dengan pemerintah," ujarnya.

Dia mengatakan, negara ini ternyata menyediakan begitu banyak bantuan untuk masyarakat ikut aktif berperan membangun ekonomi bangsa.

"Tinggal bagaimana kita mengakses program dan proyek membangun bangsa tersebut," ujar Deeby.

Kini, selain mendampingi Kelompok Tani Perempuan, Deeby juga ikut menggerakkan kaum milenial di Minahasa Selatan mengelola program budidaya ikan lele.

Simak juga video pilihan berikut:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya