Kurun Waktu 6 Bulan Hampir 2.000 Anak di Sumut Terpapar Covid-19, Tertinggi Medan

Virus corona Covid-19 tidak hanya menyerang orang dewasa, namun juga anak-anak. Di Sumatera Utara (Sumut), dari awal pandemi hingga saat ini ada sebanyak 3.861 anak-anak terpapar Covid-19.

oleh Reza Efendi diperbarui 30 Jun 2021, 18:47 WIB
Diterbitkan 30 Jun 2021, 18:47 WIB
Ilustrasi anak tertular COVID-19 (Liputan6.com / Abdillah)
Ilustrasi anak tertular COVID-19 (Liputan6.com / Abdillah)

Liputan6.com, Medan Virus corona Covid-19 tidak hanya menyerang orang dewasa, namun juga anak-anak. Di Sumatera Utara (Sumut), dari awal pandemi hingga saat ini ada sebanyak 3.861 anak-anak terpapar Covid-19.

Anggota Satuan Gugus Tugas Covid-19 Sumut, dr. Inke Nadia Lubis, SpA. PhD mengatakan, dalam kurun waktu 6 bulan terakhir hampir 2.000 anak-anak terpapar Covid-19, dan tertinggi di Kota Medan. Anak usia Sekolah Dasar (SD) paling beresiko tertular.

"Kasus Covid-19 pada anak-saat ini paling banyak di Kota Medan," kata Inke di Rumah Dinas Gubernur Sumut, Medan, Rabu (30/6/2021).

Dijelaskannya, sesuai peningkatan jumlah kasus Covid-19 di kabupaten/kota di Sumut, dari awal pandemi sampai saat ini 3 kabupaten/kota yang paling banyak adalah Medan dan Deli Serdang. Namun Kota Medan sampai 72 persen.

"Lalu ketiga Simalungun, Pematang Siantar, dan Tebingtinggi, digabung jadi satu. Sisanya (daerah lain) di bawah satu persen," jelasnya.

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Menarik Berikut ini:


Gejala Pada Anak Lebih Ringan

Ilustrasi virus Corona, COVID-19
Ilustrasi virus Corona, COVID-19. (Photo by Martin Sanchez on Unsplash)

Inke menuturkan, gejala Covid-19 pada pada anak-anak lebih ringan, bahkan bisa tidak bergejala. Karena tidak bergejala, justru beresiko menularkan, sehingga skrining yang dilakukan pada orang dewasa, seperti pemeriksaan suhu, atau gejala yang jelas, yakni batuk dan pilek, tidak ketemu pada anak.

"Jika hanya berdasarkan pemeriksaan itu, tanpa pemeriksaan swab anak-anak dibiarkan sekolah, itu masih resiko menularkan. Itu yang bahaya pada anak," ujarnya.

Diungkapkan Inke, walau pada anak dampaknya tidak terlau besar, tetapi kalau anak menularkan Covid-19 pada guru atau kembali ke rumah, akan bisa menyebabkan resiko yang lebih tinggi.

"Pada anak belakangan dilaporkan ada dampak long Covid-19 yang bisa mengganggu aktivitasnya, jadi anak kurang aktif sampai 3 hingga 6 bulan setelah terpapar," ungkapnya.


Vaksinasi Covid-19 Pada Anak

Chile Mulai Vaksinasi COVID-19 untuk Anak 12 Tahun
Seorang anak menerima suntikan dosis vaksin COVID-19 Pfizer BioNTech di pusat vaksinasi di Santiago, Chile, Rabu (23/6/2021). Chile mulai memvaksinasi anak-anak dari usia 12 tahun, sebagai salah upaya untuk memutus rantai penyebaran infeksi virus Corona. (MARTIN BERNETTI/AFP)

Saat ini vaksinasi Covid-19 kepada anak-anak sudah diperbolehkan. Paling penting adalah kedisiplinan dalam protokol kesehatan dapat mengurangi resiko penularan. Ditegaskan Inke, vaksinasi pada anak sangat penting.

"Takutnya kalau pun tidak divaksin Covid-19, nanti bisa kena penyakit lain. Kontrol penyakit yang paling baik saat ini vaksinasi," tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya