Liputan6.com, Gunungkidul - Sebuah postingan diunggah oleh pemilik akun Facebook Muhammad Abduh Tuasikal tentang sayembara mencari orang yang bersedia merukti dan membantu pemulasaran jenazah Covid-19 muncul di tengah situasi ketika relawan kewalahan menangani pasien Covid-19. Postingan tersebut berisi seperti berikut :
HADIAH BESAR UNTUK ANDA:
- YANG TAK PERCAYA COVID
Advertisement
- PENGAGUNG TEORI KONSPIRASI
- PENYEBAR ISU HOAX COVID DAN VAKSIN
Kami siap membayar Anda jika sanggup mengurus jenazah yang positif covid Anda harus tanpa APD loh yah karena Anda katakan sendiri kalau covid seperti flu biasa kan, covid tidak bahaya.
Ingat yah kami kasih 1 juta/ Jenazah. PMI dan BPBD Gunungkidul lagi kewalahan mengurus 17 jenazah covid. Total hadiah: 17 juta rupiah tunai.
Info pendaftaran jadi) pengurus jenazah covid: 0811267791. Ditunggu yah! Waktu pendaftaran hari Rabu ini saja, sampai 23 59 WIB.
Baca Juga
Liputan6.com berusaha mengonfirmasi pemilik akun pengunggah sayembara pemulasaraan jenazah tersebutdengan dengan menghubungi nomor telepon yang tertera. Namun, jawabannya justru tawaran keikutsertaan program Idul Qurban untuk Indonesian Timur.
Kemudian Liputan6.com berusaha mendatangi Ponpes yang berada di Padukuhan Warak Kalurahan Girisekar Panggang.
Namun, saat akan ditemui pemilik akun tersebut tidak mau menemui dan beralasan sedang dalam kondisi pandemi sehingga tidak menerima tamu. Tak selang lama, pemilik mengunggah bahwa sayembara ditutup.
Memang, sejak 29-30 Juni terdapat 100 orang meninggal dunia karena Covid-19. Sebanyak 82 orang terpapar Covid-19 meninggal di rumah sakit, kemudian 18 orang meninggal saat isolasi mandiri.
Sebarannya, Kabupaten Gunungkidul terbanyak yaitu ada 7 orang, Kota Jogja dan Bantul masing-masing 3 orang, Kulonprogo ada 4 orang, dan Sleman ada 1 orang.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Relawan Covid-19 Kelelahan
Seorang relawan Save and Rescue Gunungkidul, Agus Fitriyanto (Kenyung) mengakui para relawan sudah kewalahan menangani pasien Covid-19 dan jenazah Covid-19 yang belakangan melonjak di Gunungkidul. Karena kondisi relawan yang lelah, ada beberapa jenazah ditolaknya.
"Sejak semalam kita sudah menolak memakamkan jenazah Covid-19. Karena sudah overload,"ujar Agus.
Secara rinci Agus mengaku tidak mengetahui secara pasti berapa angka kematian Covid-19. Hanya saja dari informasi relawan di RSUD Wonosari, rumah sakit penuh sampai beberapa hari terakhir ada yang pasien meninggal di depan rumah sakit di mana mereka berasal pasien Covid-19 isolasi mandiri.
Sepanjang yang ia tahu, pada Kamis (1/7/2021) di salah satu kalurahan ada dua pasien isoman meninggal dunia. Kamis malam 1 orang dan 1 orang lagi meninggal Jumat pagi. Mereka memohon bantuan relawan untuk dimakamkan secara protokol Covid-19. Namun para relawan terpaksa menolaknya karena sudah tak sanggup.
"Kami sudah memakamkan dua orang hari ini. 1 meninggal di rumah sakit dan 1 meninggal di rumah karena isoman," ungkapnya.
Para relawan menolak pemakaman karena perlengkapan APD sudah minim. Jikapun ada APD, yang ada saat ini tinggal APD yang tingkat keamanannya kurang memadai. Sehingga para relawan khawatir jika tetap memakamkan maka akan beresiko bagi mereka.
Â
Advertisement
Penumpukan Pasien Covid-19
Ketika ditanya soal kondisi pasien Covid-19 yang meninggal saat isoman, Agus Kenyung mengaku tidak tahu persis. Hanya saja pasien yang melakukan isolasi mandiri tersebut enggan makan, karena ketika mereka makan maka akan langsung muntah.
"Itu selepas muntah terus meninggal dunia," ucap dia.
Saat ini para relawan bersiaga di 3 kapanewon yang menunjukkan tren angka pasien positif tinggi. 3 kapanewon tersebut adalah Playen, Semanu dan terakhir yang agak sedikit adalah Tepus. Secara umum kondisi penanganan Covid-19 mulai menurun karena traffict yang begitu padat di rumah sakit.
Para relawan mengaku kewalahan untuk mengurus pasien positif Covid-19 yang meninggal. Sebab, mereka juga kewalahan mengurus pasien positif Covid-19 yang membutuhkan pertolongan medis dengan segera. Karenanya, mereka berharap pemerintah mengambil kebijakan darurat berkaitan dengan penanganan Covid-19.
"Ambulans ada banyak hanya saja yang merujuk ke RS sedikit, bahkan ada warga yang membawa pasien positif dengan mobil pribadi. untuk memikirkan yang hidup saja sangat banyak kenapa harus memikirkan untuk merukti hingga memakamkan jenazah Covid-19," kata dia.