Liputan6.com, Yogyakarta - Kemampuan pohon trembesi (Albizia saman) dalam menyerap karbon dioksida menjadikannya salah satu pilihan utama dalam penghijauan perkotaan. Spesies yang berasal dari Amerika Tengah dan Selatan ini mampu menyerap hingga 28,5 ton karbon dioksida setiap tahunnya.
Mengutip dari berbagai sumber, pohon yang dikenal juga dengan nama rain tree atau Samanea saman ini memiliki karakteristik fisik yang mendukung fungsinya sebagai penyerap karbon. Dengan tinggi mencapai 25 meter dan diameter kanopi hingga 30 meter, trembesi menjadi salah satu pohon dengan tutupan area terluas.
Daunnya yang berbentuk bipinnate compound tersusun dari ribuan helai daun kecil yang memaksimalkan proses fotosintesis. Proses penyerapan karbon dioksida oleh trembesi terjadi melalui mekanisme fotosintesis yang berlangsung di daun.
Advertisement
Baca Juga
Stomata pada permukaan daun menangkap karbon dioksida dari udara, yang kemudian diproses bersama air dan energi matahari untuk menghasilkan glukosa dan oksigen. Karbon yang diserap sebagian disimpan dalam bentuk biomassa pohon, termasuk batang, cabang, dan akar.
Selain kemampuan menyerap karbon, trembesi juga berperan dalam menurunkan suhu mikro di sekitarnya. Kanopi yang lebar menciptakan area teduh yang luas, mengurangi paparan sinar matahari langsung ke permukaan.
Proses transpirasi yang berlangsung pada daun turut berkontribusi dalam menurunkan suhu udara di sekitar pohon. Fenomena pada trembesi adalah proses gutasi yang terjadi saat kelembaban tinggi atau setelah hujan.
Melalui hidatoda, struktur khusus pada tepi daun, pohon ini mengeluarkan kelebihan air dalam bentuk tetesan. Fenomena inilah yang menjadi asal mula nama Rain Tree. Di Indonesia, trembesi telah menjadi bagian dari program penghijauan di berbagai kota besar.
Pohon ini mampu beradaptasi dengan berbagai jenis tanah dan tahan terhadap kekeringan setelah fase pembibitan. Masa hidup trembesi bisa mencapai puluhan tahun.
Penulis: Ade Yofi Faidzun