Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) atau BNI terus memperkuat komitmennya dalam menyalurkan pembiayaan di sektor hijau atau green banking sebagai wujud dukungan terhadap pembiayaan berbasis Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola atau Environmental, Social, and Governance (ESG).
Corporate Secretary BNI Okki Rushartomo mengungkapkan, untuk mendukung komitmen tersebut, BNI akan menyalurkan sejumlah pembiayaan korporasi kepada beberapa proyek seperti industri pupuk dan industri ketenagalistrikan. Langkah ini dilakukan melalui skema sustainability linked loan maupun green loan
Advertisement
Baca Juga
. “Besarnya pembiayaan ESG di BNI membuktikan keseriusan kami dalam mendukung target pemerintah menuju net zero emission maupun program-program prioritas lainnya,” kata Okki, dikutip Jumat (7/2/2025).
Advertisement
BNI mencatat peningkatan total pembiayaan berkelanjutan menjadi Rp 190,5 triliun hingga akhir 2024 dari Rp 181,1 triliun tahun sebelumnya. BNI menargetkan kredit sektor berkelanjutan akan tetap tumbuh dengan proyeksi outstanding kredit sebesar Rp 199,67 triliun pada akhir 2025.
Pada 2024, sebanyak Rp 117 triliun pembiayaan ESG disalurkan kepada sektor yang terkait dengan pemberdayaan sosial dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). BNI juga mendukung pengelolaan sumber daya alam hayati dan pemanfaatan lahan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan sebesar Rp 32,4 triliun.
Selain itu, portofolio pada sektor energi terbarukan pada 2024 mencapai Rp 13 triliun, pembiayaan lain terkait air berkelanjutan dan manajemen limbah air mencapai Rp 25,1 triliun. Sisanya, sebesar Rp 2,9 triliun disalurkan kepada sektor terkait upaya pengurangan polusi.
Menurut Okki, capaian tersebut menunjukkan bahwa BNI terus berkomitmen untuk menginternalisasi prinsip-prinsip keberlanjutan, salah satunya dengan komitmen pembiayaan untuk aktivitas keberlanjutan. Langkah ini sejalan dengan target BNI dalam mencapai Net Zero Emission (NZE) tahun 2028 dan pembiayaan NZE pada 2060.
Komitmen Tekan Emisi
Di sisi lain, perseroan juga berkomitmen untuk mendukung pembiayaan berkelanjutan (sustainability financing) dalam rangka mitigasi dampak perubahan iklim yang selaras dengan target Net Zero Emission Indonesia pada tahun 2060 atau lebih cepat.
“Green Ekonomi merupakan salah satu komitmen jangka panjang BNI dan kami berupaya untuk berkontribusi dalam pembiayaan proyek-proyek hijau untuk mewujudkan Indonesia berwawasan lingkungan di masa depan,” terangnya.
Okki menjelaskan, BNI menetapkan sejumlah persyaratan bagi debitur yang menjalankan usaha dalam Kategori Kegiatan Usaha Berkelanjutan (KKUB) sesuai regulasi yang berlaku. Persyaratan ini mencakup jenis proyek yang dibiayai, berikut dengan persyaratan sertifikasi atau pun validasi saat ini.
Di samping itu, BNI saat ini melakukan pembiayaan sektor keberlanjutan berdasarkan KKUB, di mana KKUB mencakup Kegiatan Usaha Berwawasan Lingkungan (KUBL) dan Kegiatan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
“Implementasi ESG menjadi fokus kami dalam menyalurkan pembiayaan sekaligus menegaskan posisi kami sebagai pionir dalam implementasi keuangan berkelanjutan,” pungkas Okki.
Advertisement
Buyback Saham, BNI Siapkan Dana Rp 905 Miliar
Sebelumnya, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) berencana melakukan pembelian kembali (buyback) saham dengan nilai maksimal Rp 905 miliar, atau sekitar 10% dari total modal disetor. Langkah BNI ini bertujuan untuk mengurangi tekanan jual di pasar serta memberikan indikasi kepada investor bahwa harga saham BBNI saat ini belum mencerminkan fundamental perusahaan yang sebenarnya.
Buyback akan dibiayai menggunakan arus kas bebas (free cash flow) yang berasal dari saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya.
Ini menunjukkan bahwa BNI memiliki likuiditas yang cukup kuat untuk melakukan aksi korporasi ini tanpa mengganggu operasional atau ekspansi bisnisnya.
Pendekatan ini juga memastikan bahwa buyback tidak akan membebani struktur keuangan perusahaan secara signifikan.
BNI akan mengajukan rencana buyback ini dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) yang dijadwalkan pada 13 Maret 2025. Setelah mendapatkan persetujuan, buyback akan dilakukan dalam jangka waktu maksimal 12 bulan.
Dengan rentang waktu yang cukup panjang, BNI memiliki fleksibilitas dalam mengeksekusi buyback pada momen yang paling strategis untuk memaksimalkan manfaat bagi pemegang saham.
Jaga Harga Saham
Selain untuk menjaga stabilitas harga saham, buyback ini juga diharapkan dapat memberikan kepercayaan tambahan kepada investor.
Dalam kondisi pasar yang bergejolak akibat berbagai sentimen global dan domestik, aksi ini menjadi salah satu strategi BNI untuk mempertahankan nilai saham dan memastikan bahwa perusahaan tetap menarik bagi para pemegang saham jangka panjang.
Advertisement
![Loading](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/articles/loadingbox-liputan6.gif)