Dibuka Sejak 14 Oktober tapi Penerbangan Internasional Bali Masih Sepi

Direktur Eksekutif Institute for development of economics & finance, Tauhid Ahmad mengaku pemulihan pariwisata khususnya Bali harus didukung dengan stimulus dari pemerintah pusat. Pariwisata tak serta merta pulih begitu paskapandemi Covid-19.

oleh Dewi Divianta diperbarui 24 Okt 2021, 18:00 WIB
Diterbitkan 24 Okt 2021, 18:00 WIB
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Bali, Trisno Nugroho
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Bali, Trisno Nugroho (Dewi Divianta/Liputan6.com)

Liputan6.com, Denpasar - Sejak tanggal 14 Oktober 2021 lalu pariwisata Bali dan penerbangan internasional telah dibuka. Namun, sejak dibukanya penerbangan internasional, belum ada kunjungan wisatawan yang datang ke Pulau Dewata itu. 

Direktur Eksekutif Institute For Development of Economics & Finance, Tauhid Ahmad menjelaskan memulihkan pariwisata nasional adalah penanganan Covid-19 dengan baik.

Hal itu diungkapkan dalam webinar Surya (survey bicara) yang digelar oleh Bank Indonesia (BI) Bali dengan tema 'Perkembangan Perekonomian Terkini dan Peran Wisatawan Nusantara untuk Mendukung Bali Bangkit'. 

"Penerapan standar CHSE (cleanliness, health, safety, environment sustainability) internasional. Setelah itu baru mempromosikan bahwa Bali safe dan siap menerima kunjungan," kata dia dalam webinar yang digelar BI Bali, Sabtu (23/10/2021).

Ia menyebut stimulus dari pemerintah juga sangat diperlukan daerah-daerah yang sangat bergantung dengan industri pariwisata khususnya Bali. "Pariwisata di masa pandemi Covid-19 perlu didukung stimulus pemerintah," ujar dia. 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Pentingnya Survei Data dan Informasi

Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Bali, Trisno Nugroho mengatakan Bank Indonesia rutin melakukan survei untuk membantu pemerintah pusat dan Pemprov Bali, dalam menyediakan data ekonomi dan keuangan terkini secara tepat dan akurat.

"Di masa pandemi seperti ini, peran data dan informasi terutama melalui survei sangat dibutuhkan. Data dan informasi berperan sebagai leading indicator sebagai penentu kebijakan perekonomian nasional," tutur Trisno.

Trisno mengaku, tak hanya rutin melakukan survei tersebut, pihaknya juga melakukan survei insidential yang terfokus pada wisatawan nusantara. Ia beberkan data survei yang telah dilakukan kepada pelaku wisatawan nusantara di Bali selama masa pandei Covid-19.

"400 responden pelaku wisatawan nusantara yang berkunjung ke Bali untuk mengetahui preferensi dan besar belanja kunjungan wisatwan nusantara ke Bali," ucapnya.

Seperti diketahui, Bali merupakan daerah yang sangat tergantung dengan industri pariwisatanya, sejak awal tahun 2020 pariwisata Bali terganggu akibat pandemi Covid-19. Trisno berharap perkembangan pariwisata Bali bisa mempercepat pemulihan perekonomian.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya