Misteri Nisan di Tengah Trotoar di Sukoharjo, Ternyata Kuburan Kucing Candramawa Klangenan PB X

Setelah mati dan dikubur di Tanjunganom, Grogol, Sukoharjo pun kucing candramawa peliharaan Raja Solo itu kerap diziarahi

diperbarui 16 Nov 2021, 03:30 WIB
Diterbitkan 16 Nov 2021, 03:30 WIB
Kucing hitam (Sumber: Wikimedia Commons)
Kucing hitam (Sumber: Wikimedia Commons)

Sukoharjo - Semasa hidup, Raja Keraton Solo Paku Buwono (PB) X memiliki hewan peliharaan klangenan berupa kucing yang berjenis candramawa. Jenis kelamin kucing tersebut betina dan diberi nama Nyai Sembro atau Nyai Tembong.

Ketua Solo Societeit, komunitas pencinta sejarah Kota Solo, Dani Saptono, saat dihubungi Solopos.com, Senin (15/11/2021) siang, mengatakan kucing Nyai Sembro mempunyai sejumlah mitos selama hidupnya.

“Ada keyakinan jarene kucing itu nek ndelok hewan cecak apa hewan lain jadi lemas. Nek ndelok cecak, cecake tiba,” ujar dia.

Tapi Dani mengakui cerita tersebut hanya mitos. Hal itu tak terlepas alam pikir masyarakat kala itu. Menurut cerita, kucing candramawa sudah lekat di alam pikir masyarakat Jawa sejak lama.

Tapi mereka belum pernah melihat langsung kucing jenis itu. Sehingga ketika PB X mempunyai kucing itu warga merasa kagum. “Wah ini kucing dewa, spesial, sekti, dan sebagainya. Itu keyakinan yang berkembang di lingkungan masyarakat keraton dan sekitar. Tapi itu sebuah ungkapan kekaguman. Karena bentuk kucinge bagus,” imbuhnya.

Tak hanya semasa hidup, setelah mati dan dikubur di Tanjunganom, Grogol, Sukoharjo, pun kucing candramawa peliharaan Raja Solo itu kerap diziarahi sejumlah masyarakat. Mereka kebanyakan adalah petani yang tinggal di Grogol dan sekitarnya.

“Terkait kultur masyarakat Jawa yang agraris, kuburan Nyai Sembro kerap didatangi petani dari Gawok, Gatak. Mereka ziarah dengan tujuan nek wancine panen tidak diserang tikus. Dikaitkan seperti itu,” urainya.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Kematian Nyi Sembro

Sedangkan saat disinggung dari mana asal kucing Nyai Sembro klangenan PB X, Dani mengaku tidak tahu persis. Tapi ia menduga kucing jenis persia tersebut diimpor. “Entah dibeli atau dikasih orang ndak tahu,” katanya.

Dani juga tidak tahu kapan Nyai Sembro mati. Di sisi lain ia menjelaskan pada masa itu hewan peliharaan seperti kucing candramawa sudah mendapat tempat di hati masyarakat Solo. Sebagian orang sudah mempunyai hewan peliharaan.

“Di majalah Kejawen disebutkan pada tahun 1931 kucing itu masih ada atau masih hidup. Matinya tahun berapa enggak tahu. Sedangkan Sinuhun PB X sendiri seda pada tahun 1939,” kata Dani.

Sebelumnya, keberadaan makam di tengah trotoar jalan utama Solo Baru tak jauh dari bundaran Tanjunganom, Grogol, Sukoharjo, menimbulkan penasaran.

Makam berukuran kecil itu berada sendirian dan dibiarkan saja di tengah trotoar dan tidak dipindahkan saat trotoar dibangun.

Usut punya usut, makam dengan kijing berwarna dominan hitam itu ternyata kuburan kucing candramawa yang merupakan hewan klangenan PB X. Makam tersebut masih dirawat hingga sekarang.

Dapatkan berita Solopos.com lainnya, di sini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya