Liputan6.com, Kutai Kartanegara - Desa Jonggon Jaya, Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan salah satu sentra pengembangan perkebunan rakyat dengan komoditi yang diunggulkan yaitu jahe dan kopi. Kedua komoditi itu lebih mudah mengembangkan dan meningkatkan daya saing karena jauh sebelumnya merupakan hasil perkebunan yang sangat terkenal di Kutai Kartanegara.
Berbagai cara harus dilakukan untuk menghasilkan produk yang baik. Dinas Perkebunan pun berencana akan berkolaborasi dengan Bidang Hortikultura, Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) untuk mengembangkan tanaman sela.
"Jonggon Jaya ini bisa menjadi desa penyegar karena dalam ilmu pertanian itu mesti ada bahan penyegar, dua diantaranya adalah Kopi dan Jahe," ujar Kepala Disbun Kabupaten Kukar, Muhammad Taufik, Sabtu (28/11/2021).
Advertisement
Baca Juga
Dengan luas lebih dari 52 ribu hektare, membuat segalanya dirasa kurang maksimal. Sistem tradisional yang dilakukan, berpengaruh terhadap usaha tani.
Ke depan, sambungnya, pihaknya akan melakukan pengembangan kopi alternatif juga bibit. Hal ini dilakukan untuk mempermudah promosi produk kepada konsumen.
Pada dasarnya perkebunan rakyat mempunyai peluang yang cukup bagus. Produk yang dihasilkan tidak hanya ditargetkan laku di Kukar saja, akan tetapi pasar lokal, pasar nasional bahkan tingkatan yang lebih tinggi.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Simak juga video pilihan berikut
Bangun Dem Area untuk Menciptakan Varian Baru Kopi Khas Kukar
Pada 2022 mendatang, pemerintah akan membangun Dem Area di Desa Jonggon Jaya. Sebuah tempat untuk memperkenalkan teknologi baru dalam teknik berproduksi dan pengelolaan usaha tani.
"Untuk memperkenalkan kopi, tapi masih bekerjasama dengan penyedia sumber bibit dari luar," kata Kadisbun Kukar, M Taufik.
Meski masih harus bekerjasama dengan penyedia luar, namun alasan dibangunnya Dem Area karena hingga kini Disbun Kabupaten Kukar belum memiliki sumber bibit sendiri. Rencana ada 3 jenis kopi yang akan dijadikan calon bibit lokal dari daerah masing-masing yang ditanam di perkebunan rakyat.
"Kopi Liberika, Kopi Lampung, dan Kopi Robusta dari Jember, diharapkan dapat membuat varian baru yang siap untuk dijadikan produk lokal," tuturnya.
Taufik berharap, nilai tambah produk perkebunan semakin meningkat. Sehingga dapat menumbuhkan keinginan warga berkebun kopi, namun semua aktivitas membutuhkan strategi termasuk dalam berkebun.
Hal ini juga berpengaruh menentukan besar kecil keuntungan yang diperoleh. Menghadapi persaingan pasar, khususnya pasar produk yang ditanam, beberapa strategi pemasaran perlu diperhatikan dan diterapkan.
Advertisement
Optimalkan Lahan dengan Tumpang Sari
Perkebunan memiliki peran penting karena memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi, khususnya di wilayah Kukar. Pada dasarnya perkebunan mempunyai peluang yang cukup bagus.
Untuk mengoptimalkan penggunaan lahan, sistem tumpang sari merupakan alternatif yang cocok untuk memaksimalkan produksi. Biaya pemeliharaan pun lebih rendah serta meminimalkan resiko kegagalan.
"Nah memang lahan di sini bisa dilakukan tumpang sari antara kopi dan jahe, kopi pun bisa menjadi tanaman sela untuk karet," kata Taufik.
Tumpang sari kopi dengan tanaman hortikultura yang memiliki nilai ekonomi tinggi memberi dampak positif. Seperti, peningkatan pendapatan lingkungan, serta efisiensi.
Jahe sendiri merupakan salah satu bahan dasar untuk memasak yang wajib ada di dapur. Tentunya setelah dilakukan tumpang sari pada lahan yang ada, manfaatnya akan cepat dirasakan pula.
Pada semua tempat, pertumbuhan vegetatif tanaman cenderung lebih baik pada kondisi tidak ternaungi dengan pemangkasan dan pemberian pupuk organik. Baik dengan pupuk kandang maupun kompos ampas kopi.
Jadikan Kopi Sebagai Ikon Kukar
Pemerintah Kabupaten Kukar berencana menjadikan kopi sebagai Ikon. Bukan lagi rahasia, kopi sedang menjadi tren di negeri ini.
Indonesia sangat kaya akan komoditas kopi. Dari Sabang sampai Merauke, ada banyak sekali jenis kopi yang khas, baik dari kelompok Arabika maupun Robusta.
"Saya sampaikan ke Kades Jonggon Jaya, mungkin bisa dijadikan ikon atau inovasi," jelas Kadisbun Kukar M Taufik.
Sebagai salah satu upaya untuk saling dukung, pemerintah melalui Disbun Kabupaten Kukar giat melakukan pengamatan terhadap lahan di Jonggon Jaya. Hal itu dimaksudkan guna mengoptimalkan program Kukar Idaman yang mendorong perkebunan rakyat.
Ia mengatakan, lahan yang sangat luas harus dikelola dengan modern. Pemerintah akan menambahkan program petani dan pekebun milenial.
"Sama dengan program Kementerian Pertanian (Kementan), tapi untuk mereka anak-anak muda yang punya usaha dibidang perkebunan," tambahnya.
Disbun Kabupaten Kukar telah melakukan pendataan awal di beberapa kecamatan. Sesudahnya, akan ditindak lanjuti sebab para petani atau pekebun tidak hanya bercocok tanam dengan satu komoditi.
Advertisement
Regenerasi Petani, Solusi Hadapi Perkembangan Zaman
Badan Pusat Statistik tahun 2020 mencatat 64,50 juta penduduk Indonesia berada dalam kelompok umur pemuda. Namun, persentase mereka yang bekerja di sektor pertanian hanya 21 persen.
Pemerintah perlu memperluas pengetahuan pemuda, tidak harus selalu bertumpu pada kebingungan akan lahan. Kukar memiliki banyak lahan yang dapat dikelola.
"Cukup luas, jadi harus dikelola dengan modern," kata Taufik singkat.
Dari itu, Pemkab Kukar mendorong program Petani dan Pekebun Milenial. Selain untuk mempertajam pengetahuan, hal itu juga dilakukan dengan harapan dapat meregenerasi petani.
"Agar angka keluarga petani meningkat, kita upayakan terus program itu untuk mendukung pertumbuhan usaha petani milenial," tuturnya.
Cara merespons petani ini terhadap tantangan zaman dan teknologi juga berbeda sehingga tidak ada pilihan kecuali melakukan regenerasi. Dalam konteks regenerasi ada beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu membangun kesadaran, perlu adanya gerakan bersama melibatkan banyak sektor, dan memperhatikan kesejahteraan petani.
Kedepan pihaknya meminta kepada seluruh dinas, kantor, badan, perusahaan baik itu swasta maupun BUMD, untuk bisa menggunakan hasil produksi Kukar seperti kopi dan jahe. Sebagai target awal mempromosikan produk sendiri.
Merevitalisasi Perkebunan Rakyat
Sebanyak 52 ribu hektar lahan perkebunan di Kukar mayoritas ditanami kelapa sawit. Taufik menyatakan, setengah dari total lahan tersebut adalah perkebunan untuk bahan utama minyak goreng.
"27 ribu hektar itu sawit rakyat, sawit swadaya. Selebihnya karet, kelapa, dan lain-lain," kata Taufik sembari menjabarkan luasan lahan yang ada.
Dirinya sempat mengulas soal produksi kelapa petani Kukar. Berdasarkan perintah Bupati, pemerintah memiliki kawasan kelapa yang masuk dalam Renstra Disbun, Samboja Muara Jawa dengan luas lebih dari 5 ribu hektar.
"Masalahnya kelapanya banyak yang tua, dan minim petaninya," tambahnya.
Selain itu, permasalahan lain juga mulai bermunculan. Terjadi penurunan luasan yang mengakibatkan produksi kelapa tidak maksimal sebagaimana mestinya.
"Hasil finalisasi data terakhir menunjukkan, turun hingga 500 hektar," singkat Taufik.
Begitu pun dengan air laut, karena banyaknya bendungan yang terbuka. Kelapa mulai mati kering sebab kurang mendapat kandungan air biasa yang seharusnya menjadi serapan kelapa darat.
"Air lautnya masuk ke kebun-kebun itu, kita identifikasi memang ada pintu air yang harus diperbaiki," pungkasnya.
Advertisement