Keren, UGM Bakal Kembangkan Padi Aromatik dan Kedelai Kuning

PT SHS dan UGM akhirnya bekerja sama dalam bidang pertanian, yaitu mengembangkan varietas baru yang dapat meningkatkan produksi panen dengan varietas baru padi aromatik UGM.

oleh Yanuar H diperbarui 10 Feb 2022, 19:00 WIB
Diterbitkan 10 Feb 2022, 19:00 WIB
Benih padi varietas Mentik Wangi yang baru dipetik dari hamparan di Cingebul Kecamatan Lumbir, Banyumas. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Benih padi varietas Mentik Wangi yang baru dipetik dari hamparan di Cingebul Kecamatan Lumbir, Banyumas. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Yogyakarta PT Sang Hyang Seri (SHS) dan Universitas Gadjah Mada akhirnya bekerja sama dalam bidang pertanian, yaitu mengembangkan varietas baru yang dapat meningkatkan produksi panen dengan varietas baru.

Dirut PT SHS Maryono menginginkan kerja sama dengan UGM itu dapat meningkatkan produksi padi milik SHS di Kampung Sukamandi, Subang, Jawa Barat. Kerja sama ini juga dalam bentuk pengembangan varietas baru padi aromatik dan kedelai lokal.

"SHS punya lahan sekitar 3.200 hektare di Sukamandi, sawah teknis dengan pengairan terus menerus. Kita kerja sama dengan UGM dalam peningkatan produksi padi dari rata-rata 6 ton diharapkan bisa 8 ton per hektare," kata Maryono usai penandatangan nota kesepahaman dengan Rektor UGM di ruang sidang pimpinan, Gedung Pusat UGM, Jumat, 28 Januari 2022.

Maryono mengatakan, PT SHS akan menyediakan lahan seluas 12 hektare untuk pengembangan uji varietas baru khusus tanaman padi dan kedelai dari hasil riset inovasi peneliti UGM termasuk padi aromatik. 

"Dari informasi Pak Jaka Widada (Dekan Pertanian UGM), padi aromatik bisa dihasilkan 12 ton, kita bisa dicoba di sana," ujarnya.

Sedangkan, riset varietas baru untuk kedelai kuning dari UGM menurut Maryono potensial menghasilkan sekitar 9 ton per hektare. Apabila mampu menghasilkan produksi per hektare sebanyak itu, menurutnya, sangat bagus dalam pengembangan bisnis pertanian. 

"Saya kira ini varietas baru yang luar biasa, kita belum ke arah jual benih namun kita coba dulu di sana (Sukamandi)," paparnya.

Di area SHS sendiri, produksi kedelai hanya mampu menghasilkan 3-4 ton per hektare. Pengelolaan persawahan ini dilakukan swakelola dan bermitra dengan petani yang tinggal di sekitar area tersebut. 

"Kita tidak ingin SHS maju tapi petani tidak menikmati. Ada 2.000 hektare yang dimitrakan dengan petani," ungkapnya.

Rektor UGM Panut Mulyono mengapresiasi dengan terlaksananya kerja sama riset di bidang pertanian. Menurut Rektor, melalui kerja sama ini akan banyak hasil riset dan inovasi UGM yang bisa dihilirisasi di lingkungan industri sehingga bisa bermanfaat bagi masyarakat luas. 

"Kita senang sekali bisa kerja sama dengan industri. Semakin banyak riset yang bisa diaplikasikan dengan industri sehingga bisa bermanfaat bagi masyarakat," jelasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya